KISAH BERBURU DONGA

Terbaru25 Dilihat

Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom

Ketika ayah saya yang seorang anggota TNI-AD dipindahtugaskan dari Bali ke Palopo di Sulawesi Selatan pada tahun 1957, kami sekeluarga ikut kesana. Saat itu situasi di Palopo masih rawan, karena gangguan kelompok Kahar Muzakar yang tidak puas terhadap pemerintah.

Daerah Palopo saat itu masih berhutan lebat. Di dalamnya banyak hidup berbagai hewan liar, salah satunya rusa atau menjangan. Orang sana menyebutnya donga, sedangkan dalam bahasa Makassar jonga.

Kadang-kadang ayah dan beberapa kawannya pergi berburu pada malam minggu di bagian hutan yang dianggap aman karena sudah disterilkan. Sasaran buruannya rusa yang masih banyak terdapat di sana. Binatang ini hidup bergerombol dengan seekor rusa jantan menjadi pemimpinnya.

Sesekali saya diajak dan selama perburuan saya mendapat tugas khusus. Tugasnya memegang lampu sorot yang harus diarahkan pada rombongan rusa jika bertemu. Tapi dengan satu syarat angin harus datang dari arah rusa. Jika datang dari arah manusia dan pemimpinnya mencium bau manusia maka pemimpinnya akan bergerak lari. Ketika pemimpinnya lari maka semua anggota rombongan akan mengikuti. Lepaslah buruan itu dan sudah pasti pulang dengan tangan hampa. Tetapi jika bau manusia tidak tercium akan terjadi hal menarik. Ketika lampu disorotkan pada rombongan rusa itu, mereka akan bergerak maju mengikuti sang pemimpin menghampiri arah datangnya cahaya. Dengan begitu akan mudah membidiknya. Jika dibidik satu atau dua ekor dan roboh, mereka masih tetap bertahan, tidak akan lari sebelum pemimpinnya lari.

Rupanya sudah ada komitmen diantara pemburu untuk tidak menembak sang pemimpin. Nampaknya jika tidak ada pemimpin rombongan itu akan tercerai berai dan sulit ditemukan. Waktu berburu pun akan menjadi lebih lama karena harus mencari rusa yang terpisah-pisah.

Rusa ada beberapa jenis, yang hidup di hutan Palopo itu entah termasuk jenis yang mana. Rusa jantan bertubuh agak besar, tinggi sekitar satu meter dengan tanduk bercabang banyak. Ternyata tanduk ini dikenal dengan nama antler. Ini bukan tanduk biasa seperi halnya tanduk pada kambing atau domba. Tanduk ini berganti setiap tahun karena merupakan jaringan hidup yang tumbuh sebagai tulang padat. Tanduk ini juga merupakan senjata untuk menjaga diri dari serangan lawan.

Daging rusa berserat halus sehingga empuk kalau di masak. Tentu saja dagingnya merupakan sumber protein yang tinggi, seperti umumnya bahan makanan hewani yang lain. Paling enak jika dagingnya di buat dendeng. Kini rusa sudah jarang ditemukan, kadang-kadang ada daging rusa dijual di pasar seperti di Papua. Sebagian jenis bahkan hampir punah seperti rusa Timor misalnya, sehingga pemerintah melindunginya dan melarangnya untuk diburu.

 

Tinggalkan Balasan