Pawai Drum Band: Tradisi Unik Perayaan Kenaikan Kelas di Kabupaten Sukabumi

Terbaru466 Dilihat

Pawai drum band acara samenan di jalan raya Cibadak Kabupaten Sukabumi sebelum Pandemi (dokpri)

 

Setiap tahun setelah berakhirnya tahun ajaran, sekolah setingkat SD biasanya mengadakan acara perayaan kenaikan kelas. Di Kabupaten Sukabumi acara kenaikan kelas ini dikenal dengan istilah samen atau samenan.

Tradisi samenan sudah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun dan sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Uniknya di Kabupaten Sukabumi acara samenan ini ada yang dimeriahkan dengan acara pawai drum band.

Pawai samenan bisa ditemukan di beberapa Kecamatan, antara lain Kecamatan Cicirug, Kecamatan Parungkuda, Kecamatan Cibadak, Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cisaat.

Awal Mula Samenan

Samenan merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya bersama atau berkumpul. Semua guru, orang tua serta seluruh siswa berkumpul bersama mengikuti acara perayaan kenaikan kelas, sehingga dikenal dengan sebutan samen atau samenan.

Sekolah yang melakukan pawai drumb band pada acara samenan ini yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah Takwiliyah Awaliyah (MDTA) yang keduanya berada di bawah naungan Kementrian Agama. MI setingkat dengan Sekolah Dasar (SD), sedangkan MDTA merupakan sekolah non formal yang menyelenggarakan pendidikan agama islam sebagai pelengkap bagi siswa SD/MI sederajat.

Pada zaman dulu acara samenan tidak sampai turun ke jalan dan hanya dilaksanakan di sekitar lingkungan sekolah. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, mulai awal tahun 2000 acara samenan dilakukan dengan pawai turun ke jalan raya dengan melibatkan drum band.

Samenan ini mirip seperti karnaval, yang membedakannya yaitu ada pertunjukan tradisi keagamaan yang mengiringi acara samenan seperti pertujukan marawis, qasidah atau rebana serta acara pidato yang dilakukan oleh siswa yang biasa disebut ngaleseng.

Acara samenan di Kabupaten Sukabumi seolah-olah sudah mendarah daging bagi masyarakat. Kegiatan samenan kental dengan peragaan seni dan budaya lokal serta menjadi sarana dakwah, yang kemudian berkembang sebagai sarana sosialisasi nilai pendidikan khususnya pendidikan agama.

Pelaksanaan Acara Samenan

Acara samenan sudah direncanakan dari awal tahun ajaran baru dengan melakukan sosiolisasi program sekolah kepada orang tua, karena memerlukan biaya yang cukup besar untuk biaya penyelenggaraan dan menyewa drum band.

Orang tua tidak keberatan diminta kontribusinya dengan membayar iuran yang besarnya telah ditetapkan bersama pada saat rapat komite sekolah, karena dicicil setiap bulan selama satu tahun.

Sekolah harus menghubungi pihak pengelola drum band beberapa bulan sebelumnya, supaya tidak bentrok jadwalnya dengan sekolah yang lain. Acara pawai ini sangat dinantikan oleh siswa dan orang tua sebagai ungkapan kegembiraan setelah menerima rapor dan untuk merayakan kenaikan kelas.

Pelaksanaan acara samenan dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan Penilaian Akhir Tahun (PAT), yaitu di akhir Juni sampai awal bulan Juli. Satu bulan sebelumnya guru sudah melatih siswa yang akan tampil dalam acara samenan.

Pada saat acara samenen dilaksanakan, sekolah sudah menyiapkan panggung dan tenda di halaman. Acara di awali dengan melakukan upacara adat pelepasan siswa kelas 6, kemudian dilanjutkan dengan acara pawai ke jalan raya yang melibatkan siswa, guru, alumni, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah.

Bagi siswa kelas 3 sampai kelas 6 ikut pawai dengan berjalan kaki. Mereka sudah berdandan mengenakan pakaian adat, atau mengenakan pakaian polisi, dokter, guru, petani dan lain-lain.

Sedangkan untuk siswa kelas 1 dan 2, mereka naik kendaraan wara-wiri atau odong-odong. Khusus yang ada di Kecamatan Cibadak, biasanya disediakan juga kendaraan tradisional yaitu nayor yang sudah dihias, yang bisa dinaiki oleh siswa bersama dengan orang tuanya.

Kendaraan wara-wiri atau odong-odong yang digunakan saat pawai (dokumen pribadi)

Masyarakat sepanjang jalan yang terlewati sangat antusias menyaksikan acara pawai drum band ini di pinggir jalan, apalagi anak-anak kecil sudah menunggu begitu terdengar suara drum band dari kejauhan. Acara pawai samenan ini selain sebagai hiburan bagi masyarakat, juga sebagai sarana promosi yang dilakukan oleh sekolah untuk menjaring siswa baru.

Masyarakat bisa menilai sekolah dari kegiatan pawai drum band ini. Semakin panjang rombongan pawainya, menunjukkan bahwa sekolah tersebut memiliki jumlah siswa yang banyak. Bahkan ada sekolah MI di Kecamatan Cisaat memiliki jumlah siswa hampir seribu orang, sehingga pawainya juga dengan melibatkan lebih dari satu grup drum band.

Setelah melakukan pawai di jalan raya, rombongan akan kembali ke sekolah untuk beristirahat sebentar. Acara dilanjutkan dengan menampilkan atraksi drum band di halaman sekolah, dan acara ini yang paling ditunggu oleh penonton karena anggota drumb band melakukan bermacam-macam atraksi yang sangat menarik.

Salah satu atraksi yang dilakukan oleh personil drum band (dokumen pribadi)

Setelah atraksi drumb band selesai, acara samenan dilanjutkan dengan menampilkan kreasi siswa di panggung berupa tari-tarian, nyanyian, pidato atau ngaleseng, drama dan lain-lain. Acara samenan ini bisa berlangsung sampai malam hari, bahkan ada yang berlangsung sampai 2 atau 3 hari.

Wasana Kata

Karena pawai samenan ini turun ke jalan, ada sebagian masyarakat yang merasa terganggu karena menyebabkan kemacetan apalagi dilakukan di sepanjang ruas jalan Sukabumi-Bogor. Para sopir angkot biasanya sudah hafal dengan jadwal kegiatan samenan di beberapa sekolah, sehingga ada sebagian dari mereka lebih memilih tidak menarik angkotnya apabila ada pawai samenan.

Di balik kontra dari pengguna jalan tentang kegiatan pawai drum band samenan, sebagian besar masyarakat justru merasa terhibur dengan acara ini. Mereka menganggap kegiatan pawai samenan ini sebagai tradisi unik tahunan, yang harus tetap di lestarikan karena sudah menjadi budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Sukabumi.

Agar lebih tertib dan tidak menimbulkan kemacetan yang parah, sekolah bisa berkoordinasi dengan pihak kepolisian supaya pawai bisa berjalan dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan.

Selama dua tahun Pandemi COVID-19, kegiatan pawai drum band samenan tidak dilaksanakan oleh sekolah sehingga masyarakat merasa rindu dengan kegiatan ini. Banyak masyarakat yang berharap acara pawai drum band samenan ini akan di gelar kembali setelah Pandemi berlalu, karena selain sebagai hiburan kegiatan ini bisa mempererat shilaturahmi dan rasa kekeluargaan antara orang tua siswa dengan guru atau pihak sekolah.

 

Tati Ajeng Saidah untuk Inspirasiana

 

 

 

Referensi :

  1. Nisa Amalia Kartika. 2020. Tradisi Samenen Madrasah Diniyah di Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2009. Skripsi Sarjana. UIN Sunan Gunung Djati.
  2. https://www.sabumiku.com/sukabumitalk/nilai-dari-acara-samenan-sukabumi-hiburan-masyarakat-sekaligus-dituduh-biang-kemacetan/

Tinggalkan Balasan

1 komentar