Dua hari terasa sangat lama berlalu. Kondisi suami masih sama, tiada perubahan terhadap nyeri nya. Badan melemah dan masih susah makan, beliau hanya berbaring menghabiskan waktu, sampai ada nya tindakan lanjutan. Menunggu dua hari tersebut, saya sibuk dengan segala aktivitas. Sebagai ibu, sebagai istri, dan juga sebagai pelayan masyarakat.

Sebagai ibu, saya tak henti- henti nya ngomel. Ada saja ulah anak-anak. Si sulung asik bermain bersama teman-teman, padahal tugas daring tiap hari muncul. Dengan berbagai cara dan rayuan membujuk nya untuk pulang dan mengerjakan tugas-tugas nya. Tidak ada alasan tidak tahu, tugas harus lengkap meskipun diakhiri dengan tangisan. Ibu yang sadis dalam mendidik anak. Tidak apa-apa dia menangis dan mengeluh, toh itu untuk kepentingan mereka ke depannya.

Yang saya takutkan adalah anak terlalu manja, dikit-dikit orang tua sehingga mereka bergantung pada orang tua. Saya tidak akan pernah mau mengerjakan tugas anak yang masih kelas dua SD, saya membiarkan dia mempelajarinya kemudian baru saya berusaha mendampingi dan memberikan penjelasan.

Jikalau cara pertama tidak dimengerti, saya akan menjelaskan dengan cara kedua. Jikalau masih tidak mengerti juga, saya jelaskan dengan cara yang lain. Cara mana yang mudah menurut dia, maka saya suruh pilih cara tersebut, yang penting dia tahu dan mengerti.

Kalau seorang ibu sudah menjadi guru di rumah, maka tetangga siap-siap menutup jendela karena suara sang ibu yang awalnya pelan, lembut, mendayu-dayu, lama kelamaan bisa mengeluarkan suara bass. Ditambah tingkat emosi yang tinggi. Jika sudah seperti ini, Sebaiknya saudara-saudara tidak usah mendekat. Apalagi akhir bulan, bapak-bapak bisa kena semprot.

Itulah sifat ibu-ibu. Jikalau ada yang tidak sependapat, Maafkan lah. Bukan maksud saya memojokkan ibu-ibu, karena saya juga seorang ibu. Syukur-syukur anak yang dibimbing dan diajarkan cepat mengerti, maka perang dunia bisa terhindar.

Belum usai dengan si sulung, tiba-tiba terdengar suara tangisan anak nomor dua dan si bungsu. Mereka berebutan mainan, padahal masing-masing punya mainan yang sama. Belum lagi drama-drama lain jikalau ibu di rumah. Tidak mau sama babysitter lah, tidak boleh yang lain sama ibu, ibu kakak, ibu dedek, ibu kakak, ibu dedek, karena pusing akhirnya ibu pun ikut teriak “Ibu abang.”

Kelanjutan nya pasti marah dan merajuk. Benar-benar menggemaskan dan lucu tingkah mereka. Bonding ibu dan anak memang tidak bisa dibuat-buat. Anak-anak mengerti kapan diajak bercanda dan bermain. Mereka paham jikalau ibu sudah marah, maka mereka akan diam dan kadangkala menjadi merajuk. Kalau sudah begini, sedongkol dan semarah apapun ibu, pada akhirnya memeluk si anak.

Bapak-bapak jangan sekali-kali marah sama anak tanpa sebab, bisa-bisa bapak yang kena marah sama si ibu. Itulah hebat nya wanita, dia kapan saja bisa marah sama anak tetapi jika bapak yang memarahi anak, nah ibu ikutan marah, yang dimarahi pasti bapaknya. Mana ada ibu-ibu rela anak nya di marah, bila perlu anak harus berani melawan jikalau dia benar.

Sebagai istri saya pastinya harus memastikan kebutuhan suami tercukupi, meskipun kadang-kadang saya bingung menu apa yang cocok untuk beliau konsumsi, karena mempertimbangkan makanan beliau harus bersifat lembut dan mudah ditelan.

Bubur kacang ijo menjadi menu andalan, kukusan ubi jalar, kukusan labu, bubur sumsum, jus buah, jus sayuran, dan sebagainya. Tidak lupa asupan penting lainnya seperti susu, madu, minyak zaitun, dan kurma. Tapi saya lebih banyak bingungnya memilih dan menyiapkan makanan untuk beliau. Karena takut tidak dimakan, biasanya saya bertanya dulu mau makan apa?

Bagaimana pelayanan nya? Pelayanan nya pasti beda, Jikalau dulu segala sesuatu diambil secara mandiri, maka saat ini mesti diambilkan karena adanya keterbatasan gerak akibat kondisi beliau. Segala sesuatu harus disiapkan terlebih dahulu sehingga memudahkan beliau untuk bergerak.

Bagaimana pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja? Semua pekerjaan berjalan lancar. Saya bekerja sesuai aturan yang ada. Sakitnya suami tidak mengganggu aktivitas dan pekerjaan yang dilakoni. Saya berusaha memberikan yang terbaik sehingga apa yang saya lakukan bisa bermanfaat bagi orang lain.

Tinggalkan Balasan