Ketika Seorang Biarawati Manggung
Ada kata / Slogan “Menyanyi itu berdoa dua kali“ hal ini ada benarnya karena sebagaimana para rahib dan rubiah pertapa seperti Ordo OCSO di Rawaseneng (tempat para pertapa pria dan di Gedono (tempat pertapaan para biarawati) mereka mulai jam 03.00 dini hari mengidungkan Mazmur dalam Doa Ibadat Harian mulai dari Ibadat Bacaan, Pagi, Siang, Sore, Ibadat Malam. Diluar doa pribadi dan meditasi.
Mazmur Daud yang merangkum segala situasi, emosi dan keadaan hidup manusia itu, tidak hanya didaraskan biasa atau dibaca. Namun dikidungkan/ dinyanyikan.
Pengalamanku ketika retret di Rawaseneng, rasanya seperti berada di “Oase“ menimba, meminum kesegaran rohani, dalam keheningan doa yang dilantunkan para Rahib.
Benar apa yang dikatakan pembimbing rohani saat itu, sekalipun mungkin kita tidak bisa berdoa, namun hanya diam, hening mendengarkan para rahib berkidung, roh dan jiwa seseorang akan teraliri dan disegarkan.
Hal itu sungguh saya rasakan, ketika dalam keseharian saya telah hanyut dalam kesibukan dan tugas, masa pause di tempat pertapaan menyegarkan jiwa, roh, semangat dan raga saya, kembali untuk melaksanakan tanggung jawab yang berat sebagai pemimpin Tarekat.
Daya Nyanyian
Kekuataan nyanyian sungguh luar biasa. Sebuah nyanyian lahir dari PUISI yang diciptakan dengan hasil permenungan oleh pengarangnya. Nyanyian mewakili rasa perasaan, atau suasana hidup yang digambarkan oleh Sang pengarang entah itu kejadian sungguh maupun imajinasi.
Sebagaimana pernah dituturkan oleh bunda Titiek Puspa bahwa lagu-lagunya lahir dari peristiwa hidup misalnya lagu : BING (perasaan duka ketika menyaksikan guru, sahabat dan tokoh pujaannya Bing Slamet meninggal dunia) Minah Gadis Dusun ( bagaimana melihat kelincahan gadis dusun yang pandai bertani ) begitu pula dengan lagu yang lain, “Kupu kupu Malam”, Gang Kelinci dan masih banyak lagi.
Kita tilik juga lagu-lagu bernas syarat makna dan reflektif dari Ebiet G. Ade sungguh luar biasa seperti “ Berita Kepada Kawan” , Senandung Pucuk Pinus, Ayah, Elegi Eso Pagi, Camelia yang ber-seri hingga 4 itu ( kalau saya nggak salah ingat lho) yang menjadi inspirasi tersendiri baginya.
Lagu, nyanyian dan menyanyi mempunyai daya yang dasyat, bisa menyeimbangkan emosi dan suasana roh, hati seseorang. Seorang yang menyanyi dia itu mengolah rasa, sebelumnya akan mendalami isi atau makna lagu itu, lalu menyelaraskan bagaimana kalau lagu itu harus dinyanyikan. Dengan bekal itu setidaknya dia sudah masuk dalam dunia refleksi untuk memaknai lagu itu.
Hal ini membuat seseorang masuk dalam kesadaran dan nuraninya. Kalau ini dilakukan terus menerus maka akan mempertajam rasa perasaannya yang bersentuhan dengan humaniora dan kehidupan. Menjadikan seseorang semakin peka pada rasa, nurani serta intuisinya.
Sejak kecil, saya mempunyai kebiasaan “Menyanyi” saat bekerja, terutama kalau memasak.Rasanya dengan menyanyi, pekerjaan menjadi ringan dan cepat selesai. Sampai nenekku suatu hari bilang:“Suamimu nanti akan kenyang dengan nyanyianmu “, he..he..he saya hanya ketawa saja.
Kebiasaan menyanyi sewaktu kecil ini terdengar oleh tetanggaku yang punya group Band. Maklum Rumah kami bagian dapur dan kamar mandi satu tembok. Sehingga kalau saya menyanyi akan terdengar di Rumah Pah Djing Wie yang punya anak kembar Koh Sun Wha ( Sonny Hariyanto ) dan Koh Sun Pho ( Sonny Sutopo) Si Kembar penggiat Band Krista Nada.
Didaulatlah saya untuk menyanyi, waktu itu saya kelas 3-5 SD. Lagu yang biasa saya nyanyikan , Ku pergi ke Gereja, Nonton Pacuan Kuda, Pagi Cerah Surya Berseri, jaman itu belum banyak lagu khusus untuk anak-anak seperti jamannya Chicha Koeswoyo.
Saya diijinkan menyanyi karena ada kakak sepupu yang juga menyanyikan lagu-lagu dewasa, dan syaratnya tidak boleh pulang terlalu malam, pkl 21.00, harus sudah berada dirumah.
Maka saya selalu mendapat bagian pembukaan nyanyi 2-3 lagu. Masih ingat waktu itu pernah manggung bersama Nidya Sisters, sewaktu ada tetangga yang punya hajatan menikahkan putrinya. Blora kota kecil dan tidak ramai kendaraan jadi untuk antar jemput tidaklah sulit.
Semasa SPG ( Sekolah Pendidikan Guru ) kami punya Group Folk Song yang solid dan handal selalu menang lomba dan sering diminta tampil pada acara Pemerintah. Kami menyanyikan lagu-lagu daerah seperti Es lilin, Hura-hura Cincin, Gambang Suling dll, yang menjadi daya tarik group kami, selalu menyelipkan lagu-lagu Spayol-an atau Portugis-an seperti Hilastoria de Amor, Besame Mucho, Pepito.
Sewaktu masuk biara, mengatasi untuk tidak menyanyi, bagiku sangat sulit dan perjuangan berat. Di biara segala sesuatu dilakukan dengan silentium, berdiam diri.
Nah ketika saya postulant (calon awal bagi biarawati ), setiap kali membersihkan kamar mandi atau mengepel kamar saya sering ditegur oleh ibu pemimpin, karena saya terus menyanyi. kalau Di kebun sih tidak masalah, menyanyi bahkan sambil menari seperti Si Postulan yang di film “ The Sound of Music “ itu
Dengan kesadaran penuh saya menggigit bibir bila akan menyanyi. Anehnya di biara saya tidak pernah ikut koor, selain tugas saya penuh untuk mengajar juga tidak ada kesempatan untuk ikut latihan.
Sewaktu saya tinggal di England hobi menyanyi sesuka hati itu kambuh lagi, maklum saya anggota termuda, sementara para suster sudah berusia antara75 – 88 tahun.
Maka kalau saya menyanyi menjadi hiburan bagi mereka, apalagi karyawati yang bertugas di dapur juga senang menyanyi, jadi klop kami menyanyikan lagu apa saja terutama lagunya The Corrs.
Apalagi kalau saya memunguti Apel yang jatuh, disana ada 75 lebih pohon Apel, Plum, Apricot, tanahnya luas. Bisa dibayangkan bagaimana saya menyanyi, menari bak bintang di film India he..he..he.
Kenanganku paling top dalam menyanyi sewaktu Tarekat SND merayakan Pesta Syukur 75 tahun keberadaannya di Indonesia. Waktu itu provinsialku minta supaya saya menari, karena hiburan digelar dari TK hingga SMP, sekolah yang kami punyai di Pekalongan.
Saya menolak untuk menari karena waktu itu akan dipentaskan Drama besar tentang Sejarah SND tiba di Indonesia yang digarap oleh Alm Bp Agustinus Adi Kurdi. Pemainnya tidak tanggung tanggung. Mbak Lisa Arianto, Maria Oentoe ( jagoan dubbing suara dalam drama radion Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa, Saur sepuh dll,yang mempunyai suara amat empuk merdu, enak didengar, ada Rachel, Naomi ( putri WS Rendra) dan bintang Theater lainnya.
Kalau saya menari berarti harus berdadan dan itu sangat memakan waktu sehingga saya kehilangan moment bersejarah melihat Drama SND yang dimainkan para Artis panggung ternama.
Saya menyanggupi kalau menyanyi. Akhir Ok, saya diminta untuk menyanyi. Latihan dengan Group band nya Dik Ari Arianto cuma 1 jam untuk menyelaraskan suara.
Beberapa lagu Indonesia dan luar yang saya sodorkan, yang disetujui adalah Hilastoria de Amor dan Alejate nya Josh Groban yang judul aslinya Walk Away ( dinyanyikan Celline Dion ) dengan alasan lagu itu familiar ditelinga banyak orang.
Saya menyanyi tidak hanya malam itu saja, berapa minggu kemudian panitia menggelar acara Gala Dinner di Restoran Golden Leave di Jakarta, saya juga didaulat oleh panitia untuk menyanyi.
Saat itu saya juga mengusahakan ada public figure yang benar –benar penyanyi profesioanal, bukan penyanyi kamar mandi model saya. Nah ada Delon dan Maria yang ikut memeriahkan malam pencarian dana untuk Misi Timor.
Ternyata menjadi biarawati hobi nyanyiku pun tak sia sia, sewaktu-waktu bisa untuk menghibur dan cara dana. Puji Syukur pada –Mu, Tuhan untuk segala anugerah-Mu ***
Oleh Sr. Maria Monika Puji Ekowati SND
Artikel ke : 36 YPTD