Mengenal Buku 100 Pentigraf Klaster Bicara (2) : Kata Pengantar dari Penggagasnya Pentigraf

Terbaru117 Dilihat

Mengenal Buku 100 Pentigraf Klaster Bicara (2) :

Kata Pengantar dari Penggagasnya Pentigraf

Oleh. Hariyanto

 

Salah satu keistimewaan buku ini adalah diberi pengantar singkat oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd seorang dosen sekaligus penyair dan penggagas pertamakalinya genre sastra Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf). Penulis bersyukur mengenal beliau di Kampung Pentigraf Indonesia. Beliau adalah founder KPI tersebut. Disana kita bisa belajar pentigraf bersama sesama  pentigrafis (istilah penulisnya) dari berbagai daerah. Di sana pula kita akan lebih mengenal tipe pentigraf, pola penulisan dan berbagai unsur di dalamnya. Di sana bertemunya semua pentigrafis dari yang pemula sampai yang tingkat senior.

Pentigraf merupakan akronim dari cerpen tiga paragraf. Karya sastra jenis baru  ini, kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono.

Dinamakan pentigraf sebab syarat utamanya adalah terdiri dari tiga paragraf, tidak kurang dan tidak lebih. Namun demikian, pentigraf haruslah memiliki tokoh, alur cerita, dan konflik yang kuat. Untuk itulah, mengapa dalam menuliskan pentigraf harus memperhatikan pemilihan diksi untuk menciptakan kalimat yang efektif.

Siapakah sesungguhnya Tengsoe Tjahjono, ketika googling maka muncullah beberapa data beliau. Antara lain dari  wikipedia Indonesia Tengsoe menyelesaikan pendidikan pascasarjana dan doktoralnya di Universitas Negeri Malang (UM). Dia merupakan penggagas terbitnya majalah kebudayaan Kalimas di Surabaya. Selain menjadi dosen bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dia juga memimpin biro sastra, Dewan Kesenian Malang (DKM) dan Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT). Ketokohannya di bidang sastra menjadikan dirinya kerap diundang menjadi juri pada lomba cerpen/puisi, narasumber di berbagai seminar, dalam dan luar negeri. Dan, kesetiannya mengasuh sanggar sastra Kalimas berbuah penghargaan di bidang sastra dari gubernur Jawa Timur, tahun 2012. Saat ini Tengsoe tercatat sebagai dosen Bahasa dan sastra Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies, Korea.

  • Penghargaan :
  • 5 Besar Lomba Cipta Puisi Nasional Universitas Sarjana Wiyata Yogyakarta, 1983
  • 10 Besar Lomba Cipta Puisi Sanggar Minum Kopi Denpasar Bali, 1992
  • 10 Besar Lomba Cipta Puisi Yayasan Selakunda Tabanan Bali, 1998
  • Sastrawan Berprestasi Jawa Timur, 2012

 

Jika bersandar pada informasi itu terasa sekali kurang up date beritanya. Bahwa beliau penggagas pentigraf dan menjadi nominasi cipta puisi 2021 penyair beberapa hari lalu belum tercatat disini

Bahwa KPI yang dirintisnya  sudah genap 5 tahun dan telah menerbitkan buku bersama sebanyak 6 buku Kitab Pentigraf. Buku ke 6 adalah “ Sekian Jalan Menuju Pasar” yang akan terbit akhir tahun 2021 ini.

Saya beruntung sempat meloloskan 2 karya pentigraf di buku ke 6 KPI ini berjudul “Kapak Bertuah” dan “Pelarian.”  Surprisenya karya itu juga ada di dalam bagian buku 100 Pentigraf ini.

Sebagai catatan akhir, walau pun saya mengenal beliau 1 tahun yang lalu (2020) lewat pentigraf namun sebenarnya secara pribadi saya sering menemukan tulisan beliau sewaktu mahasiswa di kurun waktu 1980-an. Saya sering membaca nama beliau di koran Komunikasi IKIP Negeri Malang saat itu. Ternyata beliau penulis sejak mahasiswa jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia. Secara fisik saya juga pernah bertemu  beliau ketika beliau menjadi juri  selesksi guru prestasi di tahun 2015 di Kota Batu. Saya termasuk yang diujinya pada presentasi karya tulis. Sastrawan dan penyair Tengsoe Tjahjono yang saya ingat berpenampilan sama dengan saat ini berambut gondrong.

Ketika peringatan HUT Kampung Pentigraf  yang ke 5 di Malang 14 November kemarin diperingati dengan sederhana namun meriah. Bagaimana kemeriahan peringatan itu, nantikan reportase tulisan berikutnya.

Salam Literasi,

Blitar, 30 November 2021

Hariyanto

Tinggalkan Balasan