Saingan Dalam Selimut
Masa-masa perkuliahan akhir semakin dekat. Para mahasiswa akhir bersiap-siap untuk mengikuti kuliah kerja nyata (KKN). Dari seluruh fakultas dan jurusan bersatu.
Masing -masing kelompok terdiri dari berbagai latar belakang. Mereka disebar ke seluruh pelosok wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Kebetulan Ahmad salah satu mahasiswa IAIN Jakarta mendapatkan tugas di daerah Poris Gaga Tanggerang Banten tempatnya para Jawara dan Ulama.
Kelompok Ahmad beranggotakan 10 Mahasiswa – 7 mahasiswa dan 3 mahasiswi – terdiri dari Mahasiswa Fakultas Dakwah, Ushuluddin, Adab, Syariah, dan Tarbiyah. Sementara Ahmad sendiri berasal dari fakultas Tarbiyah.
Sebelum pemberangkatan ke tempat tujuan, para mahasiswa KKN di kumpulkan di aula campus untuk pembekalan dan pelepasan.
Ahmad datang dan mencari teman-teman kelompoknya.
Ahmad mendapati mereka, lalu saling menyapa dan berkenalan satu sama lainnya. Pada saat itu mata Ahmad tertuju kepada salah satu anggota KKN seorang mahasiswi cantik. Kecantikan mahasiswi itu laksana Magnit yang menarik hingga Ahmad tak berdaya dibuatnya. Ketika Ahmad beradu pandang Ahmad menebar senyum. Mahasiswi itu membalas senyumannya.
“Oh, my God… cantik sekali senyumannya membuat hati ini klepek-klepek dibuatnya,” ucap hatinya.
Dalam hati Ahmad ingin menaklukkan mahasiswi cantik itu. Kebetulan memang Ahmad ingin mencari pendamping hidup yang sekupu atau setara dengannya. Ahmad tidak mau mencari adik kelas, karena pikirnya nanti terlalu banyak tuntutan, sementara Ahmad hidup dalam kondisi serba pas-pasan.
“Sudahlah yang ada di depanku saja kuperjuangkan,”ucap Ahmad dalam hati.
Ahmad pun mengatur strategi bagaimana cara menaklukkan hati seorang mahasiswi cantik itu. Setidaknya Ahmad harus cakap dalam pandangan mahasiswi itu. Ahmad harus aktif, kreatif, inovatif, dan inspiratif melebihi teman-temannya.
Ketika rapat Ahmad banyak menyodorkan ide-ide yang bisa di terima oleh teman KKN. di antaranya membuat perpustakaan masjid, mengisi pengajian remaja masjid, karang taruna, dan juga mengisi khutbah Jumat di salah satu masjid.
Masa waktu KKN selama 2 bulan. Hari pertama di terima dan disambut oleh kepala desa beserta para aparat desa lainnya di kantor desa Poris Gaga di jalan Ampera. Sambutan yang hangat dari kepala desa, membuat Ahmad dan teman-teman KKN merasa senang dibuatnya.
Ahmad dan teman-teman KKN ditempatkan di salah satu rumah warga yang kebetulan rumah tersebut tidak ada penghuninya. Cukup luas juga rumah tersebut, terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, 3 kamar besar, kamar mandi dan dapur. Lumayan ruangan tengah bisa buat rapat kerja.
Program pertama Ahmad dan teman-temannya lakukan adalah survei wilayah yang menjadi tempat destinasi garapan KKN. Di samping sowan kepada para tokoh masyarakat dan ulama setempat. Dari pagi hingga malam Ahmad dan teman-temannya melakukan survei.
Ahmad selalu berusaha mendekati dan cari perhatian mahasiswi cantik itu.
“Oh, iya Kasih salah satu program kita adalah membuat perpustakaan masjid. Bagaimana kalau Kasih ikut denganku mencari para donatur,”ucap Ahmad.
“Boleh, nanti kita diskusikan dengan teman-teman.”
“Kalau bisa kamu bergabung denganku.”
“Oh, begitu!”
“Ya, nanti saja kita lihat.”
Mereka terus menyusuri dengan berjalan kaki. Hampir seluruh wilayah desa disurveinya. Selama satu hari hingga malam menyusuri wilayah.
Sebelum sampai ke tempat penginapan Ahmad berdua dengan temannya singgah sebentar di warung jamu, sementara Kasih dan sebagian teman melanjutkan perjalanan menuju penginapan.
Sambil duduk di kursi pedagang jamu Ahmad selalu menatap Kasih, tetiba Ahmad melihat ada sesuatu yang ganjil, ada seorang teman berusaha mendekati dan membersamai Kasih.
“Hem… Sepertinya ada saingan dalam gerbong ini. Aku harus punya jurus jitu untuk bersaing dengannya. Pokoknya sebelum janur kuning melengkung, masih banyak harapan, lihat saja nanti,”ucap Ahmad dalam hati.
Ditegugnya segelas jamu dan Ahmad tidak merasakan pahitnya jamu, karena hatinya sedang membuncah ada saingan dalam selimut. Ahmad tidak menampakkan kecurigaan kepada temannya. Ahmad biasa-biasa saja dalam hal ini. Ahmad tetap fokus pada program. Tapi Ahmad berpikir untuk mengatur strategi bagaimana kerja tetap berjalan dan kasih harus ada di sampingnya.
Saingannya berani mendekati Kasih, jika Ahmad tiada. Suatu hari Ahmad pergi kuliah ke LBIQ di Jakarta. Setelah kuliah Ahmad tidak pulang ke tempat KKN, tapi Ahmad pulang ke rumahnya untuk suatu keperluan.
Keesokan hari Kasih melihat pakaian Ahmad belum digosok dan Ahmad baru sorenya sampai di tempat KKN. Kasih dengan sigap mengambil pakaian Ahmad lalu menggosoknya.
“Kok, kamu menggosok baju Ahmad ?”Tanya Saingan.
“Kasihan, besok dia hendak ke kantor desa,” jelasnya.
“Gosokkan aku dong!”
“Loh, kamu itu kan bisa, kenapa harus minta digosokkan?”
“Kamu kalau dengan dia baik sekali, sementara dengan aku tidak.”
Kasih hanya diam membisu tanpa memperhatikan dan memperdulikan. Setelah selesai Kasih langsung masuk kamar bergabung dengan mahasiswi lainya.
Saingan tidak mengetahui, kalau malam yang lalu Ahmad telah menembak Kasih dengan sejuta cinta. Tetapnya selepas pulang dari bersilaturahmi kepada salah satu ustaz di wilayah tempat KKN.
“Kasih, aku ingin berbicara penting denganmu, boleh tidak,”ujar Ahmad.
“Mau, bicara apa?”Tanya Kasih.
“Ada, deh…!”
“Iya, apa?”
“Aku, takut kamu marah,”
“Kenapa harus marah?”
“Tapi….!”
“Tapi, apa? Ayo jangan membuat penasaran,”
“Eng…,”
“Ayo, cepat mau ngomong apa?”
“Baik, deh aku mencintaimu,”
“Hahahaha… hahahaha…,”
“Loh, kok tertawa,” Ahmad sedikit terperanjat.
“Tidak, saya tidak mentertawai kamu,”
“Terus…!
“Lucu ajah,”
“Kok, lucu,”
“Aku pun sama mencintaimu, tapi aku tidak berani mendahului, karena aku seorang wanita,”
“Jadi,… kamu terima!”
“Iya…”
“Alhamdulillah,… .”
Pucuk dicinta ulampun tiba, bak gayung bersambut. mungkin itu kalimat yang pantas menggambarkan suasana cinta Ahmad dan Kasih.
Ahmad dan kasih terus memupuk cinta. Hari-hari KKN penuh kebahagiaan tersendiri baginya. Tapi Saingan suka mencuri kesempatan. Seiring berjalannya waktu dan berubahnya musim, seiring itu pula masalah mereka tercium oleh teman-teman. Ahmad, Kasih, dan Saingan disidang oleh ketua KKN. Ahmad menyerahkan segala keputusan kepada Kasih. Akhirnya Kasih memutuskan bahwa hatinya hanya untuk Ahmad seorang.
Waktu KKN sudah berjalan satu bulan, sudah banyak program yang telah dijalankan. Ahmad fokus pada pembuatan perpustakaan masjid. Ahmad sering keluar untuk mencari buku-buku di berbagai lembaga. Dari kegiatan inilah Kasih sering mendampingi. Tidak sia-sia perjuangan mencari donatur buku dan Al-Qur’an. Lumayan hasilnya banyak , sementara cinta pun semakin melekat.
Satu rintangan sudah terlalui, rintangan berikut datang menghampiri. Tetiba ada seorang pemuda karang taruna terpincut dengan Kasih. Pada saat itu Kasih dan 2 orang mahasiswi sedang berkunjung ke rumah tokoh masyarakat dan bertemu dengan pemuda karang taruna.
Mereka disamping silaturahmi juga membicarakan program kepemudaan. Tanpa disadari salah satu pemuda karang taruna jatuh hati. Ke esokan harinya pemuda itu mendatangi rumah penginapan KKN, dengan alasan menumpang ngetik profosal dan sekaligus ingin bertemu Kasih. Kebetulan pada saat itu Ahmad dan beberapa teman sedang berada di tempat, sementara Kasih sedang tidak ada di tempat.
Ahmad sudah mengetahui gelagak pemuda itu dari gerak-gerik yang mencurigakan. Langsung saja Ahmad menyekak mati pada saat itu juga. Pemuda itu agak kikuk dibuatnya hingga pemuda itu mengurungkan niatnya. Langsung pamit dan sejak hari itu tidak pernah kembali lagi.
Selayang pandang Ahmad mendengar kabar angin dari pemuda lain. Katanya pemuda itu tidak berani bertemu mahasiswa KKN terutama dengan Kasih. Setiap pertemuan pemuda itu tidak terlihat batang hidungnya.
Dua saingan sudah bertekut lutut dibuatnya. Cinta pun terus berjalan mengalir laksana mengalirnya air di sungai.
KKN pun berakhir, cukup 2 bulan melakukan kuliah kerja nyata di tengah-tengah masyarakat. Ahmad dan teman-teman KKN pun dilepas dengan haru oleh kepala desa dan perangkat desa.
Peserta KKN pulang ke rumah masing-masing, sementara Ahmad menghantar Kasih ke tempat kostnya.
,….,…….
Salam literasi 🙏
kisah yg sangat mengesankan, jadi ingat zaman mahasiswa dulu, hehehe
Hehe hehehe, kabuuuuur
Terima kasih Om Jay udah mampir
Lagi belajar menulis cerpen
Kasih ditaksir banyak orang, tapi Ahmad tetap jadi pemenangnya ni ceritanya ya Cing Ato?
🙂
Hehehehe….. terima kasih bunda sudah mampir ditulisan yang sederhana ini. kabuuuuur