Untuk seseorang yang dulunya dekat teramat dekat. Tidak ada batas antara dirimu dan kami. Semua baik-baik saja sehingga keakraban kita tak ada yang bisa memisahkan.
Hari berlalu, bulan berganti begitupun tahun. Tampak nyata akan perubahanmu, beranjak pergi secara perlahan-lahan. Sampai-sampai dirimu telah benar-benar melupakan kami.
Mungkin ada yang tidak kamu sukai dari sikap dan bertindak kami sehingga dirimu memutuskan pergi jauh dari kami.
Itulah segelintir cerita dari seorang sahabat yang pernah dekat dengan seseorang. Betapa dirinya merasa sangat kehilangan dengan orang yang pernah dekat. Pergi tanpa pamit dan tanpa menjalin komunikasi sekalipun.
Sahabat yang ditinggalkan ini selalu merasa bersalah akan keadaan ini. Tampak raut wajah sedih menyelimuti wajahnya.
Kadang aku berpikir ” separah itukah rasa sesak di dadanya?, sehingga membuat dirinya merasa bersalah dengan sesuatu yang tak pernah dilakukannya.
Memang butuh perjuangan untuk sebuah hubungan. Apalagi jika sudah teramat dekat dengan seseorang. Pastilah berat berjuang membuat kondisi seperti awal lagi.
Namun selain Allah tiada lagi yang berkuasa atas bolak baliknya hati. Kenapa harus berlama-lama menyesali diri? Saatnya move on, mungkin saat ini ia sedang ingin sendiri dan tidak ingin diganggu. Biarkanlah…belajarlah untuk tidak berharap kepada manusia.
Stop…meratapi diri
Stop…menyalahkan diri
Semua terjadi atas izinnya, serahkan lagi kepadaNya. Allah tidak tidur kok, jadi jangan takut akan kehilangan seseorang. Yang patut ditakuti adalah disaat Allah tidak peduli lagi ke kita, tidak menguji kesabaran kita dan tidak membuat kita risau. Itu patut di kwatirkan.
Jika akan hadir hikmah positif dibalik semua permasalahan ini, maka tak pantas rasanya kita menyesali diri.
Move on now… disaat ada yang pergi dalam hidupmu dan perginya tanpa pamit, maka yakinlah akan ada yang akan hadir dalam hidupmu tanpa perlu minta izin. Berpositiflah sehingga orang-orang positif tak segan menguampirimu tanpa syarat apapun. Ok!
