REMAJA PUTRI KUNCI SDM UNGGUL

Terbaru161 Dilihat
  1. Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom

Tanggal 25 Januari 2022, peringatan Hari Gizi Nasional ke-61 digelar. Itu telah dilaksanakan sejak tahun 60an guna memperingati berdirinya Lembaga Makanan Rakyat.

Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah adalah penanggulangan anemia gizi pada remaja puteri.

Untuk itu kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini. Harapannya di tahun 2030 Indonesia mendapatkan bonus demografi dengan menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif dan berdaya saing tinggi.

Namun bagaimana hal itu akan dicapai jika masalah  Kesehatan dan status Gizi pada remaja, terutama remaja putri masih merebak. Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Dicatat dalam data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

Letih, lemah, lesu itu gejala kurang darah. Begitu bunyi suatu iklan. Mungkin informasi seperti itu lebih mudah dipahami masyarakat. Kalau disebut langsung itu gejala anemia, bisa jadi informasi pentingnya berlalu begitu saja. Pesan intinya kurang efektif karena tidak cepat dipahami.

Tanda-tanda seperti kulit atau pipi dan bibirnya pucat, lapisan kelopak mata dan bagian pangkal kuku berwarna merah muda pudar, bagian mata menguning (jaundice), mudah marah sering ditemukan.

Gejala-gejala itu dapat muncul pada remaja putri kalau mereka kehilangan sel-sel darah merah secara kronis karena siklus bulanan (haid). Juga asupan zat besi dan penyerapan yang tidak memadai.

Anemia bisa terjadi pada siapa saja dalam setiap fase kehidupan (life cycle). Pada anak remaja putri sering terjadi. Jika terjadi akan membawa dampak merugikan di masa depan terhadap kreativitas dan produktivitasnya.

Usia remaja merupakan salah satu kelompok rentan dalam siklus hidup (Life Cycle). Karenanya remaja sehat itu investasi masa depan bangsa. Peranannya penting sebagai generasi penerus melanjutkan estafet pembangunan dan perkembangan bangsa. Kemana arah negara akan ditentukan terletak pada kiprah mereka. Negara dengan generasi muda yang sehat dan cerdas akan menjadi negara besar.

Penyebab paling umum anemia adalah kekurangan zat besi. Diperkirakan mencapai sekitar 50% dari semua kasus anemia. Kondisi anemia yang disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi seringkali dikenal dengan istilah anemia gizi besi.

Pasalnya kebutuhan asupan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pubertas juga meningkat. Sehingga kebutuhan menjadi lebih banyak.

Pada kasus anemia proses pengantaran oksigen dan zat-zat gizi ke semua sel dan jaringan tubuh menjadi terganggu. Muncullah berbagai keluhan, seperti mudah lelah, pusing, hingga kulit pucat.

Kalau remaja putri sudah menderita anemia, ibarat pabrik yang menghasilkan produk berkualitas rendah.
Para calon ibu yang mengalami anemia, ketika menikah kemudian hamil, maka kecenderungannya janin yang dikandung juga akan anemia. Bahkan berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah (BBLR).

BBLR merupakan suatu kondisi saat bayi dilahirkan memiliki berat badan  kurang dari 2500 gram. Penyebabnya selama masa kehamilan Kesehatan ibu bermasalah. Bisa karena mengalami tekanan darah tinggi, kekurangan zat gizi, infeksi atau kelainan bawaan.

Karena itu kelompok usia remaja perempuan ini harus mendapat perhatian seksama. Sebabnya kelak akan mempengaruhi seribu hari pertama kehidupan (HPK) anak dalam siklus kehidupan.

Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dihitung dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan anak. Ini akan menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Jika terjadi gangguan tumbuh kembang anak akan terhambat tidak akan bertumbuh dan berkembang maksimal.  Kreativitas dan produktivitasnya rendah, tentu hal ini  sangat meeugikan. Karenanya Remaja sehat itu investasi masa depan bangsa. Peranannya penting sebagai generasi penerus melanjutkan estafet pembangunan dan perkembangan bangsa. Kemana arah negara akan ditentukan terletak pada kiprah mereka. Negara dengan generasi muda yang sehat dan cerdas akan menjadi negara besar.

Pemerintah gencar melakukan upaya untuk mendorong terwujudnya SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing sesuai arah pembangunan kesehatan 2020-2024.

Salah satu upayanya adalah melakukan pencegahan melalui intervensi Gizi spesifik yang merupakan kegiatan langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.

Upaya yang gencar dilakukan adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil. Selain itu juga melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Tinggalkan Balasan