Ahlan Wasahlan Wamarhaban Yaa Mujahidku

Terbaru92 Dilihat

 

 

Ahlan Wasahlan Wamarhaban Yaa Mujahidku

#CatatanHarianSangGuru

Hampir dua tahun tidak pernah melihat Mujahidku. Aku hanya mendengar suaranya saja lewat handphone. Terakhir melihat beliau ketika pamitan hendak berangkat ke pondok. Aku lihat beliau diam membisu melihat kondisiku pada saat itu. Aku tahu perasaan hatinya pasti sedih melihat ayahnya terbaring lunglai tak bergerak dan tubuh laksana tulang berbalut kulit.

“Ayah,… Raju pamit mau balik ke pondok,” ucapnya sambil mengambil telapak tanganku yang lunglai.

“Iya, tong belajar yang rajin ayah selalu mendoakan,” jawabku.

Beliau pun berangkat dihantar oleh uminya ke Asrama haji, karena di sana titik kumpul santri dari konsulat Jakarta. Bersyukur sekali mondok di pesantren modern Gontor. Orang tua tak terlalu direpotkan untuk mengantar anaknya sampai ke pondok. Seluruhnya sudah terpasilitasi oleh alumni Gontor pada setiap daerah.

Orang tua hanya dua kali ke pondok, yaitu pada saat pengumuman kelulusan penerimaan santri baru dan pada akhir yudisium. Namun, kali ini yudisium tidak dihadiri orang tua, karena terkait masalah Corona.

Pada saat pengumuman penerimaan santri baru. Umi, kakak, dan adiknya yang menghadiri, sementara aku harus mengurusi raport di madrasah. Ingin si bersama keluarga ke sana, tapi bagaimana dengan tanggung jawabku sebagai wali kelas. Hingga kini aku tak pernah ke sana, karena terkena musibah sakit tahunan dan juga karena Corona.

Sudahlah, pasrah saja dengan keadaan, yang terpenting beliau selalu dalam kondisi sehat dan kebutuhan akan belajarnya selama di pesantren tercukupi.

Rada kangen juga dengan beliau dan anakku yang lain, karena puasa tahun ini mereka masih di luar Jakarta semua. Biasa buka, sahur, dan doa Bersama ketika puasa, sekarang mereka masih menuntut ilmu dan bekerja di luar Jakarta.

Sepi memang terasa dalam hidup ini tanpa di dekat orang yang kita sayangi. Hendak dikata apa, demi masa depan untuk sementara waktu berpisah. Pada saatnya mereka akan kembali lagi.

Selasa, 12 April 2022 Mujahidku akan mengikuti yudisium/haflatul wada. Sekaligus penempatan pengabdian selama satu tahun mengajar di berbagai pondok pesantren modern Gontor. Jadi beliau berada di lingkungan pondok selama 5 tahun, karena beliau masuk dengan ijazah SMP. Memang cukup lama, kalau mengikuti waktu seharusnya sudah kuliah. Tapi, tidak masalah, karena pengetahuan dan keterampilan hidup yang ditanamkan oleh pondok bisa mengalahkan mahasiswa tingkat satu atau dua, bahkan lebih dari itu.

Tingkat kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, kejujuran, kesungguhan dalam belajar , dan ketangguhan benar-benar nyata. Nilai tidak ada rekayasa, apa adanya. Jika tidak pantas naik ya, tidak naik. Melanggar peraturan siap-siap saja kena sangsi.

Suatu hari Mujahidku menghubungi uminya dengan menangis tersedu-sedu, beliau minta maaf andai kata nanti akan dikeluarkan dari pondok. Menurut informasi katanya beliau ada kasus dengan santri asuhan karena kebetulan beliau diamanahkan sebagai mudabir Kabir.

Baru itu Mujahidku menangis sepanjang beliau menuntut ilmu. Uminya pun memberi nasehat dan memotivasi agar tidak negatif thinking dan hadapi apapun yang terjadi. Beliau pun rada tenang dan meredah tangisnya.

Sebagai orang tua agak sedikit was-was. Akhirnya uminya menghubungi wali kelasnya. Alhamdulillah, tidak ada masalah dengan Mujahidku. Tenanglah hati ini begitu juga dengan Mujahidku.

Mujahidku aktif dalam seni Hadroh sebagai penabuh darbuka. Hampir setiap pelaksanaan panggung gembira beliau selalu tampil. Bahkan pada pelaksanaan panggung gembira yang terakhir. Beliau sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut. Di samping itu pula beliau melatih dan menyiapkan kostum 200 santri untuk tampil pada event panggung gembira.

 

Alhamdulillah, tepat pukul 12.30 beliau mengabarkan kepada uminya melalui handphone saudara sepupunya yang sedang kuliah di UNIDA. Bahwa beliau lulus dan mendapat tugas mengabdi di Gontor pusat. Sementara teman-temannya banyak dikirim ke Gontor cabang seluruh Indonesia.

Santri yang mengabdi di Gontor pusat merupakan santri pilihan. Mereka yang sudah teruji akan ketangguhannya baik dalam bidang ilmu pengetahuan, bahasa, dan skill.

Besok hari Rabu, 13 April 2022 Mujahidku akan kembali dari pondok, aku akan datang menyambutnya walau cukup dari dalam mobil, biarlah uminya yang turun. Anggap saja kepulangan beliau sebagai kado ulang tahunku.

Ahlan Wasahlan Wamarhaban Yaa Mujahidku. Semoga pembelajaran selama di pondok bisa mujahid terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggal selanjutnya, menyiapkan dana untuk kuliah. Mudah-mudahan ada beasiswa untuk keluar negeri. Bismillahi tawakaltu alallah laa Haula wala quwwata illa billah……

 

Salam literasi

Suharto

Guru Blogger Madrasah

Pegiat Literasi Madrasah

Penulis buku

Teacher MTsN 5 Jakarta

Tinggalkan Balasan