Klarifikasi Puan
Cerpen Thamrin Dahlan
Nama Puan bisa jadi berasal dari kosa kata Perempuan. Puan boleh juga dipakai sebagai panggilan wanita bangsawan atau wanita cerdik pandai rupawan. Setara dengan Puan adapula penggilan Tuan. Sebutan inipun untuk kaum pria nan berperilaku sopan juga cendikiawan dari kampong jiran.
Misalnya Puan Kartini. Nama tercatat di e-KTP Kartini doang. Bersebab wanita ini cerdas bukan kepalang ketika semua jenjang pendidikan sudah habis diraih diusia 29 tahunan. Doktor Kartini oleh masyarakat adat kampong jiran pantas dan layak mendapat gelar kehormatan Puan.
Sebenarnya Kartini tidak bersedia di beri gelar Puan. Dia merasa lebih nyaman dipanggil Kartini doang. Ujar nenek moyang bahwa nama adalah doa. Mudah- mudahan Kartini Millenial mampu mengikuti jèjak RA Kartini sang pahlawan pembela nasib perempuan.
DR. Puan Kartini tidak bersedia bekerja di pemerintahan. Wanita berparas anggun berhijab ini lebih memilih bekerja sebagai peneliti pernak pernik kehidupan
Penelitian yang sedang digarap Puan saat ini menyangkut bidang sosial kemasyarakatan. Inilah penelitian ke 17 dengan hipotesa ” Terdapat hubungan erat antara kepiawaian bicara emak emak dengan tingkat pendidikan “
Sebagai seorang ilmuan sejati, Puan Kartini bekerja profesional. Membela yang benar bukan membela sponsor yang bayar. Sample Research meliputi semua perempuan berstatus emak emak republik ambyaar.
Penentuan sample dilakukan secara ilmiah, cermat dan teliti mengingat populasi perempuan republik ambyar sangat heterogen atau beragam. Menurut kaedah ilmu statistik bahwa sample harus mewakili distribusi populasi. Dengan demikian hasil penelitian bisa digeneralisir persis menggambarkan kondisi factual populasi.
Cara pengambilan data respondent (emak emak) terpilih dilakukan oleh relawan. Emak emak terpilih ditetapkan berpendidikan SD sampai S3.Simple saja hanya 5 pertanyaan diajukan yaitu ;
1. Pendidikan terakhir,
2. Tempat tinggal,
3. Pekerjaan,
4. Usia
5. Bagaimana pendapat responden tentang upaya penerintah mengatasi pandemi covid 19.
Relawan penelitian rata rata mahasiswi semester 7 dan 8. Para calon peneliti sangat antusias dan merasa bangga diikut sertakan pada penelitian DR. Puan Kartini. Sebelum pelaksanaan wawancara DR Puan Kartini memberikan arahan kepada adik adik mahasiswi. Isi arahan itu lebih kepada semangat emansipasi kaum perempuan.
“Wawancara adik adik wajib direkam, biarkan emak emak berbicara menurut suara hati nurani,”
Semua proses penelitian berjalan lancar sesuai SOP mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyajian sampai publikasi hasil penelitian. Pekan ke 2 September 2020 Lembaga Kajian An Nisa menyelenggarakan komprensi pers.
Doktor Puan Kartini menyampaikan hasil penelitian secara detail berdasarlan analisa statistik iñferensial.
Hasil Penelitian : Tingkat Pendidikan Tidak Mempengaruhi Kemampuan Berbicara
Kesimpulan yang bisa dipetik dari penelitian : Mematahkan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan emak emak tidak menjamin dia pandai bocara di depan umum.
Hasil penelitian ini cukup mengejutkan namun bisa dipertanggung jawabkan. Bagi para pihak yang kurang sepaham silahkan buat pemilihan tandingan.
Uhf tuan tuan dan para puan nan bijaksana berpikiran. Tulisan ini bersifat fiksi khayalan. Tak elok pula dihubung hubungkan dengan segala sesuatu nan sedang berkembang. Itulah sebabnya artikel di beri tajuk Karifikasi Puan.
Salamsalaman
Republik 6 September 2020
YPTD