ADA yang spesial dalam Kopdar Kompasiana dan Penulis YPTD, Sabtu (20/08/2022) itu. Bukan hanya tempat pertemuannya yang istimewa dan mewah tapi acara dan pesertanya juga layak kita catat dalam memori kita sebagai peserta Kopdar yang hebat. Setiap peserta sudah pasti memiliki catatan untuk kenangan sendiri setelah kegiatan usai. Silaturrahim yang terjalin antara sesama penyuka dan praktisi literasi layak dicatat dalam catatan khusus.
Tentang tempat kegiatan, misalnya adalah tempat yang cukup representatif sebagai tempat sebuah pertemuan. Adalah aula Perpusnas di Lt.4 yang dipakai sebagai tempat berkumpulnya para penulis blog Kompasiana dan blog YPTD. Titel acaranya Kopdar Kompasianer dan Penulis YPTD. Menurut informasi panitia, memakai ruangan seperti aula Perpusnas itu diperlukan dana minimal Rp 10 jt. Kopdar ini memakai ruangan seperti itu. Apakah panitia Kopdar menggunakan uang secara tunai atau ada yang menjadi sponsor, itu pun sebuah keistimewaan dari Kopdar ini.
Tentang peserta Kopdar juga sangat penting menjadi catatan. Ternyata tidak calang-calang orang yang hadir di acara ini. Bukan hanya karena pesertanya adalah para penulis hebat di blog Kompasiana dan di blog YPTD, tapi yang sangat membuat kagum adalah bahwa di antara penulis hebat itu ada yang usianya sudah sangat sepuh, namun tidak menunjukkan dia rapuh. Semangat menulisnya begitu tinggi yang tidak mencerminkan usianya yang sepuh itu. Lazimnya dalam usia sepuh begitu orang sudah sangat sulit untuk beraktiftas. Seorang Tjiptadinata yang pada acara ini merayakan ulang tahunnya yang ke-79, dapat dibayangkan seperti apa sepuhnya teman kita yang satu ini. Namun tetap penuh semangat seperti usianya masih muda.
Opa Tjipta (begitu sebagian kita menyapanya) hadir di acara ini bersama isterinya yang juga sudah sepuh. Tapi keduanya, masih tetap aktif menulis. Begitu informasi yang disampaikan pada saat acara ini. Ada haru yang dirasakan juga pada Kopdar ini ketika keduanya berpelukan mesra sesaat lilin peringatan HUT Kelahiran ditiup. Dari Opa Tjipta juga datangnya tiga laptop yang dijadikan hadiah doorprize dalam acara Kopdar ini. Betapa dia tidak saja memberikan teladan yang baik sebagai seorang penulis yang sudah menghasilkan 6000-an artikel di Kompasiana tapi juga menunjukkan kalau dia juga orang mau berbagi kepada orang lainnya.
Dalam acara ini juga hadir Pak Suharyanto, Kepala Pusat Bibliografi dan Pengelohan Bahan Perpustakaan, Perpusnas RI yang memberikan sambutan penambah semangat peserta untuk terus menulis. Masih kita ingat pidato belyau pada acara Kopdar itu. Setelah menyampaikan salam dari Kepala Perpusnas, Pak Muhammad Syarif Bando dan menyapa para peserta Kopdar, dia mengajak peserta untuk terus meningkatkan budaya literasi kita semua.
Kata Pak Suharyanto, “Peringatan ini juga merupakan bagian dari literasi inklusi sosial, untuk berkreativitas tanpa batas dan berinfovasi tiada henti dalam meningkatkan nilai budaya literasi.” Dia berharap semoga usaha ini dapat meningkatkan budaya literasi bangsa kita dari angka 55,03 (base line 2019) menjadi angka 71 pada tahun 2024 nanti. Sungguh harapan yang tidak mudah jika kita tidak bersama berusaha memajukannya. Pak Suharyanto yang membacakan beberapa bait pantun dalam pidatonya, layak untuk kita angkat jempol atas kehadirannya. Sebagai pejabat penting di Perpusnas tentu saja kehadirannya sangat penting.
Kreativitas tulis-menulis yang muaranya adalah melahirkan buku sebagai hasil karya tentu saja sangat berkaitan langsung dengan Perpusnas sebagai lembaga yang akan mengeluarkan ISBN buku-buku yang diajukan penulisnya. Dengan pejabat Perpusnas berada dalam kegiatan ini tentu saja akan memberikan nilai plus bagi peserta semuanya karena suatu saat akan berurusan dengan Perpusnas dalam pengurusan ISBN bukunya.
Pasti masih ada banyak catatan lain yang dapat diulas berkaitan pelaksanaan Kopdar penulis blog Kompasiana dan penulis blog YPTD (terbitkanbukugratis.id) ini. Intinya, pentingnya Kopdar ini dapat dilihat dari banyak sisi. Selain memperkuat silaturrahim diantara sesama penulis juga memperkuat motivasi untuk terus menulis. Teruslah kita menulis, karena tulisanlah yang kan menjadi saksi bahwa kita pernah ada di muka bumi ini.***
Selamat pagi ananda M.Rasyid Nur
Terima kasih tak terhingga untuk tulisan sarat makna mendalam tentang memaknai arti kebersamaan.
Menjadi kenangan indah yang tak pernah akan terlupakan bagi kita semuanya
Semoga ananda selalu dalam lindungan Tuhan bersama keluarga tercinta
Sama-sama, Opa Tjipta dan Oma. Kami berdoa semoga Opa tetap sehat selalu. Catatan itu saya buat untuk kenangan selamanya karena akan selalu terbaca sekaligus saling mengingatkan untuk sebuah teladan.