RIBA

Terbaru22 Dilihat

Banyak orang berfikir saya putus asa lalu menjual semua barang yang ada didalam rumah saya dengan harga murah bahkan menggratiskan barang barang kemudian saya merugi total.

Saya coba jelaskan berdasarkan kronologis yaaaa…

Siapapun berhak membaca ini dan boleh ambil hikmah dari kondisi yang terjadi pada saya.

Saya berusaha, berjuang, dan bersemangat untuk menjadi seorang wirausaha. Dalam perjalanannya saya hanya punya ketulusan. Namun itu salah☺️, seorang wirausaha wajib punya ilmu. Ketika sudah berilmu, tetap masih kurang, karena wirausaha muslim wajib punya keyakinan besar. Keberanian saja tidak cukup, tapi Islam telah mengatur dengan baik.

Ilmu berdagang sudah ada sejak jaman lampau, bisnis banyak caranya, beragam jalannya. Yang kita anggap selama ini baik, belum tentu benar secara syariat.

Terjadi pada kehidupan saya ketika ilmu muamalah tidak sejalan dengan usaha yang berkembang. Maka saya pun jatuh di kesalahan yang fatal bagi saya.

Jika bukan Allah yang memberikan saya kesempatan untuk membenahi koridor, bisa saja saya kaya raya, sukses dengan cara yang salah. Tapi Alhamdulillah saya diberikan kesempatan besar untuk memperbaiki semua keadaan.
Secara manusia saya ingin menyerah, tapi kekuatan dari sang maha kuasa membuat saya tetap istiqamah untuk memperbaiki semuanya.

Ketika memutuskan untuk hijrah dari RIBA tahun lalu, apa yang terjadi?

Allah ambil kesenangan, Allah berikan rasa sakit, Allah jauhkan dari orang yang saya cintai, Allah hadirkan musuh musuh yang nyata, Allah hadapkan saya pada situasi bahaya, mulai dari di gunjing, di jauhi, difitnah, di ludahi secara langsung, di dzalimi, merasa seorang diri semua Allah berikan cobaan itu sebagai ujian bagi saya.

Allah sempitkan rejeki saya sesempit sempitnya. Hingga untuk makan di hari itupun kami tak mampu, menjual segala macam tidak laku, namun pantang bagi saya untuk meminta minta apalagi berharap belas kasih orang lain. Saya yakin Allah itu pasti memberikan kebutuhan saya, itu jadi keyakinan saya.

Saya lalui prosesnya, ditagih hutang, di anggap pembohong, di adili secara sepihak, di hujat, bahkan dalam kondisi hamil saya mengalami kekerasan fisik dan mental dari beberapa orang, Alhamdulillah saya jalani semua tapi saya tidak mau menyerah pada mereka, keputusan saya tetap bulat untuk tinggalkan RIBA.

Sampai pada satu kenyataan saya membuka Al Qur’an dengan metode garpu tala, disitu saya membaca dan mencari tau maknanya.

Solusi dalam sempitnya rejeki adalah sedekah.

Otak berfikir, bagaimana saya bisa sedekah, sedangkan saya tidak punya uang sama sekali saat ini. Bahkan untuk berobat kandungan saja harus melewati drama karena sesuatu. untuk bekal anak sekolah, makan sampai akhir bulan dari mana semua itu.

Wajar lah, otak saya terbatas, tetapi saat saya bersyukur maka terbuka semua, bahkan saya bisa memberikan banyak hal yang berguna dari diri saya.

Dari situlah saya memohon pada Allah agar bisa belajar ikhlas untuk melakukan semua ini.

Saya berikan barang layak pakai yang saya miliki, saya jual barang sangat murah jauh dari harga pasaran tujuannya hanya untuk bisa menyambung hidup saja, ikhtiar dari saya yang bisa saya lakukan.

Jadi semata mata saya hanya mengamalkan apa yang saya baca dalam pedoman hidup tadi. Dan keyakinan saya kuat bahwa di ayat tersebut Allah menjanjikan kelapangan setelah kesempitan jika saya telah sedekah.

Maka saya tidak merasa kerugian sama sekali seandainya semua harta benda habis tanpa sisa, karena yang saya tau janji Allah itu pasti.

Terserah orang lain mau berfikir saya seperti apa, bahkan saya ringan dalam hisab saya kelak, yang saya yakini lagi usaha yang saya rintis bukan dari menyadur resep orang lain, menghasut orang lain, atau memfitnah orang lain. Usaha saya berasal dari Allah meridhoi langkah saya dan memberikan saya kemampuan untuk melakukan itu, jadi jika harus terhenti sekarang itu bukan masalah besar.

Mau dibilang bangkrut silahkan, karena saya gak mau bangkrut di akhirat, cuma itu aja.

Kehilangan keluarga karena hutang itu biasa, kehilangan orangtua karena hutang itu juga bisa, kehilangan teman karena hutang itu bukan masalah, asal bukan karena hutang saya kehilangan ALLAH.

Cukup Allah bagi kami, dan kami yang tidak punya daya ini hanya mengharapkan kasih sayang Allah, bukan pengakuan dari manusia.

Tinggalkan Balasan