DIKSI PUISI DAN SENI BAHASA

DIKSI PUISI DAN SENI BAHASA

Dokpri WA group KBMN 28

Resume ke-18 KBMN-28

Tanggal          : 17 Februari 2023

Tema               : Diksi dan Seni Bahasa

Narasumber   : Maydearly (nama pena)

Moderator     : Widya Arema

Malam ini materi dibawakan teteh Maydearly dari Lebak Banten dan moderator mba Widya dari Malang. Keduanya masih muda-muda dan berprestasi. Om Jay dan kami semua tentunya sangat bangga, generasi muda berkarya bagi bangsa.

Pelajaran diawali oleh Om Jay yang menghantarkan narasumber dan moderator untuk tampil di depan (via whatsApp),.upps.

Rangkaian kata penghantar materi malam nan indah disampaikan oleh mba Widya yang mungkin sering berinteraksi dengan teteh Maydearly kedalam puisi. Inilah puisinya.

 

SAHABAT

Oleh : Widya Setianingsih

 

S ayap kami saling menyangga

A rungi berdua gemerlap letihnya dunia

H adirkan setiap warna membungkam resah yang ada

A baikan setiap mata munafik yang bersorak dalam duka

B iarkan tangan kami saling tergenggam, menguatkan dalam balutan doa

A tau mentertawakan takdir yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa

T ak usah dengarkan mereka, cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.

 

Selanjutnya dibagikan CV dari teteh Maydearly.

dokpri Maydearly

Teteh Maydearly lulusan S2 Bahasa Inggris di Universitas Indra Prasta (UNINDRA) tahun 2020.  Beberapa buku Solo dan antologi sudah dimilikinya, bahkan tantangan dari Prof Eko juga mampu ditakhlukkannya, “Buku Duo Literasi Digital untuk Abad 21.” Keren kan?

Sama kerennya seperti setiap untaian yang disampaikan kepada para peserta KBMN-2.

Inilah contoh indahnya rangkaian kata teteh Maydearly yang di share mba Widya:

“Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.

Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku. “

I Love You to the Moon and Back

Maydearly

 

Mba Widya memberikan komentar pesan yang disampaikan teteh Maydearly.

“Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.

Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.”

Widya

 

Kemudian dibalas kembali oleh teteh Maydearly

“Terimakasih Bestie ku tersayang, aku mengenalmu dari deret huruf sebagai batas ucap yang mempesona.

Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh, memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan. “

Maydearly

 

Inilah kalimat-kalimat pembuka yang membuat hati terkesima. Marilah kita baca pelajaran yang disampaikan teteh Maydearly. Kali ini saya tampilkan sesuai apa yang diucapkan oleh narasumber karena teteh Maydearly menggunakan bahasa yang indah-indah ketika menyampaikan pelajarannya.

 

“Baiklah Bapak/ Ibu izinkan saya meminjam waktu dengan jemari yang berlarian  di atas layar kaca.

Sebuah materi Diksi dan Seni Bahasa semoga menjadi cemilan yang menawan di pembuka malam nan elegan.

Berharap, malam ini menjadi malam yang paling teduh yang kita dapatkan. Ditemani dengan secangkir kopi yang mempertemukan kita di satu meja virtual. Sebuah tempat dimana sang emoticon (️) menjadi persembahan sebagai tanda perkenalan dari Maydearly.

Malam ini terasa lebih istimewa entah para peserta yang sedang manis-manisnya atau aku yang sedang menggebu-gebu untuk bertemu para pejuang ilmu.

Maydearly sebuah nama tanpa titik koma, ia menyadur makna diantara serpihan kata yang melahirkan karya. Tak perlu di tanya alamat blog nya hanya lewat sebuah karya dia pernah berbicara, merupa, menulis, bercerita, dan berdoa sebagai rupa sejarah untuk masa tua.”

 

Selanjutnya teteh May membagikan slidenya yang penuh dengan bunga-bunga. Inilah isi dari slidenya:

“Diksi dari akar kata bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics, salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.

Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan. “

Tetah Maydearly berterus terang merasa malu membawakan materi tentang Diksi, karena teteh Maydearly bukan ahli sastra, lebih tepat hanya sebagai penyuka diksi.

Teteh Maydearly melanjutkan, “Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.

Apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah? Saya merasa takut tulisan saya terdengar garing ketika dibaca. Menulis itu sederhana Bapak Ibu. Se sederhana mengadukan gula dalam gelas kopi. Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan. Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan?”

Berikut jurus yang diberikan oleh teteh Maydearly:

Libatkan 5 macam panca indera kita.

  1. Sense of Touch. Menulislah dengan melibatkan indera peraba. Indra peraba dapat digunakan untuk merinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yang kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

Contoh:

“Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.”

  1. Sense of Smell. Menulislah dengan melibatkan indra penciuman, hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

“Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan,”

  1. Sense of Taste. Menulislah dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

“Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.”

  1. Sense of Sight. MenulislH dengan melibatkan indra penglihatan yang memiliki PRINSIP “show, don’t tell”. Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh:

“Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan.”

  1. Sense of hearing. Menulislah dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh

“Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.”

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.

“Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.”

Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara.

Sungguh luar biasa materi yang diberikan teteh cantik ini. Rangkaian kata-katanya begitu mempesona membuatku tergila-gila akan ilmu yang diberikannya.

Group menjadi ramai tatkala diberikan kesempatan mempraktekkan diksi  selama 10 menit. Saya mengabadikan beberapa karya para peserta KBMN-28

*****

Sahabat

“Sahabat dalam suka, namun kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam.

Belajar diksi akan kulumat sampai habis…

Happy weekend tak terlupakan.” (1)

*****

 “Tampak wajah-wajah lugu tanpa dosa di lorong asrama dengan lampu redup redam membawa kitab kuning di pergelangan tangan. “ (2)

*****

 “Malam ini memancarkan cahaya harapan. Sekian lama kelam tanpa aroma kasturi. Bau kemenyan dan dupa berangsur menghilang. Sirna terhapus oleh hadirmu.” (3)

*****

 “Malam ini ku tercenung,

Membaca kalimat demi kalimat yang mendayu menyejukkan hati,

Seakan tak kuasa beranjak dari layar kasih penuh makna

Terimakasih sahabatku yang telah memberi ilmu di malam syahdu ini.” (4)

*****

Memanah Bintang

“Nun jauh di angkasa

Kelipmu goda hasrat diri

Tuk meraih mimpi

Bergumul dalam awan pengharapan

Bertaruh waktu perjalanan

 

Nun jauh gemintang malam

Cahayamu semu hadirkan ragu

Tuk capai harapan

Berbagai rancangan dibiaskan

Berbagi waktu terlenakan

 

Hadirmu laksana memanah bintang

Jika telah lewat masa

Harapan pun kan hilang

Berganti pagi menjelang. “- Karya Rismalasari (5)

*****

 “Gelas kopiku kini hanyalah sebentuk ruang hampa tanpa rasa semenjak kau tinggalkanaku sendiri dalam kefanaan.” (6)

*****

Ketika senja memeluk malam dengan dekapan yang tak ingin terlepas. Ada naluri ingin berbagi kasih yang tak mungkin tertunda lagi. “ (7)

*****

“Rasa rindu untuk menatapmu, agar tak lepas dari pandangku, setiap materi  yang tertuai dilayar aku tatap tampa mengedipkan mata.” (8)

“Jari jemariku menari lentik di atas hamparan huruf-huruf yang berbaris, seakan-akan memberi irama pada malam yang syahdu.” (9)

*****

 “Seorang wanita berbaju merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya. “ (10)

*****

 “Rembulan malam ini enggan bersinar

terlihat gelapnya kabut menutupi cahayanya

Tapi aku terpesona

oleh senyum indahmu di malam ini

yang terlihat olehku bagai bulan purnama.” (11)

*****

 “Ketika jiwa terasa sepi

Seakan terbayang dirimu dihadapanku

Ingin rasanya kupeluk resah dirimu

Tapi apa daya diriku kepadamu

Hanya bisa kuratapi diriku membangunkanmu. “ (12)

*****

“Kutatap mendung di mata yang senantiasa teduh itu. Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik deras. Ku dekati di yang terlihat galau berkaca. Ya. Muridku yang selalu ceria kini berubah menimbulkan sejuta tanya. “ (13)

 

Aku dan Kamu

(Rosjida Ambawani)

 

Ku lihat lagi senyum mataharimu

yang buatku terpaku beku

Ku rasakan hembus nafasmu

mengalirkan darah biru rinduku

Ku dengar lembut suara indahmu

menyadarkanku kau bukan siapa-siapaku …

(Ciamis, 17.02.23) (14)

*****

“Pink mewakili hatimu,

Yang merekah bak bunga yang terselip ditelinga kembang desa

Bukan karena cinta mu yang membara lalu padam oleh penatian jawaban.

Tapi, pink lambang kebahagian yang engkau utarakan saat segala ucapan abis namun tak cukup mewakilkan…

Pink warna indah mengumumkan berapa engkau menebar pesona keindahan.

Pink adalah meydearly.” (15)

*****

“Aku..

Berlayar dalam lautan ilmu

Berlabuh di samudera persahabatan

Berselancar di dunia Maya yang punya banyak makan

Kini ku terpatri oleh tulisan” bermakna oleh sang guru Diksi

Membawa angan ku ke negeri langit yg berprestasi.” (16)

*****

“Senja hari ini terlihat indah, semburat jingga yang teduh, pelangi menyapa ringan selepas hujan diiringi lirih gerimis yang masih terdengar.

Sunggu betapa indah lukisan-Nya.” (17)

*****

“Malam ini terasa syahdu

Ku menyimak kelas belajar menulis PGRI ditemani oleh suami dan anak-anakku

Sesekali mereka mengganggu dan menghampiriku

Senyuman terhampar namun adakalanya ku kesal karena mereka kadang mengganggu

Syahdunya malamku mungkin berbeda dengan banyak orang

Namun ku nikmati demi masa depan cemerlang.” (18)

 

April, 17 Feb 2023

—-

“ Takut kehabisan semenit waktu yng tersisa. Ku bergegas menekan tombol demi tombol yang kadang kala harus selingkuh dalam memilih kata.

Tak peduli dengan detak jantung yang berirama kencang bak kuda pacuan di gelanggang yang berebut mengejar garis finish…

Tolong…

Tunggu aku sedetik lagi.” (19)

—–

“Inikah Cinta

 

Inikah arti cinta untukku

Kini aku menaruh harap padamu

Meski itu hanya segenggam

 

Cukup bagiku meski segenggam

Yang kan membuatku tegak  berdiri

Kini di usiaku yang sudah menua

Tuk selalu bisa  ada di sisi buah hatiku

 

Luka yang kau tanam di hati

Meski jauh sudah ku kubur

Namun tega kau buka dan kau torehkan kembali

Hingga terasa laksana kau tabur garam di atas luka

Kau toreh luka di atas lukaku

 

Ku harap segenggam itu cinta tulus

Cukup bagiku tuk ku berani manatap wajahmu

Walau sungguh berat ku timbang rasa ini

Antara cinta, kasih dan sayang atau benci

 

Ku balut lagi sekuat jiwa

Ku yakinkan lagi diriku tentang kebersamaan

Ku kuatkan raga tuk mampu menatapmu

Meski taburan luka seakan memenuhi lahir batinku

 

Tak guna kata sesal

Karna takdir men…”  (20)

Kedua puluh ungkapan hati dari peserta KBMN 28 dijawab oleh teteh Maydearly

“Maafkan Mayderarly jika berbahasa amat menggoda, karena tugasku terlalu sederhana, yakni membuatmu jatuh cinta atas setiap bait yang mengudara.”

Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa! – Maydearly.

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she’s never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba.

Seberapa sulit ia menata perasaannya, she’s always create a good idea, ia selalu menumbuhkan ide-ide baru.

 

Berikutnya buku Antologi yang di share di group belajar dan di promosikan melalui rangkaian kata berikut:

dokpri maydearly

“Tuhan membawa pesona Sang Astuti lewat celah barisan kehidupan. Astuti  mengembara lewat kata, tawa, dan dilatasi warna.

Diiringi bunyi menukik yang mencumbui keheningan, ia menjejakkan kaki dalam prosa bertajuk pelangi.

Astuti, di aroma tanpa irama kisahnya menggantung di langit mengepung jutaan bintang, liar dan berbinar menelusup otak dan jemari.

Astuti mengendap lepas dari jenuh eligi kehidupan, tentangmu patut direguk tanya. “

Beberapa tanya jawab dari peserta yang perlu disimak.

Pada pertanyaan pertama menanyakan kiasan apakah termasuk Diksi?

Jawaban yang diberikan teteh Maydearly, bahwa kiasan itu termasuk peribahasa, bukan Diksi.  Hal ini dapat dilihat dari poin yang termasuk dalam peribahasa: Simpulan Bahasa, Perumpaan, Kiasan, Pepaah, Bidalan, dan Kata-kata Hikmat.

P:

  1. Apakah puisi yang bagus itu yang sulit dipahami? Yang menjadikan kita mengernyitkan dahi dalam memahami?
  2. Jika kita ingin mengungkapkan suatu rasa dan itu ternyata susah mencari diksi yang pas manakah yang lebih penting : ungkapan rasa yang lebih tepat terungkap atau mencari dulu diksi yang serasi?

Makasih Mbak Widya dan Maydearly. – “Rosjida Ambawani.

 

J : Terimakasih Bunda Rosjida Ambawani

  1. Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi.

2.Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

P : Apakah ada contoh diksi indah dalam karya tulis ilmiah? – Toto – Bekasi

J : Terimakasih Pak Toto. Jika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema Sastra.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh..Ibu Widya

P : Bagaimanakah seharusnya sikap seorang penulis diksi ketika keadaan hati dan pikirannya sedang berkecamuk atau tidak baik-baik saja namun bisa tetap membuat tulisan/diksi yang bermakna n menyentuh hati? – (Alfanita_Tangerang)

J : Waalaikumsalam Bunda

Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Saya makin esmosi biasanya Diksinya makin banyak.

Makin baper, makin super. Makin Bucin tulisan makin micin (Nano-nano) karena saya selalu libatkan hati.

—-

P : Saya Evridus Mangung peserta KBMN 28 dari NTT.

Pertanyaan:

  1. Apakah pemilihan diksi harus disesuaikan dengan pembaca/pendengar?
  2. Bagaimana teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti?

J : Terimakasih Bapak Evridus

  1. Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.
  2. Teknik memilih Diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti? Saya kurang faham dengan pertanyaannya.

Diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh ‘mengucap’ sesekali kita ganti dengan ‘merapal’. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca bukan?

—-

P:  Assalamualaikum

Ijin bertanya, ketika sekelompok kata tiba-tiba muncul menjadi kalimat yang berhamburan keluar dari hati lewat pikiran dan tertoreh diatas kertas menjadi sebuah catatan, apakah perlu diksi khusus sebagai label atas serangkaian kata yg muncrat mbak lumpur Lapindo ? Musiroh – Sidoarjo

J: Terimakasih Mba Musiroh atas pertanyaannya yang penuh Diksi.

Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik.

Demikian pertanyaan dan jawaban yang saya tampilkan pada artikel ini. Apa yang saya tulis bukan ringkasan karena panjang sekali namun saya berusaha mengabadikan pelajaran yang saya terima dari teteh Maydearly agar dapat dibaca kembali oleh saya dan para pembaca.

“Sobat nusantara yang luar biasa, malam semakin menuntut haknya untuk rehat.

Kebersamaan kita memang hanya di udara.

Tapi tak menyurutkan  terjalinnya suatu kisah.

Ruang dan waktu kita memang beda

Bukan berarti rasa tak boleh sama.

Saat-saat langkah terayun menjauh

Jarak kitapun semakin membentang

Akankah semuanya tinggal kenangan

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan sirna terkubur oleh waktu. “

 

Closing dari teteh Maydearly:

“Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.”

Quote dari teteh Maydearly

dokpri Maydearly

Sebagai penutup, moderator juga berpamitan tentunya dengan rangkaian kata-kata yang indah juga.

“Malam semakin lelah dan bersiap menuju peraduan.

Keharuman mimpi melambai mesra mengajak kita untuk segera menuju pelukan malam

Bapak/Ibu penggiat literasi nusantara.

Meskipun semangat kita untuk mengikuti kelas ini masih menyala-nyala, tetapi larutlah menjemput kita untuk segera mengakhiri kelas kita.

Terima kasih Bu Mae atas paparan materi malam ini.

Sangat menginspirasi dan memotivasi kami yang masih taraf belajar ini untuk terus semangat dan  berprestasi.

Semoga ilmu yang diberikan malam ini menjadi ladang pahala Maydearly yang akan mengalirkan amal jariyah. Aamiin. “

Dan saya beri applaus yang luar biasa untuk para peserta malam ini.

Kita tidak akan faham takdir tulisan kita akan menghilir kemana, tapi dengan tetap terus menulis Insyaallah tulisan kita akan sampai pada takdir yang indah.

Believe or not is yours.. prove it!

Demikian semua tentangpelajaran yang disampaikan oleh narasumber juga moderator. Saya tidak banyak menggunakan bahasa sendiri karena saya ingin menikmati setiap kalimat yang disampaikan oleh narasumber. Selamat membaca bagi yang belum buat resume.

Lebih mudah karena tidak perlu ambil tangga untuk memanjat keatas.

Salam sehat, salam literasi!

 

Jakarta, 17 Februari 2023

Nani Kusmiyati

Tinggalkan Balasan

1 komentar