Bertamasya Naik Kereta

Sepuluh

Bertamasya Naik Kereta

Kereta!

Mendengar kata kereta seakan dunia ini kembali ke masa kecil dulu. Teringat masa dulu di mana saya baru duduk di bangku taman kanak-kanak. Waktu itu saya tinggal di daerah Garut. Sebuah wilayah yang tidak terlalu rame, rapi dan bersih. Pada saat itu Pemerintah Kabupaten sudah memiliki stasiun kereta api yang cukup besar. Garut merupakan ibu kota Kabupaten.

Sejak masa kecil saya sering diajak jalan-jalan oleh ayah dengan menggunakan transportasi serba tradisional pada zamanya. Seperti naik andong dan kereta api pada akhir pekan. Berakhir pekan naik kereta bersama ayah merupakan hal yang menyenangkan. Kami berdua biasanya pergi ke tempat nenek di daerah Kadungora (dunian muda dalam bahasa Indonesia).

Tidak hanya ke tempat nenek, biasanya kami pergi ke Bandung ke tempat saudara. Naik kereta pada zaman dulu yang masih saya ingat adalah tiketnya menggunakan kartu seperti kartu remi dan ada titik-titik bolong. Suasana tempat duduk di dalam kereta saling berhadapan. Kondisi bagian dalam gerbong kereta rame, bau dan berjubel-jubel. Juga banyak pedagang yang menjajakan dagangannya.

Kini diusia saya yang memasuki kepala lima mencoba bepergian menggunakan kereta. Hal ini terjadi karena adanya desakan dari anak laki-laki saya. Dia berkatanya sesekali mencoba melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta jangan menggunakan kendaraan pribadi terus.

Akhirnya kami setuju untuk melakukan perjalanan ke Semarang dengan menggunakan kereta. Ini merupakan perjalanan yang pertama menggunakan kereta setelah sejak dulu kala di taman kanak-kanak. Perjalanan dengan menggunakan kereta sekarang lebih praktis. Kita bisa memesan tiket secara online, namun biaya perjalanan sekarang lebih mahal dibandingkan dengan masa dulu.

Biaya mahal sudah setara dengan pelayanannya yang sesuai. Selain pelayanan bagus juga kondisi di dalam gerbong lebih bersih, lebih luas dan tidak terdapat pedagang asongan yang berdesak-desakan. Dengan suasana seperti ini membuat perjalanan jauh tidak terasa cape. Bepergian bolak-balik Semarang-Wango tidak membuat badan lelah. Hal ini membuat saya jadi tertarik kembali untuk bepergian menggunakan kereta.

Sesampainya dari Semarang anak perempuan saya bertanya,”Bun! bagaimana rasanya naik kereta api?”. Saya menjawab dengan antusia,”Rasanya luar biasa menyenangkan, bisa menikmati pemandangan yang indah dan tidak cape.” Anak saya kembali bertanya,”Kapan dong kita naik kereta besama-sama bun?”. Bagaimana kalau liburan semester ini kita bertamasya dengan menggunakan kereta? “. “Sangat setuju bun, jawab anak saya sambil kegirangan”.

Pada tanggal 20 Desember 2022 kami berdiskusi membahas perjalanan tamasya menggunakan kereta. Selain itu juga kami membahas destinasi yang akan dikunjungi. Akhirnya kami mendapat kesepakatan tamasya libur semester ini ke Malang dan menggunakan kereta. Kami merencanakan berangkat pada tanggal 22 Desember. Tiket kereta sudah kami pesan pertanggal 20 Desember.

Untuk keberangkatan alhamdulillah kami bisa menggunakan kereta api dengan tiket esekutif satu. Akan tetapi liburan ini hampir bebarengan dengan libur panjang maka semua jalur KAI tiketnya hampir habis. Akhirnya kami mendapatkan tiket yang ekonomi kelas A. Memang sedikit agak kecewa pulangnya harus naik kereta yang kelas ekonomi A dan harus transit tiga jam di Jogjakarta.

Tanggal 22 Desember 2022 pun datang, saat nya kami berangkat ke Malang dari Purwokerto pukul 06.00 sore menjelang malam. Kami harus sampai stasiun sebelum jam 06.00, kalau kami telat maka tiket akan hangus dengan sendirinya. Tepat pukul 06.00 kereta pun mulai melaju perlahan dan lama kelamaan menjadi kencang. Diperkirakan kereta tiba di stasiun kota lama pada pukul 03.00.

Selama perjalanan menuju Malang kami merasakan perjalanan yang nyaman dan tenang. Tidak ada pikiran negatif. Berbeda dengan naik pesawat terkadang punya pemikiran, “bagaimana kalau kita jatuh?”. Tanpa terasa perjalanan pun hampir mendekati tujuan. Tepat pukul 03.00 kereta sampai di stasiun kota lama. Stasiun kota lama tidak besar karena ini merupakan tempat transit.

Stasiun utama kota Malang adalah stasiun kota baru, letaknya di daerah perkotaan. Karena kami merasa khawatir akan kondisi yang libur panjang dan stasiun jelas rame, maka kami memilih berhenti di stasiun kota lama. Sesampainya di kota lama kami beristirahat sejenak di Mushola. Kemudian kami melanjutkan sholat Isha dan Subuh.

Setelah selesai kami lanjutkan istirahat sambil menunggu jemputan. Selang lima belas menit mobil jemputan datang. Kami mulai melakukan perjalanan menuju kota Watu. Namun sebelumnya kami mampir di rumah makan dan menikmati makanan khas kota Surabaya yaitu nasi rawon. Kegiatan berikutnya adalah memulai dengan menuju beberapa tempat wisata yang menjadi target hari pertama.

Tempat wisata hari pertama yang dikunjungi adalah Taman Langit, kebun apel dan Jatim Park dua. Setelah mengunjungi semua kami lanjutkan perjalanan ke tempat vila yang telah kami booking. Setelah menginap satu malam perjalanan kami lanjutkan ke tempat wisata berikutnya yaitu Gunung Bromo, Jatim Park tiga dan taman durian.

Setelah semua selesai dikunjungi tepat pukul 07.oo kami siap-siap kembali ke stasiun kota lama untuk perjalanan pulang. Tepat pukul 08.00 kami berangkat dari kota lama menuju Wangon. Akhirnya bertamasya dengan naik kereta api sangatlah menyenangkan dan nyaman.

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

4 komentar