Kenangan Yang Tak Terlupakan

Terbaru89 Dilihat

foto makan bersama mantan murid suami /dok pribadi

Walaupun gaji yang diterima pada waktu itu hanya Rp.16.000 .– (terbaca : enam belas ribu rupiah) ,plus tunjangan “in natura” dalam bentuk beras sebanyak 9 kilogram setiap bulan,tapi sebagai seorang guru, gaji yang hanya cukup untuk hidup selama 2 minggu dalam  mengajar di SMP  Murni dan di SMP  Yos Sudarso dalam mata pelajaran Ilmu Pasti.sedangkan suami mengajar di SD RK II.

Sore  hari, murid murid bebas datang bertandang kerumah kami di Pulau Karam dalam ,tepatnya dibelakang Pabrik Kecap Ang Ngo Koh. Baik untuk menanyakan pelajaran,maupun yang datang untuk main main dengan itik peliharaan kami . Pada waktu itu putra kami baru satu orang,yakni Irmansyah Effendi . Saya dan suami  memperlakukan mereka seperti anak anak kami sendiri. Kalau mereka haus,boleh ambil air minum sesukanya. Tapi memang tidak disediakan kue atau camilan apapun,karena kondisi keuangan kami pada waktu itu masih morat marit.Yang penting,sebelum pulang dari rumah kami ,PR mereka sudah harus siap.Sesekali orang tua murid datang bertandang,untuk menyaksikan, apa saja yang membuat anak mereka betah bolak balik kerumah gurunya,yakni saya sendiri. Dan setelah menyaksikan anak anak mereka menjadikan rumah kami ruang grup belajar bersama ,sambil bermain,orang tua murid sangat berterima kasih .

Kini Rata Rata Mereka Sudah Berusia 62 Tahun Keatas 

Suami bergabung dalam WAG dan hampir setiap hari saling menyapa  dan saling memberikan informasi.Minggu lalu,salah seorang mantan murid suami  Darwis ,yang dulu pernah menjadi Pimpinan BCA cabang Padang dan kini sudah jadi Pengusaha sukses,berulang tahun ke 66 .Rata rata usia mereka sudah diatas 63 tahun Tahun lalu,kami sempat makan bersama di Rumah Makan Sari Minang di Jalan Juanda Jakarta Pusat. Tapi saat kami sudah berada kembali di Australia, dapat kabar  salah seorang diantara yang hadir ,yakni Eduard meninggal dunia. Rasanya sedih banget

Foto makan bersama ex murid suami(Eduard nomor 2 dari kanan)/dok pribadi

Dari sekitar 30 orang murid suami  di SD Kelas VI,sebagian diantaranya sudah tiada . Berarti dalam usia yang relatif masih muda,yakni sekitar 60 ahun beberapa diantaranya sudah dipanggil Tuhan. Disatu sisi, sebagai mantan guru mereka,suami  sangat berbahagia,karena rata rata mereka hidup dalam berkecukupan.Malahan ada yang memberikan kami  “angpau” dalam jumlah yang cukup bersar. Ada yang memberikan suami  baju batik dan sebaginya, Suatu kebahagiaan tak ternilai bagi kami . Bukan masalah dapat angpau dan hadiah,melainkan karena rasa kasih sayang mantan murid murid kepada kami berdua

Saat Menyaksikan Foto Kenangan

Karena tidak mungkin saya duduk sepanjang hari di depan laptop untuk menulis, maka di saat-saat istirahat menulis, saya membuka album kenangan lama, maksudnya  untuk menghibur diri. Tapi yang terjadi justeru, setelah menyaksikan lembaran foto-foto di album kenangan, saya jadi merinding. Karena hampir setiap foto yang saya tengok, salah seorang diantaranya sudah tidak ada lagi. Ada foto bersama salah seorang murid suami di SD RK II.

Pak I Wayan paling kanan /dok pribadi

Foto kenangan kami dengan pak I Wayan Parnata di Free Port, yang merupakan salah seorang sahabat terbaik kami yang juga sudah tiada dalam usianya yang relatif masih muda.

Paling kiri Pak Faisal /dok pribadi

Saat saya melihat foto lainnya, yakni saat kami makan bersama dengan pak Mohammad Faisal Anwar, yang juga merupakan “The last supper”, santap malam terakhir kami bersama sama.

Paling kiri pak Jamaris Jamaan /dok pribadi

Foto bersama dengan pak Jamaris Jamaan, yang kini hanya tinggal kenang kenangan. Begitu juga foto makan bersama dengan  Eduard, salah seorang mantan murid suami di SD RK II, juga merupakan santap siang terakhir. Karena setelah kami makan bersama, seminggu kemudian, dapat kabar bahwa Eduard yang berusia 60 tahun sudah dipanggil Tuhan.

paling kanan isteri pak Jamaris Jamaan /dok pribadi

Ada foto makan bersama dengan isteri pak Jamaris dan kedua puterinya,disalah satu rumah makan Padang di Jakarta,yang juga merupakan santap bersama yang terakhir kalinya.

Tanpa terasa, mata saya terasa hangat dan saya tidak sampai seluruh album saya lihat, sudah saya tutup kembali. Rasanya tidak tega banget membuka lembaran lainnya. Sayup-sayup terngiang-ngiang dalam batin saya lirik lagu, ” …The future not ours to see …que sera sera…what will be …will be….”

Saya hanya bisa berdoa semoga alm semuanya sudah berada dalam damai sejahtera di surga.

21 Maret 2023.

Salam saya,

Roselina

Tinggalkan Balasan