Tjerito Boedak Tempino Nonton Bioskop Pertamina
Catatan Thamrin Dahlan
Dari 4 Lobang
Lobang itu terdapat di dinding bagian belakang bioskop. Ya dari sanalah disorotkan film ke layar lebar. Dari 4 lobang itulah secara bergantian proyektor memutarkan film. Kampong kami memang hebat, mana ada desa disekitar yang memiliki bioskop seperti desa Tempino kalau bukan karena budi baik Pertamina. 2 kali seminggu film di putar sebagai penghiburan bagi buruh minyak, sebagai ganti letih setelah lelah bekerja mengebor minyak mentah.
Gedung bioskop terletak ditengah desa berdekatan dengan Pasar dan Zus. Pasar Tempino nan ramai terdiri dari kios kios berbagai rupa dagangan yang dinaungi oleh atap tinggi terbuka. Sedangkan Sus adalah satu balai pertemuan buruh, didalamnya terdapat meja bilyard dan meja bar seperti kafe serta bermacman jenis hiburan lainnya seperti main bridge. Kalau tidak ada film diputar maka para buruh bercekerama di Zus. Waktu itu disana terdapat satu satunya kulkas di kampong kami.
Film di putar dalam sehari 2 kali terkadang tiga kali. Pemutaran pertama untuk anak anak pukul 16.oo dan tentu saja film khusus tontonan anak bururh. Sedangkan film orang dewasa di putar 2 kali yaitu pukul 19.00 dan pukul 21.00. Gedung bioskop ini mampu menampung sekitar 150 penonton yang duduk di kursi kursi panjang. Penonton pria dan wanita di pisahkan. Siang sebelum Film di putar petugas kantor pertamina mengumumkan ke khalayak bahwa nanti malam ada pemutaran film sekalian lengkap dengan judul dan pemaran.
Bioskop Pertamina juga terdapat di Bajubang dan Kenali Asam di Propinsi Jambi. Minyak mentah yang berhasil di eksplorasi di kumpulkan di Tempino yang berjarak 27 km dari Kota Jambi. Dari Tempino minyak dipompa melalui pipa besar yang terbentang sepanjang 270 Km sampai ke Plaju Sumatera Selatan. Apabila anda penasaran tanya saja ke Mbah Google dimana seh letak geografis Tempino dan ada apa saja disana.
Hiburan Buruh Pertamina
Pintu masuk bioskop di jaga ketat oleh Pasmanin. Itulah sebutan penjaga keamanan Pertamina yang berseragam gelap. Pasmanin menjaga pintu untuk meleseksi penonton. Penonton istimewa tentu saja kaum buruh Pertamina yang dipersilahkan masuk di pemutaran film pertama. Penonton swasta adalah para pedagang yang ikutan menikmati hiburan gratis dengan karcis sedikit senyum kepada Pasmanin, Pedagang dan rakyat biasa di bolehkan ikut nonton di pemutaran film yang lebih malam.
Anak anak bujang Tempino yang berbadan besar dan merasa berhak nonton film dewasa coba coba melewati Pasmanin. Namun upaya coba coba ini selalu gagal karena Pak Security tahu benar (kenal bapaknya) budak budak Tempino yang masih di bawah umur walaupun badannya bongsor. Nah kalau sudah gagal nonton film di gedung bawah masih ada 2 alternatif lagi. Alternatif pertama nonton dari bukit di samping bioskop. Dari sela sela jendela anak anak masih bisa nonton hanya saja film tampak separuh. Sialnya lagi tontonan itu seperti film bisu karena suara film tak terdengar.
Alternatif kedua anak anak tanggung ini naik ke gedongan. Di Gedongan tempat tinggal pejabat tinggi (employe) Pertamina bermukim ada juga bioskop dalam ukuran yang lebih kecil. Nama bioskop ini Merawan di kampong Atas Mandi. Employe hanya 10 orang beserta istri nonton film duduk enak di meja berbentuk round table. Bioskop nya mewah dan super nyaman. Budak budak Tempino menyelusup diam diam di sisi Bioskop menyelinap ikutan menikmati totonan film dewasa. Untunglah di Merawan tidak ada Pasmanin sehingga mereka leleuasa menjelajah di kawasan eksclusif ini.
Melihat Dunia
Buruh Pertamina ada juga yang sangat hobi nonton. Mereka dipastikan masuk bioskop 2 kali semalam atau nonton 2 kali agar lebih puas katanya. Bagi Pasmanin oke oke saja selama tempat duduk masih tersedia.
Namun yang paling sebel ada penonton yang duduk di sebelahnya. Betapa tidak, si penonton senior itu bukan saja menonton tetapi ikutan meng komentari film yang sedang di putar yang nota bene telah ditonton. Layaknya dia seperti meliput reportase pertandingan sepak bola. Jadilah penonton baru terpaksa [pindah tempat duduk] karena terganggu oleh siaran langsung tersebut.
Itulah cerita lama ketika awak masih duduk di SR, SMP sampai SMA tahun 1958 – 1970. Tontonan bagi anak dusun sepertinya melalang buana kan angan angan mereka. Angan angan bagaimana nanti bisa menjadi pemain film seperti yang sering disaksikan dilayar lebar. Ada juga yang bermimpi kapan bisa sampai di negri orang seperti di Hongkong, Australia, Eropa dan Benua lain.
Ya tontonan gratis itu telah membuka wawasan budak budak Tempino, bahwa ada dunia lain [di luar kampong mereka] yang modern, Di kota kota besar terlihat kemajuan transportasi, pendidikan dan tempat tempat hiburan.
Inilah dampak positif dari hadiah Pertamina berupa penghiburan pemutaran film bioskop. Budak Tempino melihat dunia dari bioskop dan bermimpi akan tiba saatnya mereka menginjakan kaki di negri orang nun jauh disana.
Dari sinilah kami melangkah.
Terinspirasi dari Bioskop tak pelak budak budak Tempino semakin semangat belajar, terus melanjutkan sekolah sampai ke Perguruan Tinggi. Dari sinilah kami melangkah. Banyak anak anak Tempino sukses di perantauan dalam berbagai profesi. Membawa dan menjaga nama baik kampong sebagai bentuk rasa terima kasih telah dilahirkan dan dibesarkan di WAG dan Website Wonderfull Tempino.
Sudahlah, itu cerita dulu ketika Pertamina masih berjaya, ketika minyak bumi masih berlimpah dibumi Tempino. Setelah minyak mentah habis terkuras Pertamina pun tanpa mengucapkan wassalam pergi begitu saja. Bak pepatah “habis manis sepah di buang”.
Kini Desa kami sepi nyaris seperti sunyi. Gedong bioskop terlunta ditinggal begitu saja tak terawat. Tidak ada lagi pemutaran fim, gedung bioskop beralih fungsi menjadi lapangan badminton atau futsal. Gedung tak terpelihara padahal dia terletak di tengah desa. Bioskop kebanggaan itu kini kotor dan kumuh, sepertinya kambing lebih sering bermukim disana,…
Kini di usia awak 72 Tahun, barulah awak sadar bahwa dari Bioskop itulah dimulai proses literasi.
Sesungguhnya dengan menonton, membaca, mendengar dan menyaksikan keajaiban alam maka manusia mengenal dunia.
Proses selanjutnya dia menulis. Menulis bukan sekedar menulis namun dilengkapi dengan mem publikasikan karya tulis itu di media sosial. Anak manusia kelahiran Tempino kini sudah dikenal dunia.
Tahapan akhir sang pembaca, sang penulis itu menerbitkan karya tulisnya menjadi buku. Betapa bahagia dan bangga ketika di cover 52 Judul Buku tercantum nama Thamrin Dahlan si Boedak Tempino.
Buku nan diterbitkan ber barcode ISBN (International Standard Book Number) tersimpan rapi dan aman di Rumah Besar Buku Perpustakaan Nasional, Perpustakaan daerah dan Perpustakaan Pribadi dan juga Perpustaakaan Manca Negara.
Yes Membaca, menulis dan menerbitkan buku merupakan serangkaian kegiatan literasi. Manusia akan dikenang dunia sepanjang zaman bahkan sampai kiamat bersebab peninggalan warisan abadi berupa BUKU. Dibaca anak cucu dan penghuni bumi.
Inilah keunggulan pekerjaan Guru dan Penulis nan awak dawami sepanjang kehidupan nan lebih dikenal dengan sebutan perofesi peradaban
Salam Literasi
BHP 18 September 2024
TD