BAGAIMANA PARA SHAHABAT MENJADI MILYARDER
Ageng Commandoz
(whei ghou zhien)
Mayoritas shahabat (terutama shahabat utama) adalah milyarder dan bahkan trilyuner.
Kekayaan mereka sangat fantastis. Menurut Dr.Syafii Antonio kekayaan Abdurrahman bin Auf bernilai 4 trilyun rupiah ketika wafat.
Kekayaan Abu Bakar ra juga mencapai 40.000 dirham sebelum menjabat khalifah. Dan kekayaan Umar ra dan Utsman ra juga bersifat sangat fantastis.
Banyak pengusaha di zaman sekarang yang memiliki kekayaan trilyunan. Tetap saja angka 4 Trilyun saat ini masih terhitung besar dan bisa membuat kita 100 orang terkaya di Indonesia.
Coba kita bayangkan jika angka trilyaunan itu diraih 1500 tahun lalu. Sebuah zaman dimana tidak ada teknologi seperti digital marketing yang mempermudah bisnis. Sebuah zaman dimana penduduknya dan produknya tidak sebanyak sekarang. Meraih angka trilyunan jelas masih tetap hebat. Sangat hebat bahkan.
Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka bisa meraih kesuksesan seperti itu?
Dalam hemat saya ada beberapa faktor yang membuat para shahabat mencapai kesuksesan tersebut
Pertama, keimanan dan ketaqwaan mereka sangat dalam dan memenuhi hati, jiwa, dan hidup mereka.
Tentu saja mereka sangat menjauhi maksiat dan sangat berhati-hati melakukan sesuatu hal jangan sampai menzalimi orang lain.
Dengan keimanan dan ketaqwaan tingkat tinggi seperti itu tentu saja Allah tidak pernah ragu mengamanahkan kekayaan berarapun besarnya karena kekayaan itu tidak akan menjebak mereka menjadi budak hawa nafsu dan tidak akan membawa mereka ke neraka.
Kedua, cinta dunia tidak pernah mendapat tempat di hati mereka. Para shahabat menempatkan harta dunia di tangan mereka.
Para shahabat menempatkan dunia sebagai bekal akherat dan bukan tujuan hidup. Itulah sebabnya mereka tidak segan segan dan bahkan sering berlomba berinfaq.
Sayyidina Abu Bakar ra pernah mensedekahkan semua hartanya dan Sayyidina Umar ra mensedekahkan setengah hartanya untuk perjuangan.
Sayyidina Utsman membeli sumur dari Yahudi dan mensedekahkannya untuk kemasalahatan umat.
Beliau juga pernah mensedekahkan seluruh barang dagangannya berupa bahan makanan yang dibeli dari Syam ketika Mekkah dilanda kekeringan dan bencana kelaparan.
Abdurrahman bin Auf ra pernah memborong hasil bumi Madinah yaitu kurma dari kebun kebun milik mujahid yang jatuh harganya karena membusuk ditinggal jihad.
Ibnu Auf membayar cash dengan seluruh hartanya agar para.shahabat tidak mengalami kerugian lagi…
Mereka selalu mencari kesempatan menggunakan hartanya demi kebaikan dan amal shalih dan bukan untuk bersenang senang.
Mereka tak resah dan stress gagal proyek bisnis dan juga tak meloncat loncat kegirangan mendapat proyek besar.
Dunia ada di tangan mereka. Bukan di hatinya.
Kesuksesan hakiki bagi mereka bukan dengan banyaknya harta yang dikumpulkan tetapi harta sebanyak banyaknya yang menjadi bekal ke surga.
Ketiga, para shahabat memiliki integritas tinggi yang dihasilkan dari akhlak terpuji yang mereka miliki. Tak pernah sekalipun terdengar ada seseorang yang mengadu kepada Nabi karena dicurangi atau dikadalin Abdurrahman bin Auf ra atau Abu Bakar ra misalnya.
Tak pernah ada cerita Umar ra menikung kerjasama bisnis dengan Saad misalnya.
Akhlak para shahabat menjadi magnet rezeki karena pasar/market tak pernah meragukan integritas mereka.
Keempat, Para shahabat bermain di kuadran kanan (meminjam istilah Robert Kiyosaki) dengan sibuk membangun bisnis (perusahaan) profesional dan berinvestasi yang memberi mereka passive income melimpah.
Para shahabat membangun perusahaan bisnis besar dengan sistem kukuh dan SDM yang profesional serta amanah.
Dengan pola ini mereka tidak usah disibukkan dengan segala tetekbengek permasalahan bisnis. Semua sudah diurus oleh ahlinya. Para shahabat kemudian bisa mencurahkan waktunya untuk berjihad dan berdakwah mengurus umat.
Kelima, bisnis para shahabat berskala besar dan lintas negara.
Tanah pertanian yang mereka miliki rata rata sangat luas sehingga memberikan income luar biasa.
Bisnis mereka juga bermain dalam ekspor import berskala internasional.
Jaringan perdagangan internasional mereka meliputi beberapa negara besar seperti Syam, Irak, Yaman, Ethiopia, Iran dan dalam sebagian literatur termasuk Cina dan India.
Perdagangan internasional ini memberikan income luar biasa bagi para Shahabat.
Ketika Abdurrahman bin Auf memborong kurma busuk dari kebun para shahabat seperti yang diceritakan diatas, tiba tiba datang utusan dari raja Yaman(atau Ethipohia?) yang mencari pasokan kurma busuk Arab untuk obat.
Jika bisnis para shahabat berskala kecil, tidak mungkin ada demand dari.luar negeri dengan volume besar dan terpenting lagi jika bisnisnya kecil bagaimana mungkin bisa meraih kesempatan besar ini dan meraihnya menjadi omzet dan freecash yang besar pula?
Keenam skill bisnis dan mindset mereka memang luar biasa.
Sayyidina Umar selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk menabung dan berinvestasi.
Salah satu kutipannya yang hebat dalam investasi adalah,” jangan pernah menghabiskan seluruh uangmu…sisihkan sebagian untuk membeli kambing.”
Alih alih menghabiskan uangnya mereka seperti yang dilakukan orang orang bermindset miskin, para shahabat malah fokus melakukan pekerjaan bermental kaya yaitu sibuk menginvestasikan sebagian keuntungan untuk memperbesar usaha.
Keahlian bisnis juga pernah ditunjukkan oleh Abdurrahman bin Auf ra yang pada suatu saat menjual 4000 kuda seharga modal nett dan mengambil keuntungan dari penjualan tali kekangnya saja! Kereeeen… ( sssttt…menjual 4000 kuda Arab tentu bukan bisnis domestik recehan.)
Ketujuh, para shahabat berkongsi bisnis bersama sama. Para penduduk Mekah Medinah saat itu terbiasa mengumpulkan investasi mereka dalam beberapa kafilah dagang.
Kebiasaan ini memberikan efek positif dalam penguatan bisnis dan silaturahim antar sesama pebisnis. Untung bagi bersama rugi bagi bersama.
Persatuan ini membuat jaringan bisnis semakin kuat dan memberi keuntungan yang lebih besar lagi.
Nah saya baru menemukan faktor faktor diatas yang bisa menjawab bagaimana para shahabat bisa mencapai kesuksesan dunia akherat seperti itu…
Semoga kita juga bisa mencapainya dan menggunakan dunia ini sebagai bekal dan batu loncatan ke surga…aamiin