SECERCAH HARAPAN_Bisa Dialihkan

Fiksiana28 Dilihat

Sumber: https://kumparan.com/kumparanbisnis/eks-menkeu-ungkap-ada-dana-rp-43-triliun-bisa-dialihkan-untuk-bantuan-covid-19-1tjYvlR4YUJ
Sumber: https://kumparan.com/kumparanbisnis/eks-menkeu-ungkap-ada-dana-rp-43-triliun-bisa-dialihkan-untuk-bantuan-covid-19-1tjYvlR4YUJ

Cahaya matahari mulai redup tanda akan datangnya kegelapan.  Amir tak sabar dengan rencana orang tuanya yang besok mau ke saudaranya.

“Bu!  Besok saya duduk dekat pintu aja”, pinta Amir ke ibunya. Amir agak ogah kalau diajak bepergian naik kendaraan. Ada ketidakkompromian diantara isi perutnya yang selalu ingin melihat udara luar jika diajak berkendara roda empat.

“Oke! Jawab Bu Liana mempersiapkan dua buah kotak tepe yang akan dibawa ke saudaranya.

“Kakakmu mana Mir? Tanya Pak Lukman yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

“Lho! Katanya tadi ke temannya”, jawab Amir.

“O iya, tadi saya minta temannya ngantar kita ke pamanmu besok”, kata Pak Lukman teringat kalau tadi meminta Adi ke temannya.

“Ayo! Cepat tidur kamu”, pinta Pak Lukman ke Amir yang lagi menunggui ibunya di dapur.

Amir menggerakkan otot kakinya berjalan ke kamar. Ia sebenarnya tidak bisa tidur. Wajar kalau mau bepergiaan hawa ngantuknya  jadi hilang.

Di kamar Amir mencoba merebahkan badannya. Matanya belum bisa dipenjamkan, ia masih menerawang ke langit-langit kamar melamunkan asyiknya ke rumah pamannya.

Ia kangen dengan pamannya yang hampir setahun tidak bertemu. Sebut aja nama pamannya Pak Dani. Pak Dani ramah dan sangat perhatian dengan keponakannya. Akhirnya Amir terlelap juga dalam mimpi indahnya bertemu pamannya.

“Kriiiiing! Bunyi gawai Pak Lukman dari ruang tengah terdengar. Pak Lukman langsung melangkah ke ruang tengah mengangkat gawainya.

Begitu gawai diangkat ternyata mati lagi. Tiba-tiba ada pesan dari Adi (anaknya) kalau ia tidur di rumah temannya. Adi akan pulang besok pagi bersama temannya.

“Bu! Adi malam ini tidur di temannya”, kata Pak Lukman dari ruang tengah ke istrinya yang di dapur.

“Ya Pak! Gak pa pa”, jawab Bu Liana sambil menyiapkan perbekalan.

Setelah semuanya selesai Bu Liana dan Pak Lukman istirahat menuju alam mimpi masing-masing sampai menjelang pagi.

Waktu pagi telah tiba diiringi bunyian ayam dan burung-burung yang saut-sautan berkicau. Termasuk Si Biru Love Bird milik Amir yang lucu dan menggemaskan.

Semua melaksanakan aktivitas pagi dan saling bersiap-siap berangkat ke rumah saudara. Amir rupanya sudah mandi dan siap menunggu kakaknya datang membawa kendaraan.

“Lho! Mas Adi kok tidak membawa kendaraan”, gumam Amir yang melihat kakaknya pulang sendirian tanpa naik kendaraan yang direncanakan.

Amir langsun mengencangkan otot kakinya lari ke Adi yang sedang memarkir kendaraannya.

“Mas Adi! Mana mobilnya? Tanya Amir penasaran dengan yang dilihatnya.

“Kita nggak jadi ke rumah paman Mir! Jawab Adi dengan wajah tidak bersahabat.

Adi menceritakan kalau tadi padi ada wa dari pamannya bahwa pamannya ada tugas mendadak dari kantor ke luar kota. Kalau ada yang mau ke rumahnya nanti tidak ada orang.

“Waaah! Kata Amir dengan wajah cemberut mendengar berita yang tak diinginkan.

“Terus gimana nih tapenya”, kata Bu Liana. “Ini kesukaan pamanmu”, lanjutnya.

“Bisa dialihkan saja Bu! Jawab Adi sambil merebahkan diri di ruang tengah.

Dengan sedikit terpaksa Amir mencoba memberi solusi atas pertanyaan ibunya.

“Gini aja Bu! Saya berikan Agus dan Vina”, kata Amir mencoba menunjukkan wajah bersahabat. Amir mengatakan kalau ayahnya Agus dan ibunya Vina lagi gemar konsumsi tape untuk menurunkan tensi darahnya.

Bu Liana merasa bersyukur kalau tapenya masih bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Karena tidak mungkin menyimpan lama-lama tape tersebut. Kalau terlalu lama disimpan menjadikannya semakin masam alias kecut dan tidak bisa dimakan lagi.

 

Salam Literasi,

AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Tinggalkan Balasan