Berani Bermimpi

Terbaru39 Dilihat

Berani Bermimpi
Oleh: Aidi Kamil Baihaki
Pernah kan, sekali waktu kita terbangun dari tidur dengan napas terengah? Kita beranjak dari tempat tidur dengan bayangan ketakutan dari mimpi yang masih terbawa atau tersisa hingga saat sudah sadar. Atau kadang kita terbangun dengan masih menyisakan isakan tangis. Kita menyibak selimut dengan rasa heran, kenapa aku menangis?
Suatu ketika juga kita terbangun dengan bibir masih menyisakan senyum, karena mimpi kita yang indah dan bahagia.
Saya teringat pada satu kalimat lebay yang dulu sering saya tulis dan mengirimkannya ke seseorang yang menempati posisi istimewa dalam hati, biasanya saya kirimkan lewat SMS atau surat; “Sebelum tidur, pilih-pilihlah mimpi dulu!”
Doi biasanya akan membalas, “Aku belum kulakan mimpi terbaru, Kak! Boleh meminjam?”
Hehe… Masa-masa itu, yang jika mengenangnya membuat saya seperti mengendarai sebuah mesin penjelajah waktu. Seketika umur saya seakan menjadi muda kembali.
Mimpi adalah refleksi dari berbagai keinginan kita. Meskipun ada beberapa jenis mimpi yang merupakan firasat, dan tak sedikit yang hanya merupakan bunga tidur. Tapi bukankah memang benar bahwa sesekali pikiran kita sebelum tertidur menjelma ke dalam mimpi?
Nah, andai anda pernah mengalaminya, berarti anda akan cenderung percaya bahwa mimpi bisa direncanakan.
Saya sendiri, ketika mengalami kerinduan pada seseorang, sebelum tidur saya mengkhayalkan beberapa hal; tentang pertemuan, bercengkrama, melampiaskan keluh kesah dengan sesorang, hingga tanpa sadar sudah tertidur dan benar-benar bermimpi tentangnya, walaupun hanya sebagian kecil alurnya sesuai dengan yang diharapkan. Tak apalah, dari pada tidak sama sekali.
Orang-orang dahulu mengatakan, berdoalah sebelum tidur agar jauh dari mimpi buruk. Atau ketika kita bermimpi buruk dan menceritakannya, mereka akan mengatakan, kamu lupa berdoa ya, sebelum tidur?
Meskipun belum ada penelitian ilmiah tentang Korelasi Doa Dengan Mimpi, bahkan juga belum ada buku Tips and Trick tentang Tekhnik Menghadirkan Mimpi Sesuai Selera, tapi boleh saja kan, walau hanya setengah mempercayainya? Hal terakhir, merupakan peluang terbuka bagi anda yang ingin merilis bukunya. Saya pastikan untuk inden pertama kali.
Ini tentang mimpi dalam tidur, lho. Saya telah membuktikan bahwa itu bisa direncanakan. Apalagi jika menyangkut mimpi tentang kenyataan di masa depan. Yang demikian secara kebiasaan disebut angan-angan. Mimpi yang merupakan bagian dari cita-cita.
Ketika dulu awal-awal menyukai dunia menulis, saya mempunyai mimpi bahwa tulisan saya akan dibaca orang lain. Atau jika tidak, biarlah saya baca sendiri, sekedar jadi bahan napak tilas bahwa saya pernah mempunyai pikiran-pikiran seperti yang tergambar dalam tulisan itu. Paling sering, saya menuliskannya di diary.
Menolehlah pada Om Wijaya dengan gerakan KSGN-nya, Komunitas Sejuta Guru Ngeblog. Itu juga bagian dari suatu mimpi. Nyata atau tidaknya mimpi itu kelak, tergantung bagaimana mimpi itu diperjuangkan. Dan kita tidak akan meragukan bagaimana bersemangatnya Om Jay yang tanpa lelah mewujudkan mimpinya itu. Mimpi yang bukan untuk dirinya sendiri. Mimpi yang melibatkan orang lain agar mau bermimpi serupa.
Beberapa motivator mengatakan, “Jangan takut untuk bermimpi!” karena memang mimpilah yang mengawali hal-hal yang awalnya tidak ada menjadi ada.
Film-film laris besutan sutradara Steven Spielberg justru lebih banyak menceritakan kejadian yang tidak nyata. Jurrasic Park, The BFG, the Extra Terrestrial, Indiana Jones and The Kingdom of The Crystal Scull dan War of The World adalah beberapa contohnya. Film-film itu laris menandakan bahwa sebenarnya manusia menyukai sesuatu berbau mimpi.
Tapi meskipun kita menyukai mimpi, terutama mimpi yang indah, sayangnya tidak banyak yang menyukai tantangan mewujudkan mimpi itu.
Saya sendiri menulis saat ini setidaknya dalam rangka menulis setiap hari selama 28 hari. Tapi semoga bisa lebih. Artinya, saya ingin kelak dapat mewujudkan mimpi itu sekaligus dengan bonusnya.
Semoga!

Tinggalkan Balasan