Di Tegur Klien karena Boss Pamer

Saya patut bersyukur, karena selama buka usaha banyak sekali klien menaruh simpati terhadap skill yang saya miliki.

Ini sebuah pengalaman yang sangat berkesan bagi diri saya yang selalu dikenang. Memang seorang klien yang sudah mengenal saya, hampir rerata mereka ingin saya bersikap apa adanya. Mereka sangat tidak suka kalau saya bersikap tidak apa adanya.

Sebetulnya, secara pribadi saya sudah tahu seperti apa yang tidak disukai klien saya. Persoalannya, saya tidak bekerja sendirian, saya juga punya partner yang menjadi ‘bohir.’ Ada perbedaan prinsip dalam hal menjaga performa perusahaan, kalau saya lebih mengutamakan pelayanan, sementara bohir lebih senang ‘pamer’ penampilan.

Hal tersebut dilakukannya memang berdasarkan kebiasaannya. Dia seorang pengusaha muda yang terbilang sukses, sementara saya baru merintis usaha dan bekerja sama dengan dia. Bagi dia, menghadap klien itu harus ‘show off’ untuk meyakinkan klien, dan itu memang berhasil dilingkungan usahanya.

Jelas itu berbeda dengan pola kerja dan kebiasaan saya. Klien saya sudah tahu siapa saya, seperti apa kondisi saya yang sebenarnya, karena sudah tahu apa adanya saya. Mereka tidak lagi butuh penampilan fisik saya, yang mereka hargai adalah skill yang saya miliki.

Suatu saat saya akan ketemu klien dari perusahaan yang merupakan produsen produk Amerika. Boss saya ingin ikut ketemu klien, karena menurutnya itu perusahaan besar dan dianggapnya bisa menjadi prospek bagi usahanya.

Boss sudah menyiapkan penampilan yang sangat paripurna, semua barang emas yang dimilikinya dipakai, mulai dari cincin, kalung emas beserta gelangnya. Selain itu dia juga bawa Handphone jinjing segede gaban, karena saat itu handphone belum seperti sekarang ini.

Kami datang ke perusahaan itu dengan mengendarai Jeep Rubicon, yang pada masa itu masih langka, dia termasuk salah satu anak muda yang memilikinya. Saya awalnya cukup ‘jengah’ dengan penampilan partner. Tapi, saya menganggap itu adalah cara dia untuk tampil.

Begitu ketemu klien yang merupakan seorang manajer di ruangan kerjanya, saya memperkalkan partner saya dengan segala atribut yang dikenalkannya. Terbersit diraut wajah klien saya kalau dia tidak respek terhadap partner saya.

Setelah memberikan order pekerjaan dengan spesifikasinya, sang manajer ingin segera menutup pertemuan tersebut, dengan alasan ada meeting. Sebelum saya meninggalkan ruangannya sang manajer berpesan agar saya nanti telepon dia.

Dalam perjalanan pulang ke kantor, partner saya dengan penuh percaya diri mengatakan,
“Elu lihat gak tadi? Gimana sikap klien kita terhadap gue? Penampilan itu penting supaya klien lebih percaya dengan kita.” ujarnya

Saya manggut-manggut aja mendengar penuturannya. Padahal reaksi yang saya lihat dari klien tersebut malah sebaliknya, dan itu saya ketahui setelah saya telepon. Saya ditegur sama klien,

“Kamu penting banget ya bawa boss ketemu saya?” tanya klien saya

“Gak juga sih pak, hanya saja beliau memang ingin ikut mendampingi saya aja.”

“Lain kali, kalau kamu mau ketemu saya jangan bawa dia lagi, saya tidak silau dengan penampilan boss kamu, saya percaya sama kamu, bukan boss kamu.”

Peristiwa itu menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya dalam menjalankan usaha. Sejak itu setiap ketemu dengan klien yang sudah saya kenal baik, saya tidak lagi mengajak boss saya. Kecuali kalau ketemu klien baru, atau klien yang merupakan relasi perusahaannya.

Tidak selalu penampilan itu akan berpengaruh terhadap klien. Pelayanan yang baik dan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang diberikan akan sangat berpengaruh pada performa perusahaan.

Tidak semua relasi mengutamakan penampilan fisik seorang pengusaha, meskipun itu termasuk hal yang juga penting.

Dalam bisnis itu Kepercayaan dan kejujuran itu adalah hal yang paling penting. Kedua hal itu tidak dimiliki, maka kelangsungan usaha pun hanya tinggal menunggu waktu. Kepercayaan itu muncul dari sikap, pelayanan yang baik dan kejujuran.

Aji Najiullah Thaib

Tinggalkan Balasan