3. Begundal Desa

Sebagai seorang santri yang taat Ibadah Lima waktunya Matt paten selalu mampir di Mesjid atau Musholla apabila tiba waktunya sholat, pada suatu desa yang dikunjunginya bertepatan dengan waktu Maghrib ia turut salat berjama’ah dengan penduduk desa tersebut.

Selesai salat Isya berjamaah barulah ia meninggalkan musholla. Sepulang dari musholla di tengah perjalanan dia melihat segerombolan pemuda mabuk sedang mengganggu seorang gadis desa. Para pemuda itu nyaris memperkosa gadis tersebut, dengan keyakinan dan keberaniannya Matt Paten mencoba menyelamatkan gadis itu.

“Hei!! Begundal-begundal, apa yang kalian lakukan dengan gadis itu!!?” sergah Matt Paten

Karena terganggu oleh Matt Paten, ketiga begundal itu berbalik badan berhadapan dengan Matt Paten,

“Apa urusanmu bocah ingusan!! Mau coba menantang kami?” tanya salah satu nya, ketiganya menghunus senjata masing-masing, siap menyerang Matt Paten

Merasa hasratnya tak terlampiaskan para pemuda menyerang Mat paten dengan senjatanya masing-masing. Di luar dugaan mereka, semakin kencang serangan yang dilakukan, semakin mereka terjengkang dengan sendirinya.

Sekujur tubuh mereka menjadi kaku, Matt Paten sendiri agak terkejut melihat kejadian itu, karena hal tersebut di luar dugaannya, namun dia yakin itulah Tangan Tuhan yang telah menolongnya.

Matt Paten menadahkan kedua tangannya ke atas, sambil memanjatkan doa terlebih dahulu, lalu dia usapkan tangannya ketubuh para pemuda tersebut, seketika ketiganya sembuh seperti sedia kala.

Dengan sikap santunnya Matt Paten menyalami mereka satu persatu, mereka terkesima melihat kejadian yang baru saja mereka alami,

“Maafkan saya, yang sudah membuat kalian sakit.” ujar Matt Paten. “Kalian harus minta maaf pada anak perempuan itu, kalau kalian tidak minta maaf, kalian akan terus berdiri disini sampai pagi.” Lanjut Matt Paten.

Ketiga begundal itu segera menghampiri perempuan yang hampir mereka perkosa.
“Maaf ya non, kami sudah hampir memperkosa non,” ucap salah seorang dari mereka.

Anak perempuan yang sudah ketakutan itu, malah segera pergi meninggalkan para begundal tersebut.

Mereka mendekat ke Matt Paten, menanyakan pada Mat Paten Ilmu apa yang dia amalkan sehingga ia bisa sesakti itu,

Mat paten hanya menjawab, “Ilmu Kebaikan, kalau kalian ingin mempelajarinya, mari ikut saya.“ ajak Matt Paten.

Para begundal itu diceramahi Matt Paten, tentang Ilmu Kebaikan, menurut Matt Paten, dengan selalu berbuat baik dan mengamalkan kebaikan Insya Allah kita akan selalu mendapat pertolongan Allah. Sungguh mereka tidak mengerti apa yang telah diucapkan Mat Paten, sehingga mereka hanya terdiam.

Mereka tidak mengikuti ajakan Matt Paten, mereka hanya terdiam mematung, setelah takjub dengan apa yang dilakukan Matt Paten.

Pada suatu kesempatan ketika Mat Paten berada di Musholla dimana dia biasa mengajar ngaji anak-anak di desa itu, para pemuda tadi datang menemuinya namun tidak mau masuk ke Musholla,

“Kalau kalian masih penasaran dengan ilmu yang saya amalkan, ambilah wuduk dan masuklah ke Musholla Insya Allah kalian juga bisa mendapatkan ilmu tersebut.” perintah Matt Paten.

Karena perasaan ingin mempunyai kesaktian seperti Matt Paten, dengan segera mereka mematuhi perintah itu. Mereka ikut salat berjamaah dengan Matt Paten, karena tidak pernah salat, mereka hanya ikut-ikutan gerakan Matt Paten. Niatnya memang bukan mau salat, tapi sekadar ingin punya ilmu seperti Matt Paten.
Setelah berkali-kali mengikuti salat dan pengajian dengan Matt Paten, mereka menguji ilmunya. Hasilnya tidak seperti Matt Paten, tetap saja mereka tidak bisa seperti Matt Paten.

“Bos!! Kok kita belum bisa juga seperti bos ilmunya? Bos bohong kali nih?” tanya salah seorang dari mereka, yang wajahnya menghitam seperti hangus.

“Emang niat kalian menuntut ilmu itu buat apa?” Matt Paten balik bertanya.

“Ya biar saktilah seperti bos, jadi kita tidak bisa di kalahkan oleh siapa pun.” jawab salah satunya lagi, yang tubuhnya cungkring.

Pada awalnya ambisi mereka hanya ingin menguasai ilmu itu untuk melanggengkan tindak kejahatannya, namun pada akhirnya karena intensitas pertmuan dengan Matt Paten, dan dengan usaha keras Matt Paten menyadarkan mereka.

Perlahan-lahan mereka mengerti apa yang dimaksud “Ilmu kebaikan“ tersebut. Dalam proses penyadaran salah satu dari mereka ada yang kesurupan setiapkan kali di bacakan ayat suci Al Qur’an.  Ternyata pemuda itu penganut ilmu hitam dan sangat sulit menerima pengajaran Mat paten.

“Wah!! Bos, ini kenapa bisa jadi begini? Kok malah kesurupan? Bos mengajarkan ajaran sesat ya?” tuduh mereka.

“Ini teman kalian penganut ilmu hitam, jadi dengan sendirinya menolak segala bentuk perbuatan baik.” jawab Matt Paten.

Provokasi para begundal itu pada penduduk, sangat di percaya, dan Matt Paten dianggap menyebarkan ajaran sesat terhadap ketiga begundal itu, dan penduduk desa itu sangat marah pada Matt Paten.

Untunglah ada pemuda yang lainnya dapat meyakinkan penduduk setempat, tentang manfaat belajar dengan Matt paten. Dengan kemampuan yang ada dan niat tulusnya serta bermunajat kepada Allah SWT, Matt Paten berusaha keras menyembuhkan Pemuda yang satu itu.

Atas ijin Allah pemuda tersebut dapat dibebaskan dari pengaruh ilmu hitamnya. Dengan beberapa kejadian tersebut diatas membuat Matt Paten semakin yakin akan kebesaran Allah, dan sangat yakin Allah selalu memberi pertolongan pada hamba-hambanya yang berbuat kebaikan.

Ketiga pemuda yang biasa memanggil Matt Paten dengan bos, lambat laun mulai berubah. Mereka tidak lagi panggil Matt Paten dengan panggilan bos, dan mengganti panggilannya dengan sebutan Ustad.

Matt Paten terus memberikan pengatahuan tentang berbagai perbuatan baik pada mereka, menurut Matt Paten dengan banyaknya perbuatan baik yang di lakukan, maka mereka pun akan memiliki ilmu kebaikan,

“Kalian jangan berpikir dengan kesaktian yang akan kalian miliki, bisa berbuat kejahatan sesuka hati kalian. Kalian tidak akan pernah sakti, karena berbuat kejahatan” nasehat Matt Paten.
“Iya ustad, ternyata ilmu kebaikan itu bisa bermanfaat kalau kita mengamalkan semua perbuatan baik ya tad?” tanya seorang dari mereka.

“Ya iyalah, dari mana jalannya belajar ilmu kebaikan untuk berbuat kejahatan.” ucap Matt Paten.

Semakin intens Matt Paten menyambangi mereka di desa itu, semakin tekun pula mereka belajar agama dengan Matt Paten. Dari yang tadinya beribadah untuk mencari kesaktian, sampai pada akhirnya mereka tidak lagi berpikir untuk menjadi sakti.

Diantara mereka ada yang memilih untuk menjadi marbot Mesjid, dan meninggalkan segala tindak kejahatan yang biasa mereka lakukan. Dari situlah Matt Paten menyadari, betapa pentingnya sebuah lembaga pendidikan di desa tersebut.

Nazar Barnus untuk mendirikan pesantren diwujudkan oleh Matt Paten, dan Barnus dengan senang hati bisa melaksanakan nazarnya berkat bantuan Matt Paten.

Para pemuda yang tadinya berandalan di desa itu semakin percaya akan arti “ Ilmu Kebaikan “, dan perlahan-lahan mereka mencoba mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, niatnya tidak lagi untuk mengejar kesaktian melainkan untuk mencari ketenangan hidup dan keberkahan dari Allah SWT.
Sebuah nada sambung masuk di ponsel Matt Paten, dia segera menerima panggilan tersebut.
“Hallo, siapa nih?

Bersambung

Tinggalkan Balasan