Donyaning Bocah_Kotak Tanpa Ujung

(Donyaning Bocah)

Kotak Tanpa Ujung

Penulis : Arfianto Wisnugroho

            Tidak akan membuka setelah ia sampai di rumah. Wed sebenarnya penasaran dengan pemberian Paman Rusa. Itu adalah tas kecil berwarna coklat tua yang terbuat dari jenis tumbuhan air. Wed bisa merasakan kalau tas itu masih menggantung di lehernya. Tas tersebut sangat ringan. Wed merasa tidak ada sesuatu yang membebaninya saat angin berhembus.

            Wed keluar dari area rumah Pak Kuh. Di depan pintu gerbang yang tinggi itu Wed sempat menoleh ke belakang. Dilihatnya semua isi area itu yang masih bisa dijangkau dengan pandangan mata. Hingga akhirnya semua pintu benar-benar tertutup rapat. Di luar pintu Wed tidak melihat Paman Kerbau yang pernah ia temui.

            “Hmmm, jadi tidak ada tumpangan ya..!” Woke, tidak masalah.”

            Wed menuruni bukit dengan berjalan kaki. Tidak butuh waktu lama bagi Wed untuk sampai di lereng bukit. Ia merasa perjalanan turun bukanlah sesuatu yang berat, apalagi dengan keadaan tubuhnya yang sekarang. Di lereng bukit Wed dapat melihat kampungnya dengan sangat jelas. Karena hari sudah mulai sore, Wed bergegas pulang. Mentari mulai menampakkan warna sorenya. Membuat perjalanan pulang Wed menjadi begitu ceria hingga sampai di rumah.

            Malam itu Wed sengaja tidak tidur dengan cepat karena ingin melihat tas kecil pemberian Paman Rusa. Wed mengambil tas tersebut lalu membukanya dengan perlahan. Berharap sesuatu yang menarik ada di dalamnya. Namun semua tidak seperti yang ia harapkan. Wed terkejut saat tas kecil itu ia buka.

            “Haaaa…!” teriak Wed saat melihat isi tas tersebut.  Sampai-sampai Ayah Wed terbangun.

            “Aa apa Wed?” seru Ayah Wed.

            Supaya tidak menimbulkan kegaduhan lain Wed langsung menjawab seruan Ayahnya.

            “Tidak apa-apa Yah, semua baik-baik saja,” Wed berkata dengan nada panik.

            Wed sibuk membolak-balik tas tersebut. Namun tidak ada apa-apa di dalamnya. Dari luar berwarna coklat, tetapi di dalam terdapat berbagai warna. Wed berpikir kenapa Paman Rusa memberinya tas kecil itu. Sampai beberapa kali Wed membalikkan tas tersebut, tetap tidak ada sesuatu yang jatuh dari dalam tas.

            Tas dilempar Wed tepat mengenai pintu rumah. Isi dalam bagian tas terlihat sedikit terbuka. Wed mengamati isi dalam tas melalui celah yang terbuka. Tiba-tiba warna terang dalam tas tersebut bertukar dengan warna gelap.

            “Waaaw..!” apa ini mimpi ya?” gumam Wed sembari mendekati tas tersebut.

            Wed mengintip isi dalam tas. Memastikan ia tidak salah lihat. Namun hal tersebut tidak terjadi lagi. Untuk itu Wed mengambil tas kecil tersebut. Lalu ia memasukkan kaki kanannya ke dalamnya.

            “Lhooo,,,” Wed menarik kembali kakinya.

            Sekali lagi Wed memasukkan kakinya ke dalam tas. Wed merasakan kedalaman tas kecil itu tidak berujung. Akhirnya Wed mengambil beberapa barang di rumahnya. Salah satunya adalah kayu pengukur yang panjangnya hampir sama dengan tubuh Wed. Setelah barang-barang tersebut dimasukkan, semua barang hilang tanpa bekas.

Pesan moral     : Banyak keajaiban di dunia ini bagi kamu yang mau menemukannya.

Tinggalkan Balasan