Tikus dan Kelinci
Penulis : Arfianto Wisnugroho, S.Pd
Alkisah di suatu tempat bernama Meuligo, hiduplah seekor kelinci yang sangat rajin, cerdik lagi baik hati. Kelinci tersebut suka menanam berbagai macam sayur seperti wortel, bayam, kangkung, dan berbagai tanaman lain di pekarangan rumahnya. Setiap hari Kelinci merawat tanaman miliknya dengan suka cita. Sesekali Kelinci menyanyikan lagu sambil merawat tanaman–tanaman tersebut. Sehingga, semua tanaman tumbuh subur. Hasil panen tanamannya dijual ke pasar. Sebagian lagi disisihkan untuk dibagi-bagi ke tetangga sekitar.
Suatu ketika, datanglah Tikus menghampiri ketika ia menyiram tanaman. Berbeda dengan Kelinci, Tikus pemalas dan pemarah.
”Hai Kelinci, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Aku sedang menyiram tanaman–tanamanku,” jawab Kelinci.
“Oh begitu, bolehkah aku berkeliling untuk melihatnya?” tanya Tikus.
“Boleh–boleh, silahkan saja!” sahut Kelinci.
Melihat sayuran yang tumbuh subur milik Kelinci, Tikus merasa iri. Ia tidak senang dengan tanaman Kelinci yang bagus. Tikus mulai berpikir untuk merusak tanaman Kelinci.
“Hmm, bagaimana ya caraku memporak-porandakan tanaman Kelinci?”
Setelah berpikir lama, Tikus berencana merusak semua tanaman kelinci di malam hari agar tidak ketahuan. Ia lama mengamati tanaman dan luas pekarangan Kelinci. Melihat gerak-gerik Tikus yang aneh, Kelinci mulai curiga kepada Tikus.
“Wah ada yang tidak beres, sepertinya aku perlu memasang jebakan untuk menjaga tanaman-tanaman ini,” gumam Kelinci.
Diam-diam Kelinci memasang jebakan di pekarangan rumahnya. Jumlah jebakan yang dipasang Kelinci sangat banyak.
Siangpun berganti malam. Tikus siap menjalankan rencana jahatnya. Ia mengintip ke halaman rumah Kelinci. Suasana begitu sepi. Tidak ada seorangpun melintas di depan rumah Kelinci. Tikus memulai aksinya.
“Hehehe, akan kuhancurkan semua tanamanmu!” Tikus beranjak dari tempatnya menuju pekarangan Kelinci. Saat hampir sampai di pekarangan, Tikus kaget karena ada yang mengejutkannya.
“Aaaaa…..siapa disana?” Teriak Tikus dengan nada kasar.
“Hehe, ini aku Jangkrik, kenapa kaget begitu?”
“Huh, dasar Jangkrik, bikin jantung mau copot saja.”
“Malam–malam begini, mau kemana kamu Tikus?” tanya Jangkrik.
“Aku mau merusak semua tanaman milik Kelinci,” jawab Tikus marah.
Mendengar jawaban tikus, Jangkrik kaget.
“Apa? kamu mau merusak tanaman Kelinci? Tikus, lebih baik jangan pernah melakukannya, itu perbuatan dosa, sangat tidak terpuji.”
Nasihat Jangkrik tidak membuat Tikus sadar, ia malah sengaja menendang Jangkrik sambil memakinya.
“Duk….! Diam kamu.” Tikus langsung berlari kencang menuju pekarangan kelinci. Mendekati pekarangan, Tikus melihat ada jebakan.
”Hmm, jebakan seperti itu tidak akan mengenaiku,” gumam Tikus dengan angkuh.
Setelah jarak tikus sangat dekat ke jebakan, dia melompat sekuat tenaga.
“Hehe, ini hanya jebakan untuk anak kecil.”
Tapi, setelah satu jebakan terlompati, ada jebakan lain yang menanti. Jebakan itu tepat mengenai kaki depan Tikus. Brukkk.
“Aaaaaa. . .” Tikus mengerang kesakitan. Ia berusaha melepaskan jebakan yang mengenai kaki depan. Tapi karena rasa sakit, tikus sempoyongan sehingga kaki belakangnya terkena jebakan yang lain. “Aaaaaaa… sakit!”
Tikus tidak bisa lagi berjalan normal, semua kakinya sudah terkena jebakan yang dibuat oleh Kelinci. Sekarang Tikus hanya bisa menunggu Kelinci datang untuk menolongnya dan memaafkan perbuatan jahatnya. Akhirnya Tikus yang merasa iri hati kepada Kelinci gagal menjahati Kelinci.
Pesan moral :
Janganlah menjadi anak yang mudah iri dengan hasil kerja keras teman. Jangan malas dan mengabaikan nasehat orang lain. Tetapi jadilah anak yang rajin, baik hati dan tidak sombong.