Secuil Cerita Tukang Semprot

Coretan Tanpa Bekas

Secuil Cerita Tukang Semprot

Oleh: Arfianto Wisnugroho

 

Perjuangan Hs yang panjang sekarang membuahkan hasil. Ia sudah memiliki lebih puluhan karyawan, satu unit mobil pribadi, dua unit mobil pick up, dan unit mobil truk. Ia juga sudah membangun rumah dua lantai dengan ukuran 12×15. Ditambah ia telah membeli beberapa petak tanah dengan ukuran paling kecil adalah 10×15 m. Kemungkinan ia masih memiliki beberapa aset yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Tentu saja masalah harta tidak perlu diketahui banyak orang. Hs yang sangat santun dan ramah terlihat memiliki gaya hidup sederhana. Dan kesederhanaan itu jelas bukan sesuatu yang dibuat-buat, mas Nyentrik mengenal ia selama semua sangat alami.

Dengan hasil kerja kerasnya Hs secara tidak langsung telah mengangkat derajat keluarganya. Apalagi setelah ia membawa umroh kedua orang tuanya ke tanah suci, masyarakat semakin menghormati sosok Hs. Benar-benar pencapaian yang luar biasa, seiring dengan berkembangnya usaha Hs, sekarang anak muda di sekitar mulai mengaguminya. Mereka juga ingin memiliki usaha seperti Hs. Beberapa pemuda bahkan sudah mencoba lebih dulu baik dengan usaha yang sama atau usaha yang lain. Yang pasti semangat Hs telah mempengaruhi keinginan pemuda di lingkungan sekitarnya.

Has sangat berbeda dengan dia yang dulu, ketika baru pulang dari negara tetangga. Setelah pulang dari merantau lebih dari 10 tahun, ia pulang ke rumah. Terbesit dalam hatinya ingin membuka usaha sendiri. Rasanya sudah penat jika harus menjalani hari-hari di perantauan. Sehingga ia memikirkan usaha dengan melakukan beberapa kali observasi kebutuhan masyarakat. Dari hasil observasi yang ia lakukan, akhirnya ia menemukan ide untuk membuat alat semprot. Adapun  pangsa pasar utama dari alat semprot tersebut adalah petani cabai. Tidak perlu waktu lama baginya untuk mengeksekusi ide tersebut dengan keterampilan yang didapatkan saat di perantauan. 

Hs mulai mendesain semprot yang cocok untuk keperluan pertanian. Setelah desain jadi, ia memulai memproduksi dan menguji coba produk tersebut. Hasil uji coba memberikan hasil bahwa alat yang ia buat cukup bagus, awet, mudah dibawa, dan memiliki harga miring dari semprot kebanyakan. Awal produksi alat semprot hanya beberapa buah saja, maklum keuangan masih tipis. Ia harus menghidupi istri dan anak serta beberapa saudara yang menumpang di rumahnya. Dengan bermodal sepeda motor butut, Hs bersama keponakannya keliling ke berbagai tempat untuk menawarkan alat semprot produksinya.

Mereka mulai mendatangi berbagai toko penjual alat pertanian. Mereka berangkat dari setengah tujuh pagi hingga sore menjelang magrib. Terkadang mereka datang langsung ke sawah dimana petani sedang menggarap lahan mereka. disana mereka dapat mendemonstrasikan cara kerja semprot yang mereka bawa. Mungkin karena masih pemula, banyak orang memberi tanggapan kurang baik akan produk Hs. Meski demikian Hs tetap sabar, membalas tanggapan dengan senyum. Hs menerima segala masukan dari calon pembeli yang terkadang penuh dengan bully

Di minggu awal memasarkan produknya, masih belum ada orang yang berminat akan produk Hs. Namun ia tidak menyerah dengan kembali menemui orang-orang yang mungkin akan melarisi dagangannya. Is mencoba meyakinkan kalau mereka tidak akan kecewa setelah menggunakan alat semprot tersebut. Setelah hampir setengah bulan berjalan, akhirnya ada orang yang berminat dengan produk Hs. Orang tersebut memesan beberapa alat semprot untuk keperluan ladangnya. Penjualan pertama Hs tersebut berhasil membuat pembeli puas. Dapat diketahui kalau orang tersebut memesan kembali dengan jumlah dua kali lebih banyak.

Pesanan tersebut meningkatkan produksi alat semprot milik Hs sehingga ia merekrut pekerja untuk melancarkan produksi. Lambat laun usaha Hs dikenal banyak orang, pesanan mulai meningkat dari berbagai daerah. Hingga seperti saat ini, banyak pemesan berasal dari luar daerah. Seperti itulah Hs berjuang untuk memiliki kehidupan yang layak. Meski demikian, Hs tidak pernah sombong atau pamer akan harta yang ia miliki. Jika dihitung saat ini, mungkin kekayaan Hs adalah yang paling banyak diantara penduduk di kampungnya.

Untuk saat ini Hs mengabdikan hidupnya dengan menjadi guru ngaji di kampungnya sekarang. Banyak orang yang sudah mengetahui kalau Hs adalah guru ngaji yang sukses, rendah hati,murah senyum, dan tidak sombong. Tetapi itu hanya yang kebanyakan orang ketahui, yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak mau tahu bagaimana proses Hs menjadi yang sekarang. Bahkan banyak dari mereka yang dulunya mengetahui proses tersebut malah mencaci Hs. Tidak pernah mereka mengerti akan maksud dan tujuan Hs membangun usaha yang dimilikinya sekarang. Yang pasti saat ini Hs telah memberikan penghidupan pada banyak keluarga di kampungnya melalui usaha produksi semprot tersebut.

Demikian mas Nyentrik menceritakan kisah Hs pada salah satu pemuda yang pernah ia temuai di depan masjid. Ia sadar kalau kisah itu hanya sebagian dari perjuangan Hs. Banyak orang yang belum tahu kepedihan yang Hs alami sebelum ia seperti sekarang. Namun hal itu bukanlah point utama, karena memang masih banyak orang yang hanya melihat hasil akhir tanpa peduli prosesnya. 

“Lha terus, ada cerita lagi gak mas?” Tanya Hs pada mas Nyentrik.

“Tentang apa mas?” Tanya mas Nyentrik kembali.

“Yang itu.. ceritakan kalau aku ganteng..!” Jawab Hs sambil tertawa.

Mas Nyentrik tahu persis, selain yang ia ceritakan, Hs adalah orang yang suka bercanda.

Tinggalkan Balasan