10. Dilema (2)

Terbaru18 Dilihat

Guru dan ibu rumah tangga adalah profesi yang saya sandang saat ini. Memiliki dua balita dan mengajar di dua sekolah memang bukan hal yang mudah. Membagi waktu antara anak dan sekolah sangat menguras tenaga dan fikiran. Apalagi ketika anak rewel, sudah pasti terlambat datang ke sekolah.

Hari ke hari saya semakin sering terlambat ke sekolah. Jika madrasah yang berjarak dekat dengan rumah, keterlambatan saya masih dapat ditolelir, 5 sampai 10 menit saja. Namun untuk dapat ke SMK, perjalanan yang saya butuhkan sekitar 15 menit. Ketika anak-anak rewel, sudah dipastikan saya terlambat bisa lebih dari 30 menit.

Saya memang selalu izin terlambat jika dirasa keadaan anak-anak belum kondusif. Pihak SMK pun selalu memberikan izin dan memakluminya.

Akan tetapi, saya pun sadar diri, saya merasa malu. Tidak seperti ini seharusnya. Kasihan juga anak didik saya yang kurang optimal menerima materi karena keterlambatan saya. Kasihan dengan guru piket pengisi kelas saya ketika saya terlambat. Saya benar-benar merasa berdosa.

Hingga suatu hari, saya berdiskusi dengan suami tentang pengunduran diri saya dari SMK. Saya akan fokus di madrasah saja. Dari awal, suami saya memang menawarkan kepada saya untuk berhenti mengajar atau mengajar di satu tempat saja. Namun, saya yang tidak mau. Bagaimana nanti kalu anak-anak sudah besar, apa yang saya lakukan di rumah, dan saya merasa masih sanggup membagi tenaga dan waktu. Hingga saya pun menyerah. Memang seharusnya saya menurut apa yang suami katakan.

Saya pun memutuskan untuk fokus di satu sekolah saja. Saya memilih madrasah sebagai tempat beraktifitas dan melepas SMK.

Pengunduran diri saya ajukan ke kepala SMK. Sebenarnya pihak SMK mau mentolelir “ketidakdisiplinan” saya. Mengingat saya juga termasuk bagian dari yang “babat alas” berdirinya SMK tersebut. Namun dengan berat hati dan terimakasih sebanyak-banyaknya atas apresiasi yang diberikan, saya mengajukan pengunduran diri saya dari SMK.

Dengan memilih satu sekolah sesuai arahan suami, saya bisa berkonsentrasi di madrasah dan masih dapat memantau keadaan anak-anak saya di rumah. Profesi guru yang sudah mulai saya nikmati masih dapat saya laksanakan, kewajiban sebagai ibu pun juga tidak terabaikan.

ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 10 Februari 2021

Tinggalkan Balasan