Ketika melihat kesuksesan seseorang adakalanya kita hanya menilai suksesnya. Kesuksesan selalu menggiurkan dan memotivasi bagi semua orang.
Banyak cara menuju kesuksesan tetapi tidak semua kesuksesan menyediakan tempat bagi orang-orang yang memiliki daya juang rendah.
Kesukesan ibarat buah ranum bagi orang-orang yang memiliki tekad kuat untuk meraihnya. Kesuksesan selalu diawali dari mimpi, mimpi indah ditemani dengan niat yang kuat.
Narasumber kali ini bu Ditta Widya Utami,S.Pd. Ibu muda banyak prestasi yang diraih, dunia menulis menghantarkan beliau bertengger diruang prestasi literasi. Pepatah mengatakan” tak kenal maka tak sayang” mari kita kunjungi profil pada blognya, berikut : https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1.
Narasumber ditemani moderator pak Cip. Harapan saat ini dalam kelas WAG Menulis bersama PGRI, kita mampu mencoba dan mengaplikasikan ilmu menulis dari Narasumber.
“ Mental Seorang Penulis”, wah tema menarik serasa mau mengikuti pertandingan UFC , deg degan nih, mari kita menantang diri sendiri dikelas WAG Menulis apakah kita cukup memiliki mental untuk menyelesaikannya.
Bagaimana sosok “Kaori” mewakili sosok tangguh yang mampu membuktikan atas keikhlasaan seorang ‘Umi”. Kaori merupakan sosok yang memiliki mimpi tetapi diawali dengan kegundahan hati atas pilihannya sendiri.
Ilustrasi sosok ‘Kaori” merupakan sosok yang ada di novel beliau. Dapat dibaca di link watpaddnya, berikut: https://www.wattpad.com/480692862-precious-1-terdampar-di-upi. “Kaori” mampu melawan kegundahan ambisi bertabur mental, hingga mampu melewati batas-batas relung hati berbuah kesuksesan.
Pembaca budiman, pasti anda ingin sukses apapun yang anda mimpikan betulkah?. Lantas sukses seperti apa yang kita inginkan saat ini?. Tentu sukses menjadi penulis andal dan dapat menerbitkan buku.
Tapi ingat seperti apa yang saya uraikan diawal tulisan ini. Kesuksesan itu buah yang ranum bagi semua orang, tetapi buah itu disediakan untuk orang-orang yang mau berjuang dan memiliki mental untuk memetiknya. Mari buah tersebut kita petik bersama menggunakan galah tolabul ilmi, awal yang baik kita sudah berada di komunitas yang tepat belajar bersama untuk mimpi menjadi penulis yang meiliki mental penuh optimis.
Tema yang diangkat malam ini cukup menggores ingatan saya saat itu, saya kurang memiliki mental menjadi penulis. Ada keinginan menulis tetapi tidak memiliki mental untuk menulis, hanya sebatas keinginan saja. Akibat ketidaktahuan harus seperti apa yang terasa stigma berat untuk memulainya. Bersama di kelas WAG menulis secara perlahan-lahan mental itu tumbuh bersemi dan penuh optimis.
Narasumber menegaskan bahwa mental yang dimaksud lebih kepada sebuah cara berpikir untuk dapat belajar dan merespon suatu hal. Sebagaimana yang dilakukan para penulis hebat dalam menghadapi setiap tantangan. Dapat pula dilihat di link Channel Yotubenya.
Dalam kesempatan paparan materi Narsumber memberikan Konsep pada tema “Mental Seorang Penulis”.
Konsep yang menarik terbagikan pada kelas WAG Menulis ini. Konsep ini tentu lahir dari buah pemikiran selama ini Narasumber temukan. Konsep ini saya ibaratkan perjalanan ke kebun untuk memetik buah yang ranum, buah ranum konsep kesuksesan beliau dalam dunia menulis yang memiliki mental. Berikut konsep tersebut :
- Siap Konsisten
“Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.” (Wijaya Kusumah). Jika kita sudah berniat untuk meningkatkan skill menulis, maka kita harus ingat bahwa menulis adalah sebuah kata kerja. Artinya, harus ada tindakan nyata. Tapi, untuk jadi penulis andal, butuh mental kuat agar bisa konsisten menulis.
Salah satu tips agar bisa memiliki mental untuk konsisten adalah dengan mengenali diri sendiri. Sehingga tantangan apa pun yang menghadang, kita akan tau apa yang harus kita lakukan.
- Siap Dikritik
Saat kita memutuskan untuk memublikasikan hasil tulisan kita di blog/buku/media sosial/media massa, dsb, maka penting kita sadari bahwa tulisan kita telah menjadi “milik publik”.
Dengan demikian, kita harus menyiapkan mental untuk menerima masukan dari publik. Tak hanya bersiap untuk komentar baik, kita pun harus bersiap bila ternyata ada yang mengkritik dengan cukup tajam atas tulisan kita.
Dengan adanya masukan/kritik dari berbagai pihak, kita bisa mengetahui kekurangan dalam tulisan kita. Bukan hanya dari kacamata sendiri, tapi juga dari kacamata pembaca.
- Siap Belajar
Jika sudah senang dan konsisten menulis, sudah bisa menerima saran maupun kritik, maka sungguh kita memiliki mental untuk belajar bertumbuh.
Ada dua cara yang dapat ditempuh :
- Melakukan riset
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan melakukan riset. Bisa dengan berkunjung ke perpustakaan, berkunjung ke toko buku untuk mengamati buku-buku best seller, melacak apa yang sedang menjadi trend di sosial media maupun dengan google traffic, dsb.
- Tambah Bacaan
Saat ini, dimana literasi begitu digaungkan, maka kita harus menyiapkan mental untuk siap menjadi orang yang literat. Salah satunya dengan meningkatkan daya baca.
- Siap Ditolak
Mental berikutnya yang perlu kita sadari adalah siap ditolak oleh media maupun penerbit, dll.
Saat naskah kita ditolak, coba lagi dan lagi. Atau cari alternatif lain. Misal dengan menerbitkan sendiri atau dipublish di berbagai media sosial.
Contoh seorang JK Rowling pernah ditolak belasan penerbit. Dewi “Dee” Lestari sang penulis Supernova pun pernah merasakan ditolak penerbit. Bahkan sekelas novelis horor Stephen King pun pernah ditolak.
Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit satu dua kali, mungkin saat ini kita tidak akan mengenal karya karya hebat mereka.
- Siap Menjadi “Unik”
The last but not least. Mental yang perlu kita tanamkan untuk menjadi penulis adalah just be yourself. Jadilah diri sendiri. Jadilah unik. Maksudnya dalam menulis nggak perlu terlalu ikut-ikutan seperti orang kebanyakan. Tulis saja apa yang paling kita sukai. Yang paling sesuai dengan diri kita.
Omjay misalnya selalu unik dengan tulisan setiap harinya. Mr. Bams unik dengan kalimat-kalimat positifnya. Bu Kanjeng yang unik dengan gaya bahasanya yang begitu hidup.
Tengok blog atau buku Raditya Dika, isinya pasti humor. Jika membaca buku-buku Justin Gaarder (penulis Dunia Sophie), jangan heran jika terselip unsur filsafat. Karena basicnya beliau memang pernah jadi guru filsafat sebelum menjadi penulis.
Nah, apa yang unik dalam diri kita? Mari kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada apanya. Tidak dibuat-buat/dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada apanya). Lalu tingkatkan dengan terus berlatih menulis dan membaca.
Itulah ke-5 konsep Narasumber pada paparan materinya, dengan tujuan dapat memberikan pencerahan serta tolak ukur menulis bagi saya ataupun kawan pembaca.
Menelisik kembali pada tema yang dihadirkan adalah bagaimana kita menjadi pejuang tangguh memiliki mimpi memetik buah ranum kesuksesan. Pejuang tangguh adalah sesorang memiliki mental untuk melakukannya.
Berbuat salah saja ditemani mental melakukannya, apalagi ini, saat ini kita sedang berporses menjadi seseorang yang memberikan manfaat bagi diri dan orang lain meraih sukses Tolabul Ilmi dalam bentangan panjang benang literasi, dalam rangka mengembangkan potensi diri penguat profesi. Yakinlah.
# Terimakasih YPTD
#11. Tantangan Menulis Setiap Hari
Salam Literasi
2021
terima kasih