Kerikil Saja
Sumber : Dokpri
Duduk termenung dipagi sendiri, bersandar ditembok dinding warna biru. Suara kicauan burung diatas bukit Sigoyot menambah suasana pagi terasa menentramkan.
Embun menyelimuti daun sirsak, berserakan daun kering mangga jangkrik kecil berjingkrak girang menyambut pagi penuh harap tanpa cemas.
Hari ini masih sama seperti hari-hari lainnya, bukit Sigoyot setia menyajikan panorama dan nuansa pagi penuh citra pesona bersanding gunung Bongkok.
Cakaran kaki ayam kampung milik tetangga sekolah menyisakan kerikil kecil terkempar tak karuan dipojok sudut gerbang. Sungguh kuasa Illahi, ikhtiar mengais rezeki sepagi ini sudah dilakukan siayam tanpa ragu.
Udara dingin perlahan tergantikan kehangatan matahari pagi, ditangkai daun pohon pepaya burung pipit nampak riang membersihkan bulu bulu terbalut tipis sisa embun pagi terkira harapan lekas kering diterpa hangatnya terpaan matahari pagi.
Satu persatu sahabat SABA nampak mulai berdatangan, kehangatan siang ini menambah optimis untuk mewujudkan segala yang telah direncanakan. Sejenak kita berkumpul bersama, canda riang sesekali mengisi ruang kedekatan kita.
Siang ini kami bersama mempersiapkan kegiatan Gebyar Vaksin Covid 19, atas prakarsa Polsek Sobang. Tempat pelaksanaan kegiatan ini saya posisikan di ruang kelas atas, segala persiapan kita lakukan, siswa-siswi antusias mengikuti setiap arahan yang kami berikan. Tim Medis dari Puskesmas Sobang belum datang. Nampak beberapa anggota Polsek saja yang tiba ditempat kami.
Dikesempatan ini terganggu pikir, bersambut kehangatan justru berbuah prasangka adanya banner SABA Day, entah sumbangsih saran atau peringatan yang jelas terasa tidak mengenakan dalam pikir. Seakan saya menyalahi apa yang seharusnya.
Nampak raut ketidakpuasan tersirat, dengan jelas dan detail bahwa yang kami lakukan ada kesalahan dan hal itu tidak bisa dianggap biasa saja. Tentu kaget sekali saya menyikapinya, tak terpikir lebih jauh melangkah atas apa yang direncanakan bersama sahabat SABA.
Namun demikian penjelasan dari yang dituakan tak menjadikan saya patah semangat, namun ada rasa bangga apa yang saya lakukan justru menjadi pengingat bagi dirinya dan bagi yang lain.
Perlu pembaca ketahui. SABA Day merupakan program pengenalan potensi kearifan lokal yang ada disekolah kami, tentu memiliki harapan yang paling mendasar yaitu berupaya anak-anak didik kami tidak melupakan jati diri dan tidak melupakan norma adat istiadat yang dimilikinya.
Salah satu adat yang berusaha kami terapakan diantaranya penggunaan baju dan lomar. Adat ini merupakan ciri khas yang digunakan dalam keseharian para Kasepuhan/ Kalotan Sobang. Penggunaan baju khas adat ini kami masukan dalam program Pembiasaan. Program ini masih berproses, artinya, kami masih tahap menabung bersama anak-anak untuk merealisasikannya.
Tidak tertutup kemungkinan bila program awal ini berjalan sesuai harapan, kami akan kembangkan lebih jauh bisa saja kami masukan pada kurikulum lokal nantinya.
Yang jelas, kegiatan hari ini melaksanakan Gebyar Vaksin berjalan lancar dan berharap kita semua sehat, sehingga harapan untuk segera belajar tatap muka kembali terlaksana.
Kegundahan atas keberatan saya sikapi sebagai kerikil saja.
Salam Literasi
#KMAA Day 13 YPTD
Penutup