Cover Buku Karya Arswendo Atmowiloto dan Wijaya Kusumah
(Sumber foto: https://www.gramedia.com dan https://wijayalabs.com)
Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM
Pagi tadi dalam perjalanan menuju ke sekolah, saya sempat berhenti sekali dua kali di persimpangan jalan gegara berhadapan dengan lampu merah. Sebagai seorang pendidik, tertib di jalan raya sudah wajib saya lakukan sebagai sebuah kesadaran.
Sembari menunggu lampu hijau menyala kembali, saya merenungkan kembali materi tulisan kedua ini. “Kok, sempat, ya di jalan raya ngelamun?!” barangkali diantara pembaca yang budiman akan ada yang melontarkan pertanyaan seperti itu menanggapi kejadian di atas.
Menurut hemat saya, pertanyaan itu bisa jadi ada benarnya; walaupun kebenarannya juga tidak 100% benar. Karena saat kita sedang merenungkan sesuatu, ada kalanya kita akan digiring memasuki ruang lamunan kita masing-masing. Dan kondisinya akan menjadi berbahaya, bila lamunan itu semakin jauh dan dalam jika kejadiannya adalah di perhentian lampu merah!
Makanya saya secara pribadi cukup berhati-hati saat merenungkan sesuatu di saat menunggu pergantian nyala lampu merah menjadi lampu hijau, yang terkadang memang memakan waktu cukup lama itu. Yang terpenting saya pribadi selalu mengingat prinsip ini, “Jalan raya adalah tempat berbahaya, jadi segeralah keluar dari jalan raya bila urusan kita sudah selesai!”.
Oiya, dalam tulisan kedua ini saya mengangkat judul “Datang Menulis, Pantang Pergi Tanpa Hasil!”. Lagi-lagi diantara pembaca pasti akan ada yang bertanya, mengapa saya memilih judul seperti itu? Mengapa tidak memakai judul lain, misalnya “Hasil Lamunan di Persimpangan Jalan” atau “Hasil Perenungan di Sudut Perempatan Lampu Merah”?
Berbicara tentang judul sebuah tulisan, maka akan kita temukan pendapat banyak ahli yang memberikan pendapat sekaligus membagikan ilmunya mengenai cara memilih judul yang baik. Saya sudah membaca buku karya Mas Arswendo Atmowiloto yang berjudul “Mengarang Itu Gampang” dan “Mengarang Novel Itu Gampang” dengan baik. Tentu nama penulis yang satu ini juga sangat populer di kalangan dunia sastra Indonesia, karena Mas Wendo, demikian saya akrab menyapanya, telah menelurkan banyak karya sastra yang berbobot!
Selain dua judul buku di atas, saya juga mengoleksi beberapa judul buku tentang dunia menulis. Salah satu judul buku tersebut adalah, “Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” karya duet penulis Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. Judul buku yang terakhir ini saya beli ketika saya sedang berada dalam proses penyusunan tesis saya di awan tahun 2019 silam. Belakangan sejak pandemi Covid-19 merebak, ternyata saya dipertemukan dengan salah satu penulis buku tersebut, yaitu Bapak Wijaya Kusumah atau lebih beken dengan nama “Om Jay”!
Melalui forum kuliah menulis yang diasuh Om Jay dan deretan para mentor tak kalah beken, saya berkesempatan menimba ilmu menulis lebih banyak lagi. Dalam setiap minggunya, selalu dihadirkan 3 sampai 4 narasumber yang berkenan berbagi ilmunya terkait dunia menulis dan penerbitan buku.
Om Jay pun dalam banyak kesempatan selalu membagikan pengalaman dan tulisannya melalui tautan blog pribadinya atau blog lain yang diasuhnya. Dari situ saya pun mendapatkan kesempatan untuk belajar menyusun kata dan kalimat, hingga mewujudnyata dalam sebuah artikel atau karangan, dan insyaallah nanti bisa diterbitkan menjadi buku.
Dari banyak teori menulis yang pernah saya pelajari, saya mendapatkan pemahaman tersendiri saat hendak menuliskan judul sebuah artikel atau tulisan yang saya kerjakan. Dalam banyak kesempatan saya kerap memanfaatkan kutipan kalimat yang terdapat pada tulisan tersebut untuk saya jadikan judul tulisan-tulisan saya. Terkadang saya juga memanfaatkan sub judul pada artikel saya yang lumayan panjang untuk saya jadikan sebagai judul utama. Pada kesempatan lainnya, saya menyusun beberapa kata yang secara umum dapat merangkum keseluruhan isi artikel atau tulisan yang saya buat.
Dalam menuliskan judul pun saya selalu menghindari kalimat yang muluk-muluk, agar pembaca tidak kecewa setelah membaca isi tulisan saya secara keseluruhan. Hal ini memang saya hindari, karena rasa kecewa yang pernah dialami oleh pembaca biasanya akan membuat pembaca tersebut jera untuk membaca tulisan-tulisan kita selanjutnya.
Tentu sudah menjadi rahasia umum bilamana sebagian penulis di media daring sering membuat judul tulisan atau artikel yang “bombastis” bahkan cenderung lebay atau berlebihan. Bahkan dalam beberapa artikel yang sempat saya simak di media daring, pernah saya temukan antara judul dan isi artikel tidak ada hubungannya sama sekali. Judulnya memang dibuat begitu menarik, tetapi isi artikelnya nggak nyambung atau istilahnya dalam obrolan lisan biasa disebut “tulalit”!
Sampai pada paragraf ini, sebagian pembaca barangkali akan melayangkan pertanyaan berikutnya kepada saya, “Tulisan ini diberi judul “Datang Menulis, Pantang Pergi Tanpa Hasil!”, lalu maksudnya apa? Mengapa tidak memilih judul seperti ini saja misalnya: “Tip Menulis Judul Anti Tulalit”?”
Untuk menjawab rasa penasaran sebagian pembaca, saya akan mencoba memberikan penjelasan mengapa saya memilih judul tersebut? Saya akan memulainya dengan potongan pertama dari judul tersebut, yaitu “Datang Menulis”. Potongan judul ini bermakna bahwa ketika kita mulai menulis, maka kita sudah dipertemukan dengan sebuah niat. Niat untuk menghasilkan atau mewujudkan sebuah tulisan. Benar, bukan?
Pada potongan lain judul di atas berbunyi demikian, “Pantang Pergi Tanpa Hasil!”. Kalimat singkat ini bermakna apabila kita sudah mengawali niat menulis kita dengan baik, maka kita wajib memperjuangkan niat tersebut hingga akhirnya kita berhasil menghasilkan sebuah artikel atau tulisan.
Sejak awal memulai tulisan singkat ini, saya memang sudah berniat untuk berbagi sedikit pandangan sekaligus ilmu yang pernah saya pelajari selama ini dalam dunia kepenulisan. Menulis memang tidak harus menunggu sampai kita menjadi digdaya untuk menghasilkan tulisan. Sebab menulis dapat dilakukan oleh siapa saja, dari kalangan mana saja, berapapun usianya; yang penting sudah mampu membaca dan menulis huruf dengan baik.
Menulis dan menulislah dan lihatlah hasilnya yang ajaib!
Banjarmasin, 2 Februari 2021
Penulis itu datang tak diundang, pulang tak dinatar, hahaha
Selamat malam Om Jay, wah kelakar Om Jay bisa juga, yah! Entah mengapa judul yang saya buat di atas bunyi nadanya mirip dengan kelakar Om Jay tersebut? Yang pasti, saya menuliskannya spontan saja, mengalir, dan jadilah tulisan di hari kedua ini. Terima kasih Om Jay karena sudah berkenan membaca tulisan saya yang sederhana ini. Salam literasi bersahabatan. Terima kasih Om Jay. Salam hangat untuk Om Jay sekeluarga.