Teknologi – episode 1

Hari sudah bergulir dengan cepat. Tanpa terasa Long Weekend sudah di penghujung hari. Minggu kelabu yang hanya mendung tanpa hujan sehingga udara jadi terasa sangat lembab sekali. Kami menikmati waktu bersama keluarga dengan berpegian ke mall di tengah kota Jakarta untuk menemani si bapak yang harus menyelesaikan tugasnya sebentar (sebenarnya modus emaknya mau melihat dunia luar – kapan lagi yaaa kaaan 🤭).

Wow!!! Canggihnya… Mulai dari mau masik parkir hanya perlu melambaikan tangan dan tiket parkir keluar. Mau membuka lift hanya dengan sensor lambaian tangan pula. Kemudian setelah masuk lift kok lama sekali ya tidak ada pergerakan, nah… ternyata tangan saya kurang melambai sehingga lift tidak mmembaca sensor geraknya… Setelah paksu sadar dan beraksi, barulah lift mulai berpindah lantai (maklum selama ini cuma dirumah aja). Tempat sampah toilet pun terbuka dengan sensor tangan. Sampai di akhir keluar dari parkir hanya scan karcis parkir dan tap kartu flazz.

Moral dari secuplik cerita mengenai kekuatan dari lambaian tangan tersebut, kita seyogyanya harus mulai merasa waspada. Waspada akan adanya perubahan yang selalu ada. Bahkan disaat pandemi yang konon katanya banyak usaha macet dan tak berkembang. Ternyata tingkat kekretifan manusia yang kepepet itu memang luar biasa. Kepepet karena harus menerapkan jaga jarak di masa pandemi hingga mengurangi jumlah karyawan dengan alasan efisiensi sehingga terciptalah yang teknologi yang meminimalisir interaksi dengan sesama manusia.

Sebenarnya di beberapa tempat parkir sudah mulai diaplikasikan mengambil karcis atau pembayaran otomatis sudah mulai ada dengan bertambah modern mall yang ada di ibukota ini. Sewaktu pertama kali hadir teknologi ini banyak yang mengalami kesulitan. Dimulai dari mengularnya pintu antrean keluar parkir karena beberapa pengguna masih mengharapkan sistem manual padahal sudah dengan jelas dituliskan di spanduk sepanjang masuk ke dalam parkiran mall, sepanjang jalan keluar masuk di dekat akses parkir. Tipikal kebanyakan karena sudah terlanjur nyaman dengan yang sudah ada sehingga kerapkali mengabaikan perubahan yang ada. Enggan untuk merubah kebiasaan ataupun belajar sesuatu yang baru akibatnya akan mengalami kesulitan sendiri setelah teknologi yang baru ini benar benar diterapkan di semua area.

Sadar tidak sadar, sekarang ini disemua roda perekonomian mulai mengurangi jumlah karyawan. Kita sebagai guru haruslah terus menerus menginspirasi murid untuk selalu berani mencoba hal baru dan tidak takut untuk gagal. Guru sebagai panutan haruslah juga selalu mau untuk berusaha mencontohkan dan tidak takut akan kritik, karena bagaimanapun terkadang sebagai manusia biasa masih sering melakukan kesalahan baik itu disengaja ataupun tidak disengaja.

Perubahan itu baik apabila kita dapat menyikapi dengan baik dan bijak. Kita dapat selalu mempelajari hal baru yang ada di sekitar kita dan jangan ragu ataupun malu untuk bertanya. dengan kecanggihan gawai serta jaringan internet, kita dapat pula menanyakan beragam hal yang kita ingin ketahui melalui internet apabila kita merasa ragu.

Mari Semangat berkarya!

Tinggalkan Balasan