Redundant 8: “This World Is Not My Home”
Oleh Erry Yulia Siahaan
Siang, 20 Januari 2023. Usai makan, saya menjelajah sebentar di media sosial dan mampir di salah satu postingan teman. Itu saya klik, karena saya ingin tahu siapa yang meninggal. Postingannya itu memuat beberapa foto persemayaman. Salah satunya berupa video berlatar lagu dalam genre musik country. Saya penasaran, ada apa dengan lagu ini, sampai teman yang sangat rohani ini menjadikannya musik latar video itu. (Melodinya enak sekali. Suara yang menyanyikannya terkesan berat dan merdu. Sepertinya saya mengenal suara itu, tapi kurang paham tentang lagunya. Saya penggemar musik country. Ini membuat saya tambah penasaran, ingin tahu itu lagu apa.)
Liriknya saya tangkap. Meskipun lagu itu cuma sepenggal saja, terpotong karena mengikuti durasi video, saya masih bisa menangkap kata-kata di awal lagu: “This world is not my home.” Belum ada niatan membuat tulisan atau semacamnya, tapi saya segera berselancar di Youtube untuk mendapatkan lagu itu secara utuh.
Aha!! Muncullah sejumlah situs dengan judul lagu itu. Penyanyinya beragam. Saya klik yang teratas, kebetulan gambarnya menarik, pemandangan. Video berdurasi sekitar tiga menit yang tayang sejak empat tahun lalu itu menampilkan video dengan gambar statis, tanpa fitur penyanyinya, tapi ada liriknya. Di bagian awal tertera judul lagu dan penyanyinya: This World Is Not My Home (Jim Reeves).
Oh ya, pantas. Jim Reeves adalah penyanyi populer Amerika. Pernah dengar lagu-lagu lama seperti Adios Amigo, Danny Boy, He’ll Have to Go? Atau, lagu-lagu yang sering dipakai pada acara gereja seperti Whispering Hope, God Be With You, dan Precious Memories? Nah, Jim Reeves inilah yang menyanyikannya. Suaranya enak sekali. Berat dan mendayu.
Sejak itu, saya meredundansi lagu ini sebagai salah satu dari sejumlah lagu wajib untuk mengawali ibadah saya pada pagi hari. Bahkan, tidak jarang, lagu ini akan saya putar lagi dan lagi setelahnya. Saya juga membagikan link YouTube itu ke WhatsApp grup keluarga. (Namun, sampai di sini, belum ada niatan menuangkannya lewat tulisan, sampai akhirnya suatu kali, beberapa hari setelahnya, saya makin tertarik dan menuliskannya.)
Mengapa Lagu Itu?
Setelah menyimak lirik itu, saya memahami, mungkin itulah alasan hingga teman saya menjadikannya musik latar video di persemayaman. Kalimat “This world is not my home” merupakan bagian yang mengalami redundansi dan nampaknya bagian itulah yang memang sengaja diulang untuk memberikan penekanan lebih dalam agar makna pesannya lebih kuat dan efektif sampai kepada yang mendengar. Lirik bagian awal adalah seperti ini:
This world is not my home I'm just a-passing through My treasures are laid up Somewhere beyond the blue The angels beckon me From heaven's open door And I can't feel at home In this world anymore
(Artinya: Dunia ini bukanlah rumahku/Aku hanya numpang lewat/Hartaku disimpan di seberang langit biru/Para malaikat mengundang saya dari pintu surga yang terbuka/Aku tidak merasa bahwa dunia ini adalah rumahku)
Dari lirik ini kita bisa mengetahui tema lagu tersebut. Itu adalah ungkapan reflektif tentang kualitas spiritual dari yang membuat dan/atau menyanyikannya. Lagu ini sangat memotivasi agar kita tidak hidup melekat pada hal-hal yang ada di dunia ini, karena sebenarnya dunia ini hanyalah rumah sementara. Rumah sejati dan abadi adalah rumah Tuhan.
Saya katakan mungkin saja lirik lagu itu yang menjadi alasan mengapa teman saya itu memilihnya, karena bisa jadi alasannya tidak semata-mata karena lirik itu. Melainkan juga karena riwayat lagu itu, yang dibawakan oleh Jim Reeves, yang meninggal tragis pada masa dia sedang ngetop-ngetopnya. Lahir pada 20 Agustus 1923 dan menjadi terkenal di era 1950-60an, Jim Reeves meninggal pada usia relatif muda dalam kecelakaan pesawat pada 31 Juli 1964. Pesawat bermesin tunggal yang dikemudikannya itu jatuh dalam perjalanan yang diwarnai kabut tebal dari Arkansas ke Nashville dan ikut merenggut nyawa Dean Manuel, manajernya.
This World Is Not My Home
Sebenarnya, Jim Reeves hanyalah salah satu penyanyi yang membuat rekaman lagu itu. Diciptakan oleh Albert Edward Brumley (1905-1977) pada 1919, lagu itu pernah dibawakan dan direkam beberapa kali. Yang pertama adalah oleh Stovepipe No.1, disusul oleh grup band bernama Golden Echo Quartet pada 1930, The Carter Family pada 1931, Hank Thompson pada 1950, dan John D. Loudermilk pada 1968. Suara khas Jim Reeves berhasil memberikan sentuhan yang indah pada kidung itu. Jim Reeves membuat rekaman lagu itu pada 1962, yang menjadi salah satu lagu dalam albumnya yang diberi judul We Thank Thee.
Si pencipta lagu, Albert Edward Brumley lahir pada 29 Oktober 1905. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara laki-laki dari pasangan William Sherman Brumley dan Sarah Isabelle Williams Brumley, yang merupakan pendatang baru di Indian Territory dekat Spiro, Oklahoma, yang ikut menanam kapas bagi hasil sampai mereka akhirnya memiliki cukup uang untuk membeli pertanian sendiri di luar Rock Island, Oklahoma. Sebagai anak laki-laki, Brumley tumbuh memetik kapas di Oklahoma. Brumley tahu dia menginginkan lebih dari kehidupan itu, demikian situs TheScottSpot. Dia ingin menulis lagu untuk Tuhan. Dia melakukannya.
Menurut Encyclopedia of Arkansas, Brumley mengenyam pendidikan, tinggal, dan bekerja di Hartford Music Company di Hartford pada 1926-1931. Dibesarkan dalam kemiskinan, menyaksikan dua perang dunia, mengalami depresi hebat, berusia lima tahun ketika kakak laki-lakinya (Bill) meninggal akibat demam tifoid, Brumley menyadari bahwa hidup tidak akan pernah “mudah”. Tetapi, dia belajar bahwa hidup lebih mudah ketika membiarkan Tuhan Yesus berjalan bersamanya dalam hidupnya. ***
1 komentar