Peranan Handphone Terhadap Diri Sendiri di Generasi Milenial

Terbaru986 Dilihat

Nama : Fadiya Almaida
Nim : 20013
Kleas : 1A

Barang kecil ini ternyata sangat berpengaruh bagi para generasi milenial. Perubahan ini dapat kita cermati dalam gaya bahasa yang tidak baku, cara mereka belajar dalam dunia pendidikan formal, dan mengikisnya budaya sedikit demi sedikit.

Smartphone didukung dengan aplikasi yang canggih, salah satunya aplikasi media sosial seperti whatsapp, telegram, instagram, facebook messenger, dan lain-lain.

Media sosial sangat berguna bagi generasi milenial untuk berkomunikasi dengan mudah, cepat, hemat, tanpa batasan waktu dan tempat. Kini mereka tidak lagi menggunakan pesan teks tertulis di kertas untuk mengirim sebuah pesan kepada seseorang.

Mereka juga bisa mengekspresikan suasana hatinya dengan menggunakan emoji dan voice not. Gaya bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun mereka cenderung menggunakan bahasa informal seperti COD, OTW, FYI, Japri, trcyduk, leh uga, maaciw dan sebagainya.

Penggunaan bahasa tersebut hanya dimengerti oleh kalangan mereka saja, sehingga orang tua pun sulit untuk mengerti apa yang di utarakan oleh anaknya.

Tak hanya itu, dalam dunia pendidikan, smartphone sangat mempengaruhi aktivitas generasi milenial ini. Seperti contoh dalam kasus pembelajaran, kini mereka tidak lagi gemar membaca dalam bentuk buku cetak melainan e-book atau sejenisnya.

Dalam generasi ini, mereka memiliki kecenderungan untuk mengakses informasi dan memperdalam ilmu pengetahuan dengan cara searching di salah satu aplikasi mesin pencarian seperti google firefox daripada bertanya dengan teman sebaya ataupun guru.

Salah satu fenomena lain, anak jaman sekarang lebih malas untuk menulis di buku tulis saat guru memberi pelajaran. Kini mereka dimudahkan dengan merekam apa yang guru sampaikan dan memotret pada papan tulis atau layar LCD.

Tergesernya nilai sosial budaya pada generasi milenial dapat dilihat dari pola hidup mereka. Seperti contoh budaya mengetok pintu rumah teman saat hendak bermain pun sekarang diganti dengan mengirimkan pesan yang menyatakan dirinya sudah di depan rumah. Budaya jual beli agar terjalin komunikasi langsung pun kini digantikan dengan smartphone.

Cukup dengan memilih barang yang dibutuhkan, beberapa menit kemudian pun barang tersebut sudah sampai di depan mata. Teknologi tidak hanya berperan positif tetapi juga memiliki peran negatif.

Dilihat dari prakteknya, generasi milenial cenderung cuek menghadapi keaadan sosial. Pada umunya interaksi langsung dengan orang lain itu sangat perlu pada hakikat mahluk sosial. Namun, generasi milenial cenderung individualis dengan pola hidup eksis di media sosial. Penanaman nilai-nilai positif pun akan hilang mengkuti arus generasi milenial.

Melihat kondisi generasi milenial ini menjadi kerasahan bagi orang tua. Generasi yang sangat jauh berbeda dengan orang tua menjadi adanya pertikaian dalam hubungan anak dengan orang tua.

Mereka para generasi milenial menganggap orang tua sangat gaptek dan tidak tahu dunia luar. Sedangkan orang tua memiliki prinsip sendiri untuk mendidik anaknya. Oleh karena itu, tanamkan nilai-nilai pada anak terus menerus dan selalu awasi kegiatan mereka di media sosial.

Jika perlu sebagai orang tua juga harus memiliki smartphone yang berisi aplikasi media sosial untuk dapat mengawasi anaknya dalam bermain smartphone. Anak generasi milenial memang sangat pintar dalam menggunakan smartphone, namun orang tua harus lebih cerdas.

Tinggalkan Balasan