Belajar Sepanjang Hayat

Bicara tentang belajar dan pembelajaran, adalah bicara tentang sesuatu yang tidak pernah terpikir sejak manusia ada dan berkembang di muka bumi ini sampai pada akhir jaman nanti. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan dan dialami manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang menjadi anak-anak, remaja, hingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat. Sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.

Teori sains juga mengungkapkan bahwa calon manusia telah mulai belajar saat jutaan sperma berjuang mencapai ovum dalam uterus.

Jutaan sperma itu seolah saling berebut, berlomba mencapai ovum. Banyak di antaranya gugur di tengah jalan. Uniknya satu atau dua sperma (pada kasus kembar tidak identik) mencapai ovum sehingga terjadi konsepsi. Sisa ribuan sperma yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah dibuahi.

Demikian calon manusia ini telah belajar berjuang, beradaptasi, bersaing tetapi juga bekerjasama dan berkurban untuk kepentingan sesama.

Sperma yang berjuang
Sperma sedang berjuang memasuki ovum

Paul Engrand pada tahun 1970 mengemukakan konsep pendidikan sepanjang hayat  lifelong education sebagai laporan kepada UNISCO yang mengimplikasikan berupa terselenggaranya belajar sepanjang hayat lifelong learning.

Sebenarnya jauh sekitar 15 abad yang lalu, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa belajar memang seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat minaal Mahdi ilaa lahdi.

Anak sedang di dalam ayunan

Sebuah kata bijak dari negeri Cina mengatakan “Jika engkau ingin berinvestasi sepanjang hayat maka tanamlah ilmu di kepala manusia dan didiklah manusia”, dengan demikian bagi kemaslahan dan kebermaknaan eksistensinya harus senantiasa belajar, kapan saja dan di mana saja, baik disadari maupun tidak disadari.

Bahkan untuk menimbang pentingnya belajar Senaca (6 SM-65M), ahli filsafat Yunani menyatakan bahwa waktu luang yang tidak digunakan untuk belajar sama dengan kematian leasure without study is death.

Negeri Cina

Oleh sebab itu tidaklah heran jika konsep dan pembelajaran yang dahulu lebih ditekankan pada istilah mengajar atau pengajaran selalu berubah dan berkembang.

Perubahan paradigm dari pengajaran teaching, atau instruksi yang  berfokus pada aktivitas guru Teacher-Centered menuju pembelajaran yang berfokus pada peserta didik Studen-Centered.

Perlu dicatat juga bahwa paradigm dalam konteks ini dimaknai sebagai model berpikir yang berlangsung pada masa dan kondisi tertentu.

Dalam sejumlah sumber, istilah pembelajaran lebih cenderung identik dengan learning.

Menurut Derektorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dikjen Mendikdasmen Depdiknas (2008) yaitu pembelajaran diidentikkan dengan instruction walaupun ternyata dalam buku sumber yang sama mastery learning diterjemahkan menjadi pembelajaran tuntas dengan kata lain istilah learning identik dengan pembelajaran.

Gambar Dikjen Pendidikan

Para pemrakarsa konsep ini menyampaikan bahwa “Jika guru sebagai penanggung jawab pembelajaran menjelaskan secara gamblang dan tepat mengenai hal-hal yang diharapkan serta dipelajari oleh peserta didik, serta menunjukkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas akademik tertentu. Saat ini, dapat dinyatakan sebagai mencapaian Kompetensi Dasar tertentu hingga peserta didik dapat belajar dengan baik”.

Perdebatan antara para penganjur pembelajaran teacher – centered dengan mereka yang berpandangan student – centered mengambil kesepakatan: bergantung pada ciri materi pembelajaran yang sesuai, dapat di terapkan baik pembelajaran secara teacher – centered maupun student – centered. Praktik semacam ini kini dilaksanakan baik di Amerika Serikat, Australia, maupun Eropa.

Sebenarnya, jauh sebelum istilah mengajar dipertentangkan dengan istilah pembelajaran, filosof Yunani, Senece, telah menyatakan bahwa aktivitas belajar, men learn while they teach, atau pengajaran mengajari guru. Teaching teaches teacher. Dalam pembelajaran yang baik dan multiarah, seorang guru mengajar sekaligus belajar, para peserta didik belajar sekaligus mengajar, ya maksudnya di sini adalah mengajari sesama rekan sejawatnya, bahkan dalam hal tertentu mereka bisa mengajari gurunya.

Apalagi dalam era komunikasi global saat ini, para peserta didik sering mampu menguasai teknologi informasi dari pada gurunya, misalnya dengan browsing di internet, kadang-kadang informasi mutakhir tentang subjek tertentu lebih dipahaminya.

Pembelajaran yang paling efektif bagi peserta didik ternyata berdasarkan jumlah hasil riset kependidikan, diperoleh melalui metode belajar sambil mengajar learning by teaching. Hal ini dapat dimaknai bahwa pembelajaran oleh guru ada pembelajaran pada peserta didik, pada pembelajaran peserta didik ada pengajaran baik kepada sesama peserta didik atau dalam hal-hal tertentu dari peserta didik terhadap guru. Demikianlah pada kenyataan memang sudah terjadi beberapa kali perubahan paradigm tentang belajar dan pembelajaran.

Peserta didik SDN 2 Percontohan Blangkejeren

Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah konsep berpikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan, melekatnya akan dihadapi oleh umat manusia.

Hal tersebut tidak hanya terkait dengan kewajiban moral seorang guru untuk mendorong dan memotivasi peserta didik agar belajar pengetahuan dan keterampilan yang signifikan, tetapi juga berkaitan dengan tugas guru untuk memicu dan memacu peserta didik agar terus bersikap inovatif, menjadi lebih kreatif, adaptif dan flaksibel dalam mengahadapi kehidupan sehari-hari.

Hal ini membawa konsekuensi bagi guru untuk lebih mampu memiliki mental, menjadi suri teladan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif, kreatif, adaptif, dan flaksibel.

Pada gilirannya tentu saja para guru akan menjadi semakin menyadari bahwa model, dan strategi pembelajaran yang konvensional tidak akan cukup membantu peserta didik. Guru dituntut harus inovatif, kreatif, adaptif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas dan lingkungan pembelajaran, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang intensif dan berlangsung dari banyak arah multiways and joyful learning.

Kecendrungan lain yang mewarnai kehidupan manusia yang bermula pada akhir abad ke-20 sampai saat ini yaitu dunia yang lebih mementingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Tumbangnya sejumlah besar system pemerintahan otoriter yang menindas kemanusiaan hakiki menunjukkan keinginan umat manusia untuk menuntut kehidupan kemerdekaan yang sejati.

Usaha untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan melahirkan kembali pendekatan pendidikan anak dan inilah yang disebut gerakan humanisasi dalam proses pendidikan.

Gerakan humanisasi ini meminta reformasi yang mendasar dalam pendidikan baik dalam metodologi belajar mengajar sampai pada manajemen dan perencanaan  pendidikan (Tilaar, 1995:43). Gerakan humanisasi dalam pendidikan ini di sponsori oleh Abraham Maslow yang terkenal dengan teori motivasinya.

By: Fitria Ratnawati

NPA: 01180500096

Tinggalkan Balasan

2 komentar