Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Meskipun bahasa memiliki keragaman, namun bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu yang dimaksud, bahasa memiliki kekuatan yang luar bisa dalam mempersatukan individu satu dengan yang lainnya. Namun apakah bahasa bisa bisa dikatakan sebagai simbol dari segala yang diucapkan? Bagaimana simbol-simbol bunyi ini bisa dijadikan dasar untuk menghubungkan antara satu dengan yang lainnya?
Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya yaitu diakui. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media.
Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa latin yang berarti “Lidah”. Anda pasti sudah paham bahwa lidah merupakan alat ucap yang sering digunakan dari pada alat ucap yang lain. Secara universal pengertian bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal-hal nyata atau tidak., berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi baik lampau, kini, maupun akan datang. Ujaran Manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mendukung beberapa sifat yakni, sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif. Disebut sistematik karena bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa mengandung dua sistem, yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Bunyi merupakan suatu yang bersifat fisik, dapat ditangkap oleh panca Indra kita. Tidak semua bunyi dapat diklasifikasikan sebagai simbol sebuah kata. Hanya bunyi-bunyi tertentu yang dapat dikalsifikasikan yaitu bunyi yang dapat digunakan atau digabungkan dengan. Bunyi lain sehingga membentuk satu kata. Apabila satu kata fisik diberi makna tertentu atau mewakili makna tertentu maka tanda itu disebut lambang. Lambang ini memiliki isi yang terkandung dalam arus bunyi sehingga menimbulkan reaksi. Bunyi inilah yang merangsang panca indera kita sehingga kita bereaksi. Bunyi menimbulkan yang menimbulkan reaksi inilah yang disebut ujaran.
1. Bahasa Memiliki sifat Sistematik
Sebuah arus ujaran dapat menjadi lambang tergantung pada komitmen masyarakatnya. Setiap kelompok masyarakat bahasa baik kecil maupun besar secara konvensional telah menyepakati bahwa setiap struktur bunyi tertentu akan memiliki arti tertentu pula. Konvensi-konvensi masyarakat bahasa itu akhirnya menghasilkan bermacam-macam satuan struktur bunyi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing mengandung suatu makna tertentu pula. Satuan-satuan arus ujaran yang mengandung makna itu secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata.
Perbendaharaan kata itu baru berfungsi bila ditempatkan dalam satu arus ujaran antara manusia. Penyusunan kata itupun harus mengikuti kaidah tertentu. Bila diucapkan atau dilisankan akan diiringi gelombang ujaran yang temponya cepat atau lambat, tekanan keras atau lambat, tinggi rendah, dan lafal tertentu. Berdasarkan hal ini disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Setiap bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia terdapat gabungan beberapa bunyi yang membentuk kata, misalnya kata mahasiswa tidak mungkin kita mengubahnya menjadi maha siswa atau siswa maha karena itu melanggar pola yang berlaku. Demikian pula contoh yang lain, kita akan memahami kalimat saya memcintai negeri ini. Bila kalimat tersebut diganti menjadi ini saya negeri mencintai tidak akan kita pahami maknanya karena sudah bergeser dari pola yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
2. Bahasa memiliki sifat mana suka
Bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh mengapa manusia baru lahir disebut bayi bukan disebut remaja. Mengapa wanita yang masih muda disebut gadis sedang yang sudah tua disebut nenek atau sebaliknya. Kita tidak dapat memberi alasan pertimbangan mengapa kata itu disebut seperti itu, karena sudah begitu nyatanya. Itulah yang disebut mana suka. Jadi, pilihan suatu kata disebut gadis, nenek, remaja, bayi, dan lain-lainnya itu ditentukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka.
3. Bahasa memiliki sifat ujar.
Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada media tulisan. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluknya. Bahasa disebut juga alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatan.
3. Bahasa memiliki sifat manusiawi.
Bahasa dikatakan memiliki sifat manusiawi sebab dalam bahasa memiliki kaidah sopan santun dan tata Krama dalam berbahasa, santun dalam menyampaikan suatu hal, apakh dari intonasi maupun dalam berucap. Manusiawi di sini setiap kata yang di lontarkan memiliki kaidah yang yang harus dipatuhi misalnya, untuk dalam bertutur kata terhadap yang lebih tua cenderung menggunakan bahasa yang lebih santun. Misal: kata saya, aku, kamu, dirimu, dan lain sebagainya.
Penggunaan kata dalam bahasa yang relevan untuk memberikan kesan sopan terhadap apa yang dihadapannya, bahasa yang santun akan memberi kekuatan pada kepemimpinan sebab dalam memberi arahan menggunakan bahasa yang santun akan mudah diterima oleh anggotanya. Penggunaan bahasa yang manusiawi membawa masyarakat bahasa menggunakan lebih untuk menghargai apa, siapa dan berada pada situasi yang bagaimana.