Memaknai Surah An-Naba’
Surah An-Naba’ adalah surat di awal jus 30 pada Al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Kota Mekkah. memiliki arti Berita Besar, memiliki 40 ayat. Makna dari surah ini adalah tentang Menggambarkan keadaan di hari kiamat saat sangkala ditiup dan manusia berkerumun lalu semua yang ada di dunia dilenyapkan. Pada surah ini berisi peringatan akan malapetaka yang hukumnya pasti akan terjadi dan ketika itu barulah manusia menyesali semua perbuatannya di dunia.
*****
Di hari ke-8 puasa Ramadhan kali ini saya mendapatkan sebuah pengalaman yang sangat luar biasa yaitu pengalaman mengajar tentang kajian surah An-Naba’. Memaknai arti dari surah tersebut.
Saya yang terbiasa mengajar dengan sistem Berkelompok kali ini kembali melakukan pembelajaran tersebut secara kelompok pula. Saya menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning di sana saya mengarahkan peserta didik untuk mencari informasi tentang surah An-Naba’. Mulai dari arti, jumlah dan dari mana surah tersebut diturunkan, serta melakukan tanya jawab seputar arti dari surah An-Naba’ untuk mengetahui inti sari dari surah tersebut, juga mengapa surah itu bisa turun dan apa manfaat dari membaca surah An-Naba’.
Surah An-Naba’ diturunkan karena adanya berbagai pertanyaan yang diajukan oleh kaum musyrikin mengenai hari terjadinya kiamat. Serta sebagai hari pembalasan bagi orang-orang yang tidak patuh kepada perintah Allah SWT.
Berbagai pertanyaan terlontar dari anak-anak antara kelompok satu dengan kelompok lainnya saling mengutarakan pendapat mereka.
“Kapan kiamat itu terjadi,” tanya Desi kepada kelompok lainnya.
“Kiamat muncul tidak diketahui kapan persisnya, namun Rasulullah SAW mengatakan tanda-tanda kiamat dengan jelas dan salah satunya terjadi di hari Jum’at.” Jelas Alfin sambil menunjukkan keteangan yang terdapat pada bukunya.
“Berarti jelas bahwa kiamat benar-benar terjadi namun persisnya kapan, tanggal dan tahun berapa, Allah tidak memberitahukan kepada kita agar kita semua bisa mewaspadainya dan selalu tetap taat kepada-Nya.” Amelia menjelaskan pula sebagai tambahan jawaban dari kelompok mereka.
Salah seorang peserta didik bertanya kembali “siapakah orang yang akan menyaksikan terjadinya kiamat?”
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Akmal ” yang menyaksikan kiamat terjadi itu adalah orang kiri.”
“Mengapa disebut orang kiri?” Tanyanya lagi
“Disebut orang kiri sebab orang-orang itu sudah tidak lagi patuh atas ajaran Islam, hati mereka sudah di tutup oleh Allah SWT.” Jawab Akmal kembali.
“Bagaimana mereka bisa seperti itu.” Tanyanya kembali, dengan nada penasaran.
“Sebab orang-orang itu tidak percaya Allah, tidak percaya kiamat itu ada, jadi mereka berbuat sesuai yang mereka ingin. Hingga mereka zholim. Dan Allah marah, dan menutup hatinya.” Jelas Akmal secara detil sambil memegang buku yang menjadi pedoman bacaannya.
Sesi pertanyaan masih berlangsung, masing-masing kelompok masih melontarkan pertanyaan dan pertanyaan masih bisa di jawab oleh kelompok yang sedang presentasi.
Namun pertanyaan kali ini sedikit lari dari topik pembicaraan, namun karna ini masih berkaitan dengan kaidah-kaidah Islam saya membiarkan mereka bertanya.
“Bagaimana roh kita ketika kita meninggal, kemana roh tersebut pergi?” Kata Aufa.
Kali ini kelompok presentasi tak bisa menjawabnya lalu mereka melempar pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk dijawab. Namun tak satu kelompok pun bisa menjawabnya. Akhirnya pertanyaan tersebut dilempar kepada saya guru selaku pembimbing mereka.
“Pertanyaan yang sangat bagus, dan ibu akan berusaha menjawab semampu ibu sesuai pengetahuan yang ibu dapat ya nak.” Kata saya sambil berdiri dari kursi yang sedari tadi menopang saya.
“Jiwa atau roh kita ketika meninggal dunia akan menuju ke salah satu dari dua arah, dimana yang satu menuju pintu Allah SWT, dan yang satu ke jalan yang buntu. Namun mengapa tidak semua manusia bisa mencapai pintu Allah SWT. Sebab hanya manusia yang memiliki iman kuat yang bisa mencapainya. Kalau tidak roh tadi tak terbimbing akhirnya memilih jalan yang buntu alias dia tersesat. Dan saat tersesat itulah jiwa atau roh kita di manfaatkan oleh iblis atau setan dan pada akhirnya jiwa-jiwa yang tersesat itu menjadi budak dari iblis hingga menjadi setan.” Jelas saya kepada peserta didik.
“Kalau sampai kita jadi budak jin, setan, serta iblis, maka jiwa kita sudah bagai di neraka di ombang ambing kesana kemari, disuruh melakukan perbuatan jahat, dan siksanya sangat pedih, neraka yang menyala-nyala siap menyantap jiwa-jiwa budak setan dan iblis tersebut, sama seperti mereka yang kekal nantinya di dalam sana.” Jelas saya kembali sambil memberi penguatan mereka.
Mereka terpaku dan terdiam memandang saya dengan tatapan yang amat serius. Kemudian salah satu peserta didik bertanya kepada saya.
“Bu bagaimana caranya agar kita tidak tergoda dengan bujukkan setan yang akan menyesatkan kita, mendengar penjelasan ibu saya jadi takut Bu?” Tanya Sabila dengan spontan.
“Caranya jagalah solat kita karna dengan solat sesungguhnya itu menjaga kita dari perbuatan buruk, dan menjaga kita dari kelalaian. Dan perbanyaklah membaca Al-Fatihah. Perbanyak membaca Al-Ikhlas, Perbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an termasuk surah An-Naba’ ini, agar kita tidak mudah di ganggu para jin, setan maupun iblis. Dan ingat ketika selesai solat perbanyaklah zikir, sebab zikir itu penting, usahakan zikir “Astaghfirullah Hal ‘adzim” yang banyak sebab itu dapat melunturkan dosa-dosa dari yang pernah kita perbuat.” Jelas saya kepada mereka semua.
Mereka mengangguk dan diam seribu bahasa. Suasana menjadi hening. Dan salah satu peserta didik saya menangis setalah mendengar ucapan saya.
“Mengapa kamu menangis nak?” Tanya saya penasaran.
“Saya teringat dosa saya Bu, apakah saya masih bisa di ampuni, dosa saya ini besar benget Bu?” Tanyanya kepada saya.
Saya kemudian menghampirinya dan merangkulnya sambil menepuk pundaknya.
“Dosa apa yang sudah kamu lakukan sehingga kamu menangis seperti ini?” Tanya saya kembali.
“Bu saya pernah membunuh, waktu itu saya sedang bermain bersama Kakak dan adik saya di rumah, tamu datang membawa kucing yang sangat imut, bulunya lembut cantik dan kami semua suka dengan kucing tersebut. Karna kita semua suka, maka mama meminta kucing tersebut untuk kami dan tamu mama sangat baik, memberikan kucingnya kepada kami. Namun sore itu saat saya bermain bersama kucing ada rasa gemes hingga kucing tersebut saya cekik, eh ternyata kucingnya mati Bu. Seketika itu saya menangis, antara takut dan sedih kehilangan kucing itu. Mama yang heran melihat saya terus memeluk saya. Saya sebenarnya takut berdosa Bu.” Kata Siska dengan mata yang berkaca-kaca.
“Ya sebenarnya yang kamu lakukan itu salah nak, dan sangat berdosa. Tapi Allah maha mengampuni orang yang bertaubat. Manusia yang melakukan perbuatan dosa besar dan ia mengakui kesalahannya serta bertaubat tidak mengulanginya lagi maka Allah mengampuni dosanya. Seperti cerita seorang pembunuh pada jaman dahulu saat Rasulullah SAW masih hidup, ada seorang pembunuh datang kepada beliau menanyakan perihal yang dilakukannya, ia membunuh 999 orang dan ia ingin bertaubat, ia bertanya kepada Rasulullah SAW apakah Allah akan menerima taubatnya tersebut. Dan Rasulullah SAW menjawab taubatmu akan diterima jika engkau bersungguh-sungguh bertaubat dan tidak mengulanginya lagi maka Allah mengampunkan semua dosa-dosa yang telah kamu perbuat. Lalu si pembunuh itu pulang serta bertaubat sampai ia menangis dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, dan ketika ia solat subuh pada saat terakhir sujudnya si pembunuh itu menghembuskan nafas terakhirnya.” Saya menjelaskannya hingga panjang lebar.
Peserta didik tertegun mendengar penjelasan tersebut. Suasana kelas masih hening.
“Apakah di antara kalian masih ingin meninggalkan solat?” Saya bertanya untuk memastikan mereka apakah mereka mengerti dengan semua yang telah saya sampaikan barusan.
“Tidak bu, saya jadi mengerti mengapa kita harus solat, rasanya ingin mengulangi waktu yang dulu-dulu agar ngk lalai solat” kata Gevira.
“Iya Bu, sayang kalau ngk solat.” Kata Hafizh.
Baiklah anak ibu sekarang ibu mau tanya lagi, apakah kalian percaya bahwa kiamat itu ada.” Tanya saya kembali kepada mereka.
“Percaya bu!” Jawab mereka secara klasikal.
Dengan mantap saya berkata “Baiklah kalau begitu mari kita ambil kesimpulan dari apa yang telah kita dapatkan hari ini.”
“Dari kesimpulan yang kita dapat hari ini adalah, ketika kita mengimani tentang hari kiamat maka kuatlah akidah. Dan selalu berjalan di jalan Allah SWT. Tidak meninggalkan solat, selalu ingat kalau lalai dapat melemahkan kita.” Jawab Akmal.
“Kesimpulannya adalah bahwa di surah An-Naba’ menceritakan tentang hari akhir yang harus diyakini, agar selalu berjalan di jalan yang lurus, jalan Allah SWT yang selalu di ridhonya.” Jawab Desi menambahkan jawaban Akmal.
“Ya benar sekali anak-anak di surah An-Naba’ kita ditunjukkan akan Kebesaran Allah SWT, bahwa kiamat itu benar-benar ada dan kita harus percaya, sebagai bukti kalau kita percaya pada hari akhir tersebut. Perkuatlah ibadah sebab dengan demikian iman kita menjadi kuat dan dengan iman yang kuat kita dapat terbimbing ke jalan Allah SWT yang sangat diridhoi-Nya. Semoga kita semua tetap bersama di jalan Allah SWT. Ammin.” Jelas saya kepada mereka semua sambil menutup kesimpulan dari pembelajaran hari ini.
Saya sangat bersyukur melalui pembelajaran itu saya semakin bersyukur bahwa Allah SWT sayang kepada saya juga kepada peserta didik saya melalui surah An-Naba’ seolah mendapat hidayah untuk terus dan terus berjalan di jalan-Nya. Allah sungguh bijaksana dalam menuntun dan memberi hidayah kepada hambanya.
Itulah pengalaman saya di hari ini semoga apa yang saya tulis menjadi barokah bagi pembaca semua, akhir kata saya ucapkan terimakasih telah berkunjung ke halaman saya. Salam semangat dan salam literasi buat kita semua.
Wassalam
Cakep artikelnya deh, good job.
Terimakasih banyak pak Nana, semangat literasi buat kita semua