Sosok Ibu Deti Penjual Kopi di Bundaran PU Kupang

Bisnis, Terbaru110 Dilihat
Ibu Deti penjual kopi di Bundaran PU Kupang

 

Setiap pilihan itu ada risikonya. Siapa pun tidak menginginkan sesuatu yang terjadi dalam kehidupan keluarganya, terutama soal finansial keluarga. Masalah utama yang kerap kali dialami oleh pasangan rumah tangga adalah ekonomi. Dari masalah ini akan muncul berbagai rentetan persoalan lainnya.

 

Demikian yang dikatakan oleh Ibu Deti (44) tahun asal Bajawa yang bekerja 24 jam untuk membantu ekonomi keluarga di sekitar Bundaran PU Kupang, Minggu (20/3/2022).

 

Setiap sore tepat pukul 05.00 WITA, ia sudah sibuk melayani pesanan kopi dari pengunjung yang berjejeran di sepanjang trotoar Bundara PU Kupang sampai pukul 05.00 dini hari.

 

Apa yang dilakukan oleh ibu Deti adalah demi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarganya. “Memang tugas sebagai istri itu adalah mengurusi anak dan suami. Tetapi itu tidak masalah, jika seorang istri juga mengambil peran untuk membantu ekonomi keluarganya” ujarnya.

 

Kerja sama antara suami dan istri itu perlu diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Karena suami dan istri adalah sahabat seperjuangan dalam hal apa pun.

 

Apakah ibu Deti tidak takut akan hal-hal yang tidak diinginkan selama berjualan di sini? Tentu saja, saya tidak takut. Karena saya selalu memiliki kepercayaan akan penyertaan Pencipta.

 

Selain itu, saya bersama rekan-rekan pedagang kaki lima di sini saling menjaga satu dan lainnya.

 

Mengapa ibu Deti melakukan ini semua? Karena sebagai diaspora atau perantau dari Bajawa, saya harus bekerja keras demi membantu keluarga, terutama membiayi pendidikan anak-anak dan juga membantu orang tua yang berada di Bajawa.

 

Apakah ibu Deti pernah berhadapan dengan sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya ada pelanggan yang setelah memesan minum dan lupa bayar ataukah ada pencopetan?

 

Puji Tuhan, sejauh ini saya belum pernah mengalami peristiwa tersebut. Karena saya selalu yakin dan percaya bahwa ketika saya melibatkan Tuhan dalam karya pelayanan saya, semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja.

 

Lalu, dari hasil penjualan kopi ini, apakah  bisa mencukupi biaya pendidikan anak-anak? Tentu saja cukup. Namun, terkadang juga sebagai penjual kopi itu kan tergantung dari minat pelanggan. Karena setiap pengunjung itu memiliki selera masing-masing.

 

Perkiraan saja, jika dinilai dari angka 1- 10, penghasilan ibu Deti berada di angka berapa? Jujur, ini semua tergantung pada pelanggan. Saya biasanya mendapatkan penghasilan yang luman pas malam Mingguan yang berada di angka 8-9. Karena pada malam Minggu itu biasanya ramai pengunjung.

 

Bagaimana perasaan ibu Deti yang berprofesi sebagai penjual kopi dengan penghasilan yang tidak menentu di masa Pandemi ini?

 

Hal yang pertama adalah saya bersyukur. Karena di tengah Pandemi, usaha saya membantu ekonomi keluarga.

 

Bukan hanya itu saja, saya juga berterima kasih kepada kepercayaan pelanggan yang selama ini setia nongkrong di sekitar bundaran PU ini. Kehadiran mereka membawa berkat bagi keluarga saya.

 

Di akhir bincang-bincang bersama Metasatu, ibu Deti berharap semoga ke depan usahanya semakin maju dan berkembang demi pertumbuhan UMKM.

Ia juga berharap, rekan-rekan penjual kopi di sepanjang Bundaran PU harus kompak dan meningkatkan kolaborasi demi kemajuan ekonomi kreatif Indonesia, terutama di kota Kupang sendiri.

 

 

 

Tinggalkan Balasan