Belajar Pentigraf dari Sang Guru (2) ; Meyakini Fiksi

Terbaru70 Dilihat

Alhamdulillah salah satu pentigrafku lolos kurasi oleh Prof. Tengsoe Tjahjono dalam acara Dies tahun ke 5 KPI (Kampung pentigraf Indonesia). Bertema “Pahlawan Di Sekitarku'” ternyata tidak harus kita beri kata-kata “pahlawan” atau bahkan cerita kepahlawanan yang berurutan apa adanya. Namun pentigraf adalah bentuk pengembangan imajinasi dari realitas. Sehingga muncul karya baru berbentuk fiksi. Hal inilah yang patut dicatat dan dicamkan, karena kita sering bercerita apa adanya tentang pahlawan yaitu seseorang yang berjasa begitu saja.

Satu karyaku lolos memang aku rasakan ada bumbunya konflik dan hiasan ending yang seperti metafora, menggambarkan seorang guru yang sejatinya berjasa merawat taman di sekolah tetapi justru sering diolok dan dicemooh KS, yang terakhir justeru menyesal. Karya ini saya gambarkan dengan adanya pot bunga yang kekeringan dan mulai meranggas, sementara rumputnya tidak teratur tumbuh disekelilingnya. Hal mana itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Ya sebelum Ibu Sri Pensiun. Persis nama dewi Sri penjaga tanaman padi.

Namun kali ini kita bisa belajar dari 2 karya beliau sang Guru Pentigraf. Semua bertema Pahlawan disekitarku….namun praktis tidak ada satu pun kata pahlawan di dalamnya.

Tulisan ini kami kutip dari Kampung Pentigraf Indonesia, memang ditujukan kepada kami peserta penulis antologi.

PENTIGRAF ITU ADALAH KARYA FIKSI

 

Tema “Pahlawan di Sekitarku” yang harus ditulis oleh para pentigrafis banyak menjebak mereka menulis riwayat singkat pahlawan. Komposisi kalimat yang muncul jadinya “Pak Arman adalah ….” Atau “Kamu adalah pahlawanku…” Nah, jika pola kalimat sudah pola definisi seperti itu, kita tak akan bercerita, tetapi mendeskripsikannya. Tuturan jadi sangat deskripstif dan verbal.

Bagaimanapun pentigraf itu adalah karya fiksi, karya rekaan. Seperti yang sudah saya jelaskan berkali-kali, bahan karya fiksi adalah realitas atau pengalaman sehari-hari. Hanya saja realitas atau pengalaman sehari-hari itu sudah diolah menjadi realitas atau pengalaman baru. PENGOLAHAN menjadi REALITAS BARU itulah yang membedakan karya fiksi dan karya nonfiksi.

Tema tentang tukang sampah sebagai pahlawan sangat banyak ditulis dalam proyek kali ini, termasuk tema ayah atau ibu sebagai pehlawan. Hanya saja pentigraf itu sebatas menulis kebaikan mereka sebagai pahlawan. Anasir konflik dan ending yang penuh kejutan tidak dihadirkan. Bahkan, seringkali pahlawan hadir sebagai DEWA PENOLONG, DEUS EX MACHINA, tanpa diolah hubungan kausalitas secara logis.

Berikut ini saya mencoba menulis pentigraf tentang tukang sampah sebagai pahlawan. Tukang sampah kita akui sebagai pahlawan dalam realitas faktualnya, hanya dalam pentigraf realitas faktual itu harus diolah menjadi realitas baru dengan cara menambahi realitas lain atau pikiran-pikiran kritis penulisnya.

Tengsoe Tjahjono

JALAN TOBAT

Sepagi ini gerimis sudah turun. Hawa kotaku yang sudah dingin, semakin dingin terasa. Gigitannya terasa menembus jaket parasit yang aku kenakan. Gerobak tetap aku dorong menelusuri jalan kecil di perumahan. Apa pun yang terjadi sampah-sampah harus terangkut dan bersih. Pekerjaan ini sudah aku jalani selama hampir sepuluh tahun. “Pak, berteduh dulu,” seru Bu Sutri dari teras rumahnya. Aku hanyamengangguk sambil tersenyum. Gerimis bukan penghalang bagiku. Gerobak yang semakin berat pun terus kudorong.

“Apa jadinya kampung ini tanpa Bapak,” begitu sering kudengar. Bagiku yang kukerjakan bukanlah apa-apa. Tugasku memang mengumpulkan sampah, lalu membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang terletak di timur pasar. Tiba di ujung jalan kudapati banyak orang berkerumun. Ternyata ada pencuri menjebol gembok pagar. Sebuah Vario pun raib.

Aku tertegun, nyaris terdiam. Bayangan tiga belas lalu pun melintas. Pagi-pagi begini aku nyaris jadi daging cacah setelah diajar penduduk sebab ketahuan njambret kalung siswi yang mau berangkat ke sekolah. Di kantor polisi aku mengaku sudah menjambret lebih dari 40 kali. Pagi itu pagi sialku. Siswi itu berani menendangku sambil berteriak. Kudorong lagi gerobak sampahku. Aku niatkan ini sebagai jalan tobatku. Biar kubuang sampah di kelam jiwaku.

Malang, 14 Mei 2021

Tengsoe Tjahjono

 

Blitar, 16 Mei 2021

By.hariyanto

Tinggalkan Balasan