Mengubah Hambatan Jadi Peluang Menulis

Terbaru415 Dilihat

Kali ini saya mencoba membuat resume video Ngaji  Literasi edisi ke 4 yang diasuh oleh Much. Khoiri si Blantik Literasi yang juga dikenal  sebagai dosen Unesa pegiat literasi . Judulnya sangat menarik yaitu Mengubah Dalih Menjadi Peluang:

Ada 5 point dalih yang bisa diperdebatkan dan perlu diangkat disini. Dalih ini jika dituruti seperti sebuah pembenaran untuk tidak menulis. Karena obrolan literasi identik dengan kegiatan menulis, maka seorang penulis harus memiliki konsistensi tinggi dalam menulis. Setidaknya punya semangat tinggi untuk menulis setiap hari. Tentu tidak sekedar menulis, tapi menulis dengan penuh kesungguhan.

Inilah dalil yang sering muncul dalam diri setiap orang :

  • Tidak punya BAKAT. Hal ini harus diatasi dengan mindset bahwa semua orang punya bakat. Semua orang bisa menulis. Intinya bakat itu ada pada setiap orang tetapi melatih diri secara baik dan terus menerus akan memberikan hasil baik.
  • TIDAK ADA WAKTU. Sering dikeluhkan waktu tidak ada atau terbatas. Semua orang memiliki waktu yang sama sehari 24 jam. Setiap orang memiliki kesibukan. Maka sebenarnya ketrampilan mengatur waktu itu penting. Misalnya sehari menyisihkan waktu tertentu untuk menulis. Sesibuk apa pun kita komit mengatur waktu untuk menulis. Setiap orang bisa berbeda. Seperti ilmu belajar. Belajar sedikit setiap hari lebih baik dari pada belajar satu malam saja. Artinya kita bisa melatih diri membiasakan diri menulis setiap hari walau pun waktu sedikit. Jika 10 menit saja sehari maka jika dihitung seminggu 7 hari dikali 10 menit menjadi 1 jam lebih 10 menit. Jika dikali sebulan, setahun maka akan menjadi lebih banyak. Maka menulis itu termasuk di dalamnya mengelola waktu.
  • Tehnik Menulis yang sulit. Sesuatu memang sulit pada awalnya. Namun jika kita berlatih dalam menulis sebagai ketrampilan maka pada akhirnya manjadi mahir. Hal ini juga berhubungan dengan NIAT. Jika niat kuat maka ketrampilan menulis menjadi gampang. Kuncinya belajar dan praktek menulis dan menulis. Tulis saja lalu setelah jadi maka tinggal di edit yang salah. Tehnik ini ampuh untuk menulis secara umum, termasuk di dalamnya untuk menulis puisi. Saya pribadi mendapat ilmu ini dari guru di SPG dulu bahwa menulis puisi setelah ditentukan tema dan judul maka tulis saja, munculkan tulisannya dan akhirnya disunting, Diringkas, ditambah atau dikurangi.
  • Kurang fasilitas pendukung. Atau sedikit sekali. Seperti tidak punya latop yang sebenarnya dizaman ini sudah bisa diganti dengan HP. Namun jika tidak ada HP pakai pensil. Artinya banyak jalan menuju roma. Karena kenyataannya di tahun 80-an orang menulis menggunakan mesin ketik. Mesin ketik sebagai barfang mewah, toh sekarang sudah bisa hilang digantikan dengan HP dan Latop. Sebelum itu cukup dengan pensil atau pena. Jadi alasan atau dalil tidak menulis karena kekurangan fasilitas pendukung itu harus dibuang.
  • Kekurangan IDE . Maka jawabannya adalah dengan banyak membaca baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Ada juga faktor pemicu atau pemaksa diri untuk menulis, harus diciptakan. Misalnya semboyan “menulis setiap hari.” Ditulis dan ditempel di pintu atau dimeja di tempat kerja kita dan terpenting …dilaksanakan. Intinya NIAT harus ada dan diperjuangkan dalam praktek. Jadi membaca dan adanya faktor pemaksa bisa memunculkan IDE yang cemerlng untuk ditulis. Untuk memunculkan tulisan harus berlatih seperti Wijaya Kusumah menulis dalam bukunya ,”Tulislah Setiap Hari Buktikan Apa yang Terjadi.” Semboyan menulislah setiap hari harus diperjuangkan, seperti dicontohkan Cak Emcho di video tersebut. Semboyan menulislah setiap hari ditingkatkan menjadi “Write or Die.” Menulis atau Mati. Menulislah sebelum mati. Awali menulis dengan niat kebaikan. Awali dengan bismillah untuk menulis hal baik, insyaallah menjadi berkah

SEMOGA BERMANFAAT.

 

Blitar, 26 Mei 2021

By.hariyanto

Malam gerhana bulan total

Tinggalkan Balasan