SELAMAT DATANG BUKU KUMPULAN PENTIGRAFKU
Oleh. Hariyanto
SALAM LITERASI.
Alhamdulillah, puji syukur berkat Rahmat-Nya 2 buku kumpulan pentigrafku hari ini datang bersamaan di Kota Blitar. Buku ini dikirim oleh Bapak H. Thamrin Dahlan ketua YPTD penggerak literasi , pelopor penerbitan bagi penulis pemula dan senior. Buku istimewa ini bisa diterbitkan secara bersamaan di bulan Desember 2021 ini. Ini adalah rekor di akhir tahun yang tidak pernah terduga sebelumhya. Dari obsesi ingin menulis buku sejak 2020, semula hanya ikutan dalam beberapa “proyek” menulis buku bersama (antologi), setahun kemudian 2021 ternyata sudah bisa menulis buku solo.
Buku solo pertamaku berjudul.”Menggerakkan Literasi Sekolah Mengangkat Martabat Siswa.” (Maret 2021) diterbitkan pertamakalinya oleh YPTD ( Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan,
Buku Solo kedua berjudul ” Kiat Sukses Menulis Buku, Belajar dari Sang Guru,” (terbit September 2021) diterbitkan oleh penerbitan online Guepedia, berisi kumpulan resume hasil pelatihan guru menulis bersama PGRI Om Jay dkk.
Buku Solo ketiga dan keempat adalah kumpulan pentigraf berjudul ,” 100 Pentigraf ; Klaster Bicara,” dan “Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf.” ( terbit Desember 2021) semua diterbitkan oleh YPTD. Kedua buku tersebut terbit bersamaan karena adanya moment KMAA (Karena Menulis Aku Ada) tantangan 40 menulis oleh H. Thamrin Dahlan untuk diterbitkan menjadi buku di YPTD pada September Oktober 2021 lalu. Penulis bersyukur bisa ikut berpartisipasi dalam program itu, dan sangat berterimakasih kepada Bapak H Thamrin Dahlan dan YPTD. yang selalu menggiatkan literasi dengan menerbitkan buku para penulis pemula. Konon lebih dari 80 penulis ikut serta saat itu.
Ada kisah menarik awal menjadi penulis pentigraf. Kisah ini juga termasuk bagian dari isi buku “Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf .” dan berikut kutipannya.
Pertama kali mengenal “pentigraf” ketika ikut bergabung di Gurusiana, sebuah website berkumpulnya para guru penulis se Indonesia pada Juli 2020. Di sana menampilkan banyak karya genre pentigraf. Ada juga yang menulis ‘tatika” cerita tiga kalimat. Maka pentigraf pun enak didengar kepanjangannya cerita pendek tiga paragraf.
Awal menulis pentigraf, ada pripsip asal membuat tiga paragraf walau pun jumlah kata tidak saya batasi. Itulah modal pokok menghibur diri menyenangkan hati agar berhasil menulis. Agar lebih pede.
Semakin hari semakin penasaran, saya mencaritahu informasi pentigraf dari you tube di channel Mediaguru Indonesia.”Belajar Pentigraf Langsung dari Penemunya Tengsoe Tjahjono.” Beberapa kali video itu saya putar untuk mendapatkan pemahaman lengkap.
Seiring waktu saya berusaha menulis, tanpa pedulikan jumlah kata, namun belakangan ketika ada lomba menulis pentigraf ternyata berlaku aturan tidak lebih dari 210 kata. Ini tantangan. Akibatnya, menulis pun menghasilkan kegiatan baru mengedit habis-habisan agar tidak lebih 210 kata. Sebenarnya disertai tanda tanya mengapa ? Belakangan saya ketahui jawaban dari Prof. Tengsoe Tjahjono, bahwa jumlah itu untuk menyesuaikan dengan halaman di buku, agar pas satu halaman. Ternyata setelah jadi buku.” Betul juga.”
Menceritakan apa adanya. Bercerita seperti kejadian nyatanya. Ya…itulah kenyataan yang penulis dapatkan. Padahal pentigraf itu adalah karya fiksi. Karya tidak nyata. Bisa jadi sumbernya adalah kejadian, namun sudah dibumbui kisah. Sehingga ada unsur imajinasi dan alur, ada tokoh ada konflik ada penyelesaian, ada twist. Bagi saya twist itu saya artikan ending atau ada di bagian paragraf ke tiga berupa kisah tidak terduga. Sifatnya menghentak dan membuat pembaca terhenyak.
Tetapi karena pentigraf adalah karya sastra, maka tehnik penulisan pun harus memenuhi unsur logika. Tidak boleh menuliskan pentigraf dengan kemauan sendiri bahkan tidak jelas asal usulnya satu kejadian. Setiap kisah mesti ada dalam koridor logika sebab akibat dan kewajaran kisahnya. Misalnya ketika dalam satu ruangan tiba-tiba bajunya basah terkena air kopi, padahal tidak ada segelas kopi pun disana. Asal-usul kopi pun tidak pernah dijelaskan dengan baik. Ini yang belum sesuai kaidahnya.
Pada saat ini penulis sedang mempersiapkan buku tentang pentigraf. Hasil kumpulan karya pentigrafnya yang tersebar di website media guru , di blog pribadi dan di website YPTD. Buku itu berjudul ,”100 Pentigraf Klaster Bicara.” Bulan September Oktober 2021 inilah telah memberikan kesempatan menulis 2 buku ber ISBN. Buku .” Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf, “ adalah hasil tulisan selama 40 hari di website YPTD. ( Saat ini Desember 2021 sudah terbit bukunya. pen)
Berikut ini juga saya kutipkan salah satu pentigraf di buku, “Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf.” yang termasuk istimewa berjudul “PELARIAN..” Mengapa istimewa ? Ya karena pentigrafg ini termasuk salah satu karya terpilih dan lolos kurasi oleh Dr. Tengsoe Tjahjono penggagas Pentigraf dan founder Kampung Pentigraf Indonesia. Pentigraf ini dimuat juga di buku proyek penulis KPI edisi Desember 2021 berjudul ” Sekian Jalan Menuju Pasar” kumpulan pentigraf bertema bebas.
Berikut kutipannya:
PELARIAN
Seminggu lalu mereka ikut memulasara jenazah warga kampung yang kemudian diketahui jenazah terpapar virus Covid 19. Kejadian selanjutnya Parto, Parmin dan Paijo harus ditracing. Contact tracing atau pelacakan kontak erat pasien COVID-19 adalah bagian dari 3T (testing, tracing, treatment). Ketiganya dinyatakan positip. Ketiganya di opname ke Rumah Sakit khusus.
Sudah lebih seminggu setelahnya terjadi simpangsiur kabar tentang mereka bertiga. Mereka tidak boleh dijenguk. Bahkan kabar terakhir mereka kritis. Parto menjadi heran mendapati sahabatnya Parmin dan Paijo dalam keadaan segar bugar. Mungkin salah lihat, tetapi ketika diusap matanya memang dihadapannya adalah sahabatnya. Tersenyum dan menyapanya seperti biasa, berpesan tidak bisa mengajak Parto , lantaran Parto dibilang belum ikhlas hatinya.
Parto terhenyak seketika. Disibaknya selimut, bergegas dia bangkit dari tempat tidur. Tekadnya telah bulat, melarikan diri sebisa mungkin dari kegelapan malam itu. Dia menghindari mimpi buruk selanjutnya. Pagi-pagi Rumah Sakit geger, seorang petugas cleaning service menemukan satu kamar pasien kosong. Petugas juga menemukan banyak butir pil dan obat di balik kasurnya. Sementara di kampung jenazah Parmin dan Paijo dikebumikan hari itu dengan protokol kesehatan.
*) Pentigraf ini juga dimuat di Buku Antologi Pentigraf “Sekian Jalan Menuju Pasar” KPI, 2021
Demikianlah tulisan kali ini yang mengambil tema 9 nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya tulisan ini juga berusaha menyampaikan pesan akan pentingnya suatu kerja keras untuk mencapai sesuatu. Semoga menginspirasi. Aamiin.
Note: Terimakasih kepada semua sahabat yang ikut membantu suksesnya penulisan buku ini, bagi sahabat yang berminat pesan buku ini bisa order dulu di WA : 089518958898. Ditawarkan paket murah 100 ribu untuk 2 buku tersebut. Belum termasuk ongkos kirim.
SALAM LITERASI
Blitar, 16 Desember 2021
Hariyanto
# Terimakasih Pak H. Thamrin Dahlan dan Tim YPTD, majulah literasi dalam negeri majulah bangsa Indonesia.