Rasa yang hadir dalam hidup akan menjadi sebuah kenangan yang akan cepat berlalu. Rasa sedih terkadang mengundang air mata untuk meleburnya. Rasa sesak di dada juga ikut andil dalam berempati.
Mata yang tampak memerah, sesegukan yang terdengar. Seolah-olah rasa sedih itu telah mengambil separuh kebahagiaan yang ada.
Begitupun dengan rasa bahagia, hadir dengan tiba-tiba sehingga membuat senyum dengan sumringahnya. Tawa yang tampak dan yang terdengar jiga ikut membawa pengaruh terhadap sekitar.
Tidak ada yang bisa mengendalikan rasa yang hadir. Ketetapan yang pasti telah ada aturan dariNya.
Disaat ingin membuang rasa sedih itu jauh-jauh, yang terjadi hanyalah kesia-siaan. Malahan semakin ingin membuangnya, semakin besar rasa sedih itu menghantui.
Rasa bahagia juga tidak mau kalah dengan rasa sedih. Ingin mempertahankan rasa bahagia supaya abadi dan tidak boleh pergi. Namun kesia-siaan juga hadir.
Jadi, sebesar apapun rasa yang hadir dalam perjalanan hidup ini, dengan menerima disertai rasa syukur itu akan lebih baik. Dari pada mencoba sesuatu tetapi hasilnya sia-sia.
Rasa yang hadir dalam hidup akan selalu memberikan dampak positif dan negatif kepada seseorang.
Jangan pernah menolak rasa yang hadir, karena disaat satu rasa yang kita anggap baik untuk diri kita ternyata kata Allah itu tidak baik. Begitupun sebaliknya, disaat rasa yang hadir adalah rasa yang tidak baik, ternyata itulah yang terbaik untuk kita.
Alangkah baiknya, disaat rasa itu hadir kita sebagai seorang hamba menerima dengan penuh cinta dan sabar. Supaya apa yang diinginkan Allah tercapai, dan apa yang kita inginkan juga disukaiNya.