Roberto Mancini, pelatih Italia (Foto Getty Images)
Roberto Mancini adalah sosok yang saat ini menjadi sorotan media bukan saja di Eropa tetapi juga media di seluruh Dunia terutama di komunitas sepakbola.
BACA JUGA : “Gli Azzurri” Memang Layak Juara Euro, karena “Perjudian” Gareth Southgate
Sebenarnya Mancini bukan orang asing dalam kancah sepakbola Inggris. Dia pernah menjadi Manajer Manchester City dan membawa klub ini Juara Premier League.
Jadi wajar jika Mancini sangat mengenal sekali karakter sepakbola Inggris. Maka wajar pula dia mampu menundukkan Wembley untuk meraih trofi Euro 2020.
Ketika Mancini mengasuh skuad City, persaingan di Liga Inggris musim 2011-2012 berlangsung sangat ketat.
Gelar juara Premier League harus ditentukan hingga laga terakhir. Musim itu Manchester City bersaing dengan Manchester United untuk menentukan gelar.
Ada momen yang sangat mengesankan bagi Mancini saat itu. Ketika City harus bersusah payah mengejar ketertinggalan 1-2, saat melawan Queens Park Ranger di Etihad Stadion dalam laga terakhirnya.
Hanya kemenangan yang bisa membuat The Citizen meraih juara Premier League. Edin Dzeko berhasil menyamakan kedudukan pada menit 90+2.
Sundulannya dari jarak yang sangat dekat mengarah ke tengah gawang. Assist oleh David Silva dengan umpan silang melanjutkan tendangan sudut.
Kemudian kejadian dramatis itu berlangsung disisa waktu tambahan 90 + 4 Aguero mencetak gol kemenangan. Tembakannya dengan kaki kanan dari bagian tengah kotak 16 ke sudut kanan bawah meneruskan assist Mario Balotelli.
Akhirnya seorang Sergio Aguero menjadi pahlawan The Citizen untuk merengkuh trofi pertama mereka di Liga Inggris.
Di laga lain di markas Sunderland, Manchester United yang juga memiliki peluang juara sudah menang 1-0 dan siap berpesta pora. Namun, gol Aguero membuyarkan harapan mereka.
Momen tersebut pasti masih tertanam dalam dalam kenangan Mancini. Untuk itu pula dirinya sangat akrab dengan seluk beluk sepakbola Inggris.
Hal itu yang membuat rasa percaya diri dan keyakinan dengan kemampuan tim asuhannya mampu meraih prestasi di Wembley. Itu sudah dia buktikan dengan gelar Euro 2020.
Sejauh ini, Mancini sudah berhasil menjadikan tim Gli Azzurri Italia sangat fenomenal. Usai menang di final 3-2 atas Inggris dalam drama adu penalti yang mencekam maka trofi Euro berhasil digenggam.
Trofi yang sudah lama sekali tidak pulang ke Italia yaitu sejak kejuaraan Euro tahun 1968 dimana saat itu Italia sebagai juaranya.
Kemenangan atas Inggris di Stadion Wembley pada Senin (12/7/21) dini hari WIB, menjadikan tim asuhannya mencatat rekor luar biasa dari 34 pertandingan tidak terkalahkan untuk tim yang gagal lolos ke Piala Dunia 2018 ketika Roberto Mancini mengambil alih skuad ini.
Italia adalah tim keempat yang memenangkan beberapa gelar Euro (2 gelar) setelah Jerman (3 gelar), Spanyol (3 gelar) dan Prancis (2 gelar). Kesenjangan 53 tahun antara gelar mereka adalah yang terpanjang dalam sejarah Euro.
Ada kesan mendalam mengenai sosok pelatih fenomenal ini bagi Giorgio Chiellini.
“Ketika dia memberi tahu kami di awal untuk berpikir tentang memenangkan Euro, kami pikir dia gila, namun kami berada di ambang dan hanya satu sentimeter dari trofi.” Kata Chiellini kepada RAI Sport (9/7/21).
Bagi skuad Azzurri ini adalah mimpi yang mereka tanamkan dalam benak mereka selama tiga tahun dari pelatih mereka, Roberto Mancini. Menanamkannya dengan teguh sampai akhirnya menjadi kenyataan,
Sosok Mancini adalah sosok yang rendah hati. Lihatlah ketika menang adalam drama penalty atas tuan rumah Inggris, dia hanya mengatakan bahwa itu hanya keberuntungan.
“Sebuah tim harus punya sedikit keberuntungan dalam penalti. Saya minta maaf untuk Inggris karena mereka juga menjalani turnamen yang luar biasa.
“Italia berkembang pesat dan saya pikir kami bisa terus berkembang. Saya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan para pemain,” ucap Mancini seperti dilansir UEFA.com (12/7/21).
Faktanya terlepas dari kemenangan lewat adu penalti, skuad asuhan Mancini harus diakui telah tampil luar biasa sepanjang turnamen ini.
Dalam final malam itu, mereka mampu dengan baik mengatasi tekanan karena kebobolan di awal laga. Gol Luke Shaw hanya dua menit ketika laga berlangsung seperti sebuah sengatan listrik yang mengejutkan.
Tim ini memiliki karakter pantang menyerah. Azzurri tidak pernah kehilangan fokus dan keberanian. Dengan rasa percaya diri akhirnya mereka menyamakan kedudukan melalui Leonardo Bonucci. Mereka mengambil kendali permainan sepanjang laga.
Momen kebangkitan Italia itu berawal dari tendangan sudut Domenico Berardi yang menyebabkan kepanikan di area penalty.
Meskipun saat itu Jordan Pickford berhasil mendorong bola hasil sundulan Marco Verratti ke tiang, namun Bonucci ada di sana untuk mendorong bola itu masuk.
Inilah titik balik permainan Italia semakin mendominasi sepanjang laga hingga 90 menit. Bahkan Italia tetap mendominasi sampai perpanjangan waktu usai dan laga berakhir 120 menit.
Dari catatan dari situs resmi Euro 2020, UEFA.com (12/7/21), Italia menguasai bola sebesar 61 persen. Mereka memiliki 20 peluang tembakan, sebanyak 6 tembakan on target, 9 tembakan off target dan 5 tembakan berhasil di blok.
Dominasi yang memberikan gambaran agresivitas tim Biru. Hal yang selama ini sangat jarang dilakukan oleh tim Italia yang fanatic menerapkan sepakbola bertahan.
Usai meraih trofi Euro 2020, sejumlah agenda Gli Azzurri sudah menunggu. Italia bisa mengakhiri tahun 2021 dengan dua trofi karena mereka juga lolos ke fase semifinal UEFA Nation League pada Oktober nanti di kandang sendiri.
Mereka menghadapi Spanyol di semi-final pada 7 Oktober 2021. Sementara laga semifinal lainnya adalah Belgia lawan Prancis.
Roberto Mancini akan melanjutkan petualangannya bersama Gli Azzurri menghadapi tantangan-tantangan di depan. Mampukah rekor tak terkalahakan skuadnya bisa dipertahankan?
Salam bola @hensa