Ilustrasi Foto Cover Buku by Ajinatha 

“Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepadaNya dengan penuh ketekunan” (QS Al-Anfal 45).

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan mendengar sekaligus melihat. PendengaranNya dan penglihatanNya tidaklah terhalangi oleh jarak yang jauh maupun kegelapan.

BACA JUGA : Assalaamu’alaikum Ya IZRAIL

Dia melihat dan mendengar tidak menyerupai sifat mahluk sebagaimana DzatNya tiada menyerupai Dzat mahluk.

Tiada satupun perkara yang tanpa perhatian dan penglihatanNya. Allah Maha Mengetahui apa-apa yang di langit dan di bumi dan di antara keduanya.

Allah Maha Bicara yang dengan sifat tersebut memberi perintah kepada kita. Berjanji dan memberi peringatan dengan kalamNya yang azali dan terdahulu.

Dia berdiri sendiri dan KalamNya pun tidak menyerupai kalam mahluk sebagaimana DzatNya yang tidak menyamai dzat mahluk.

Allah Maha Esa, tidak ada satupun dzat yang menyerupaiNya. Tidak ada pula sekutu bagiNya. Hanya Dia yang Maha Berkuasa atas segala PerintaNya dengan KalamNya.

Demikian pula KalamNya tidak bersuara di udara. BicaraNya tidak dengan huruf yang dapat terputus ketika lisan dan bibir terkatup.

Sesungguhnya Al-Quran, Taurat, Injil dan Zabur adalah kitab-kitabNya yang diturunkan kepada RasulNya.

Al-Quran dibaca dengan lisan ditulis dalam lembaran dan dihafal dalam hati. Kitab tersebut bersifat dahulu, kekal dan tegak dengan Dzat Allah tidak menerima pemisahan dan pemecahan ketika berpindah kedalam hati dan kertas.

Kalaulah Nabi Musa a.s. pernah mendengar Kalam Allah maka hal itu tidaklah dengan suara dan huruf. Sebagaimana kelak Allah dapat dilihat oleh hambaNya tanpa materi, bentuk, warna dan anatomi.

Bila Allah memiliki sifat-sifat di atas maka Allah adalah Maha Hidup dengan Sifat Hidup, Maha Tahu melalui sifat Ilmu, Maha Kuasa dengan sifat Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar dengan sifat Dengar,

Maha Melihat dengan sifat Penglihatan, Maha Bicara dengan sifat Kalam.

Sesungguhnya tiada wujud selain Dia. Allah lah Pencipta mahluk dengan Af’al-Nya. Mencurah dari keadilanNya. Segenap mahluk diciptakanNya dalam bentuk yang lebih sempurna dan proporsional.

Dia Maha Bijaksana dalam segala perbuatanNya dan Maha Adil dalam segala ketentuanNya. KeadilanNya tidak dapat dianalogikan dengan keadilan manusia.

Allah tidak pernah berbuat zalim pada milik hambaNya. Allah menciptakan mahluk semata karena keutamaanNya bukan suatu keharusan.

Memberi anugerah  melalui nikmat dan kebaikan bukan karena kewajiban. BagiNya adalah Keutamaan, Kebajikan, Nikmat dan Anugerah.

Sesungguhnya Allah menciptakan para malaikat dan mengutus para nabi serta mengokohkan mereka dengan serangkaian mukjizat. Para malaikat itu  adalah hambaNya yang tidak pernah sombong dan mengenal letih dalam menyembahNya.

Mereka bertasbih kepada Allah sepanjang siang dan malam dan bersimpuh kepadaNya tanpa lelah. Sedangkan para Nabi adalah utusanNya bagi segenap mahluk penerima wahyuNya melalui malaikat dan sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu Allah bagi hambaNya.

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (QS Al-Hasyr 7).

Referensi : Al-Ghazali, Teosofia Al-Quran

@hensa

Tinggalkan Balasan

1 komentar