Tanggal 22 – 2 – 2000 merupakan tanggal yang paling indah dalam hidup saya. Dimana pada tanggal ini telah lahir seorang bayi perempuan mungil dan imut. Tepatnya pukul 03.10 lahir bersamaan dengan bulan purnama ditaburi tetesan embun membasahi dedaunan. Bayi ini merupakan anak pertama kami dan yang paling kami tunggu-tunggu.
Kami pun memberi namanya sesuai keadaan ketika lahir. Sebuah nama yang mungkin asing bagi sebagian orang. Kami beri nama Cahya Embun Saka Wulan. Nama ini memiliki makna tersendiri yaitu sebuah cahaya yang dipancarakan dari embun oleh sinar rembulan.
Ini berarti suatu saat nanti akan memberikan sinar dimanapun dia berada. Waktu pun cepat berlalu kini gadis kecilku sudah mengijak usia 21 tahun. Bahkan sudah melajutkan pendidikannya pada Perguruan Tinggi Swasta yaitu ST Telkom Purwokerto memasuki semester 6.
Diusianya yang kini sudah mulai merambah dunia remaja. Baru mau mengawali kehidupan nyata. Mulai dari awal memasuki dunia perguruan Tinggi sudah kami ajarkan bagaimana cara membagi waktu. Kami mulai mengenalkan nya untuk merambah pada dunia bisnis.
Kebetulan saat ini sedang pembelajaran secara online. Setelah pembelajaran online kami ajarkan dia untuk membatu pada usaha kecil yang kami kelola. Setiap ada pesanan dari pelanggan langsung gadis kecilku berangkat mengantarnya dengan menggunakan sihitam kesukaannya.
Selain itu kami pun mulai mengenalkan dunia manajemen pada nya. Kenapa kami harus menanamkan kedisipiknan diri pada gadis kecilku. Ini merupakan tantangan bagi kita semua bahwa ke depan tantangan bagi generasi muda begitu sulit. Maka kita harus mempersiapkan anak-anak kita untuk siap menghadapinya. Disamping itu kami mempunyai target bahwa anak pertama harus menjadi orang sukses dalam segala hal baik urusan habluminallah maupun urusan habluminannas.
Ketika anak pertama kita sukses makan, ini akan memberikan contoh pada saudara-saudaranya kemudian. Ibarat kata sebuah pohon anak pertama adalah akarnya. Maka akar harus tumbuh dan berkembang kembali lagi menjadi pujuk hijau. Selain mengenalkan kedisiplinan waktu, belajar berbisnis kami pun harus tahu perkembangan anak remaja.
Posisi kami selaku orang tua apalagi sebagai seorang ibu harus bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya ketika beranjak remaja hingga dewasa. Kami berpedoman pada landasan keterbukaan sekecil apa pun yang kita jalani dan hadapi harus terbuka. Terutama diusianya sekarang gadis kecilku sudah mulai mengenal yang namanya lawan jenis.
Dititik inilah kita harus bisa memberi pengertian mengenai teman boleh tapi harus lihat dulu apakan orangnya berniat baik atau tidak. Kalau seorang teman laki-laki berniat baik mungkin akan langsung ke rumah bukan sekedar ngajak main jalan-jalan dan lain sebagainya. Dan alhmadulillah gadis kecilku mau memahami ini. Terkadang gadis kecilku bercerita tentang seorang laki-laki yang menyukainya kami pun terutama saya sebagai ibunya harus bisa menaggapi sebagaimana seorang sahabat.
Tidak hanya itu dia pun kadang bercerita tentang sahabatnya di Kampus dan lain-lain. Disnilah kita harus bisa memposisikan diri baik sebagai seorang ibu dan juga harus menjadi seorang sahabat bagi mereka.
“Seuntai Kalimat Indah :“Seorang Ibu Memiliki Banyak Peran Tidak Hanya Sebagai Seorang Ibu Saja Namun Bisa Berperan Sebagai Seorang Sahabat Bahkan Bisa Mencapai Pada Titik Powerful Woman“.
MasyaAllah. Tulisan yang sangat menyentuh Bu. Bagi orangtua anak meskipun sudah dewasa masih tetap merasa anaknya it masih kecil,… hehehe
Salam Literasi, sy juga baru mulai menulis Bu. semoga bisa berbagi ilmu Bu,,,, heheheh
Terima kasih Bunda. Jasa seorang ibu tidak ada yang bisa menggatikannya bahkan sampai akhir hayatnya masih memikirkan anak-anaknya. Semangat para ibu, para calon ibu engkaulah pahlawan sesungguhnya di dunia. Salam literasi juga kita sama-sama belajar.