Kau Yang Ku Rindukan

Dua Puluh Empat

Kau Yang Ku Rindukan

Dua tahun sudah waktu cepat berlalu. Kebahagian, kehangatan dan keceriaan yang sudah kita jalani bersama. Tiba-tiba dada ini terasa sesak mengenang kehadiranmu. Kerinduan ini seakan ingin memecahkan seisi rumah. Ku coba mengungkapkan semua kerinduan ini melalui tulisan ini.

Pada tahun 1999 saya mulai hijrah ke desa Wangon demi menunaikan tugas saya sebagai seorang istri. Awalnya saya memasuki keluarga ini terasa asing. Karena harus memasuki keluarga baru dengan kehidupan yang baru. Keluarga suami saya merupakan keluarga inti tendiri dari seorang bapak, ibu dan dua anak. Kehidupan keseharian dari keluarga suami saya sederhana dan pekerja keras.

Ketika memasuki keluarga suami saya awalnya asing namun lambat laun mulai terasa ada kehangatan diantara kami semua. Di sini saya memiliki seorang ibu yang luar biasa menyayangi saya. Meski ibu tidak melahirkan saya akan tetapi dia menyayangi diri ini melebihi dari anaknya sendiri. Tidak hanya ibu, bapak pun sangat luar biasa menyayangi saya. Meskipun perangainya galak akan tetapi rasa penyayang, perhatian dan penolong sangat melekat pada dirinya.

Bapak dari suami saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dia bekerja di Puskesman Wangon khususnya pada bagian obat. Setiap hari bangun pukul 3.3o dan bersiap-siap menuju mesjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Sebelum melaksanakan sholat subuh dia selalu membersikan mesjid meskipun posisinya bukan sebagai marbut.

Sudah sejak dari dulu bapak mertua senang untuk bersih-bersih di mesjid. Setelah semua bersih bari bapak mertua pulang ke rumah. Bapak mertua saya memiliki sifat disiplin diri yang tinggi. Maka tak salah jika di tempat kerjanya banyak yang mengagumi dan menyayanginya. Tak bosan-bosannya bapak mertua menasihati saya. Jika saya jadi Pegawai Negeri Sipil maka harus selalu bersikap disiplin.

Suatu saat tempatnya pada tanggal 24 Aprli 2004 saya diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil. Saya langsung menyampaikan kepada bapak mertuan. Seketika dia langsung bersujud kepada Allah SWT. Meskipun dia hanya sekedar bapak mertua akan tetapi kasih sayang yang diberikan sungguh luar biasa.  Akan tetapi Allah SWT lebih menyayangi bapak mertua. Tepat pada tanggal 10 Oktober 2006 bapak mertua dipanggil oleh sang Maha Kuasa.

Selain bapak mertua yang sangat penyayang, Saya telah diberi seogang ibu memiliki kepribadian yang sama persis dengan ibu saya sendiri. Ibu mertua selain orangnya baik hati dia juga seorang yang pekerja keras. Berkat kerja keras ibu dan bapak hingga bisa membawa anaknya menjadi sarjana. Ibu mertua merupakan seorang penjahit yang multi talenta dan cerdas. Hasil jahitan ibu sudah sangat terkenal dimana-mana.

Bahkan sudah melaksanakan kerja sama dengan koperasi Patra Cilacap. Semua produk yang ibu mertua buat begitu rapi, cantik dan dibadan selalu pas. Eh! hampir lupa tak lupa yang paling menyayangi saya yaitu kakak ipar meski bukan kakak kandung namun dia begitu menyayangi saya.  Selama beberapa tahun lamanya kehidupan kami bahagia. Tawa canda terasa hangat diantara kami semua. Suatu ketika rumah tangga saya hampir terhempas badai ibu dan kakak tercinta selalu mendampingi saya disetiap langkah yang akan saya tempuh.

Hingga perjuangan mempertahankan rumah tangga tercapai. Meski tanpa bapak mertua kami masih memiliki senyum bahagia. Beberpa tahun telah berlalu hingga suatu hari tepatnya pada bulan Juli 2020 wabah virus corona melanda Indonesia. Keluarga kakak ipar saya pun terkena wabah ini. Mereka semua diisolasi mandiri. Kami hanya bisa berkomunikasi dari jarak jauh. Tepat pada pertengahan bulan Juli kakak ipar tidak kuat lagi dengan wabah virus corona yang dia idap.

Kakak ipar harus pergi meninggalkan kami semua. Serasa tersambar petir batin ini. Kakak yang kami cintai harus pergi meninggalkan kami semua. Dalam kondisi yang sama saya dan suami diisolasi mandiri. Akan tetapi karena yang meninggal kakak ipar sendiri suami tanpa pikir panjang harus mengurus segala pemakamannya. Saya hanya bisa menangis di ruang hampa meratapi kepergian kakak ipar tercinta.

Setelah selesai isolasi mandiri saya beserta suami kembali pulih seperti semula. Yang kami temui pertama kali adalah ibu. Sambil merangkul kami ibu menangis terisak-isak teringan akan kakak kami tercinta. Waktu cepat berlalu tak terasa kepergian kakan sudah berjalan tiga bulan. Tiba-tiba ibu mertua jatuh sakit. Tidak tanggung-tanggu penyakitnya membuat kami tercengang.

Menurut diagnosa dokter ibu mertua terkena kangker tulang. Kelangsungan hidupnya tidak dapat diprediksi. Kemungkina lima puluh persen bisa hidup hanya tinggal nunggu mukjijat. Rasa duka belum lama kami rasakan kini tinggal ibu mertua yang kami cintai harus kembali menemui sang Ilahirabbi. Penyakit sudah menggerogotinya. Sambil mengucapkan kara,”Aku wis cape(saya sudah cape)”. Ibu mertua akhirnya pergi meninggalkan kami semua.

Ujian yang kami terima alhambulillah begitu besar. Dalam satu tahun kami harus merelakan kepergiannya. Hanya do’a yang bisa kami panjatkan. Bapak, ibu, kakak surga bersama kalian semua. I MISS YOU ALL SO MUCH

Tinggalkan Balasan

2 komentar