Desa ku adalah gudang nya bunga. Hampir sebagian besar penduduk desa ku adalah petani bunga. Bunga yang di tanam dan dipanen akan di sebarkan ke seluruh Indonesia. Sebagai dekorasi ruangan, dekorasi pernikahan atau dekorasi event event apapun itu.
Tanah disini amat subur untuk menanam bunga. Hanya saja, kelemahan nya, air di desa ku menjadi kuning.
Setiap rumah di desa ku pasti punya kulah atau kolam kecil di depan, dalam atau belakang rumah. Di gunakan untuk mandi, mencuci dan menyiram bunga. Hanya saja tidak bisa digunakan buat minum.
Iya, air disini tak bisa di buat minum. Dulu, waktu awal aku dan papa juga mama ku tinggal disini. Bingung, kenapa air nya begitu cepat berubah menjadi kuning.
Air yang kuning membuat kulit lengket. Kuku dan gigi ikut berubah warna menjadi agak kekuningan. Baju baju kami ikut berubah warna juga.
Melihat hal ini, akhirnya papa ku membawa sedikit air yang diambil dari dalam sumur depan rumahku. Untuk di jadikan sample. Lalu di bawanya ke laboratorium IPB Depok. Untuk di cek, ada kandungan apa dalam air ini. Ketika air diangkat dari sumur, bening sekali. Tapi, ketika beberapa menit saja, langsung berubah warna menjadi kuning.
Setelah analisis air di Laboratorium IPB Depok. Papa sampaikan padaku, ternyata kadar air mengandung belerang dan zat besi. Kadar zat besi sangat tinggi. Ini yang menyebabkan air berubah warna dan berbau.
Warga sekitar sudah terbiasa dengan air ini. Tetap tidak bisa dipakai minum, hanya untuk mandi, mencuci dan apapun itu kecuali masak dan minum.
Oleh warga, dasar kolam diberi pasir, arang hitam kemudian sabut kelapa dan di tahan oleh batu. Hal ini di yakini oleh mereka bisa memutihkan air.
Papa adalah seorang yang ilmuwan. Beliau tak pernah menyerah bagaimana caranya membuat air yang mengandung zat besi ini bisa menjadi bening.
Awal, papa mencoba menggunakan tawas dan kaforit. Tawas di gunakan untuk menjernihkan, dan kaforit digunakan untuk menghilangkan bau besi.
Tentunya membutuhkan proses yang tidak sebentar dan harus siap capek ketika ingin mendapatkan air yang bening.
Menggunakan tawas dan kaforit tidak bertahan lama. Papa mengganti obat untuk penjernih air dengan PAC. Beli nya hanya ada di toko bangunan.
Papa membuat 2 tampungan bak besar dengan ukuran bak 2 m x 2 m. Bak pertama di gunakan untuk mengisi air dari dalam sumur. Kemudian, ditunggu kurang lebih sampai 5 jam. Air biarkan menguning dan mengental. Kemudian, berilah PAC sebanyak 2 sendok saja. Tidak. Boleh lebih. Jika Sudah bening, baru air di pindahkan ke bak kedua. Baru kemudian air bisa di gunakan untuk mandi dan mencuci. Tapi tetap tidak bisa digunakan untuk minum.
Jika air bening sudah dipindahkan, tertinggallah ampasnya. Amat sangat kuning. Harus segera dibuang, karena ampas itu PAC yang mengikat zat besi dan belerang. Sehingga merubah air kuning menjadi bening.
Aneh tapi nyata,
Beginilah adanya…
Rutinitas ku mendapat air bening tidaklah mudah. Tak apalah…yang penting, kuku, gigi dan baju kami tidak kuning.
Cianjur,
25 Juli 2022
~ Raaina darwis ~