“Nak, kamu sudah tau Om Bambang meninggal?” sms papa siang ini mengagetkan ku. “innalillahi wa inna ilaihi rojiun, kapan pa? om bambang sakit” Jawabku. Tak lama papa menelpon ku. Menjelaskan tentang wafatnya Om Bambang.
Om Bambang adalah adik sepupu papa di Palangkaraya. Beliau adalah pamanku, baik hati dan sangat penyayang. Aku sempat tinggal di rumah beliau beberapa bulan. Memiliki istri sekaligus ibu dari 2 orang putra, yang super sibuk, karena beliau bekerja sebagai pegawai negeri di dinas transmigrasi provinsi kalimantan tengah.
Rasa sedih menyelimuti ku, tak kusangka secepat itu Allah ambil beliau..terlintas bagaimana kebaikan beliau selama ini padaku dan anak anakku..Ya Allah…
Semoga beliau husnul khotimah dan Jannah sebagai tempat terindah yang Allah beri untuk beliau…beliau adalah orang baik… Aminn..
Tak biasanya papa, sudah beberapa hari ini terus menelpon ku. Hanya sekedar bertanya keadaan ku dan pembicaraan kami selalu di akhiri pertanyaan “nak, kapan kamu pulang“.
Selalu aku jawab, “ Iya pa, jika intan punya rejeki, pasti pulang”
Aku sudah hampir setahun ini tinggal di kota Krian, Sidoarjo. Aku diminta mengajar privat salah satu putra petinggi kota Sidoarjo.
Aku tinggal bersama Annora dan Sakti, dua anakku. Kami tinggal di kost, 1 kamar saja. Karena pikir ku, jika harus mengontrak, tak kan sanggup aku membayarnya.
Tanggal 11 Maret 2018, papa terus menelpon ku. Tak henti meminta ku untuk pulang. Aku tak paham maksud papa apa. Kenapa terus terusan menyuruhku pulang. Sesekali ku abaikan telponnya.
Kejadian ini terus berlanjut sampai di akhir hari kamis, 15 Maret 2018.
Sejak pagi, hingga siang, ada 41 kali papa menelponku.
Aku benar benar kewalahan dengan sikap papa hari itu. “lagi apa nak?”, “pa, baru ajah 10 menit papa telpon, dan tanya intan lagi apa, papa kenapa sih?” Jawabku agak kesal sore itu, ditambah aku baru saja selesai mengajar. Murid les ku sore ini agak lumayan menggoda. “ngga nak, papa cuma ingin kamu pulang“kata papa lembut. ” Pa, do’ain intan ada rejekinya, InsyaAllah intan segera pulang, pa, udah dulu yah sebentar lagi maghrib. Intan mau siapin buka puasa dulu” Lanjut ku. “iya nak, segera pulang yah” Ucap papa terakhir..
Iya terakhir kali nya😣
Setelah sholat maghrib, kebiasaanku jika malam jumat selalu baca Yasin dan beberapa surat yang lain.
18.45 wib, ku lihat HP ku berdiring lagi. “huft,, papa, telpon lagi telpon lagi, paling juga suruh pulang“ucapku dalam hati. Sengaja telpon itu tak ku angkat. Ku lihat beberapa kali papa menelpon ku…ku biarkan saja HP ku berdering..Lalu,,,akhirnya berhenti.
Kemudian ku lanjutkan lagi mengaji ku, sambil menunggu azan isya yang hanya beberapa menit lagi.
Tiba tiba aku mendengar suara tabung LPG ku berbunyi, aku terkejut. Suara gas yang keluar dari tabung nya amat keras.
Aku segera melepas mukenah ku. Lalu beranjak memperbaiki regulator nya, tapi masih terus berbunyi dan gas nya makin kencang keluar.
Karena panik, akhirnya aku lepas regulator nya dari tabung. Dan pintu kamar kost, aku buka. Tak lama azan isya menggema.
Entah kenapa perasaan ku tiba tiba tak enak. Papa yang seharian ini terus menelpon ku dan hanya sekedar bertanya kapan pulang. Dan barusan, tiba tiba tabung LPG ku mengeluarkan gas nya amat sangat keras.
Ya Allah..semoga tidak ada apa apa.
Malam itu juga, sakti dan annora, kedua anakku itu sama sekali tidak mau tidur. Biasanya jam delapan malam sudah pada tidur. Ini sudah hampir jam setengah sebelas, belum ada yang tidur. Ku biar kan saja mereka asyik bercanda.
Entah perasaan ku makin tak karuan. Aku tak henti beristighfar. Tepat jam setengah sebelas, HP ku berdering lagi. Kulihat panggilannya “Papa”. Ku biarkan saja HP ku berdering. ” Ngapain sih papa ini ga ada capeknya menelpon ku cuma suruh pulang aja”gerutu ku pelan sambil ku biarkan HP itu berdering terus.
Tepat jam sebelas, HP ku berbunyi lagi. Tapi nomor adikku, Gara.
“lagi dimana ini ?” Ucap Gara, “lagi di kost an gar, kenapa kah” Jawab ku. “hmmm, ngga, tadi di telpon kok ngga diangkat?” Kata Gara pelan. “iyyaa,, itu loh gar, papa yang telpon. Ga bosen bosen telpon aku seharian ini. Bolak balik telpon cuma nyuruh aku pulang, kan kesel gar,, ya udah aku biarin ga aku angkat” Ucapku dengan penuh nada kekesalan.
Gara terdiam. Cukup lama.
Lalu menghela nafas berat dan panjang.
“kamu memang harus segera pulang in” lanjut Gara lirih.
Aku terdiam. “maksudnya apa gar” Jawab ku berat. “iya in, kamu harus segera pulang…karena kita sudah tidak punya papa lagi” lanjut gara.
Aku tertawa renyah, tiba tiba dada ku serasa sesak. Langit kamar ku serasa runtuh. Bagaimana mungkin. “ahhh, jangan bercanda gar,, tadi juga telpon aku bolak balik” Jawabku tak percaya. Dan seketika air mataku mengalir deras.
“iya in, itu tadi papa pengen ngobrol sama kamu sebentar, tapi ga kamu angkat..ya udah in, sekarang kirim al fatihah buat papa yah.. Jangan lupa bacain Yasin juga” lanjut gara. Aku tak bisa berkata apa apa.
Aku menangis sejadi jadinya. Aku menyesal. Sangat menyesal. Papa ku ternyata menelpon ku berkali kali memang sengaja menyuruhku pulang, karena dia memang mau pulang 😣
Firasat nya selama beberapa hari tak terbaca sama sekali olehku. Ku fikir hanya sekedar ingin menelpon dan menyuruhku pulang.
Dan kali ini..aku benar benar harus pulang.
Kamis, 15 Maret 2018. Tepat malam Jum’at pukul 22.30 wib. Di Cianjur, papaku Muhammad Darwis, Allah panggil dengan cara yang indah. Di ujung langkahnya..aku lah yang disuruhnya pulang.
Penyesalan ku seumur hidup…aku tak angkat telpon nya malam itu.
Sekarang intan sudah pulang pa..sudah pulang ke rumah papa..
Tapi papa tak lagi di rumah itu..hanya kenangan dan senyum papa yang tulus yang tak kan pernah lagi ku lihat..
Aku bersimpuh dan menangis sejadi jadinya di makam papa ku..
“Pa… Intan pulang… Ayo kita pulang pa, kenapa papa malah pergi ninggalin intan, intan pulang pa..intan turuti keinginan papa… Tapi papa ga ada…. Pa.. Ayoo kita pulang”
🥺😣
Cianjur,
26 Juli 2022
~ raaina darwis ~