Secanggih apapun alat itu, masih canggih Tuhan saya

Terbaru31 Dilihat

“Mas, kenapa yah ra kok ga haid?” Ujar ku sore ini sambil minum obat pada Mas Bam, suamiku. Iya, aku harus konsumsi obat setelah aku mengalami kecelakaan parah yang menimpaku 7 bulan lalu.

Iya, kecelakaan hebat yang telah merubah hidupku. Aku dinyatakan meninggal dunia, di karenakan tempurung kepala ku pecah dan kaki kanan ku patah.

Aku mengalami koma hampir 3 bulan, terapi memori 3 bulan. Dan sekarang hampir satu bulan sudah di rumah. Bersama Mas Bam. Suamiku.

Ujian indah yang Allah beri untuk ku, benar benar sempurna. Suami ku, menduakan aku. Lalu aku kecelakaan parah. aku kehilangan semuanya..dan aku kehilangan hari hari ku di tahun 2008.a

Setelah aku sadar..aku tak pernah kehilangan Rabb ku, tak pernah kehilangan papa ku.

Aku bersyukur, semua kulewati dengan sabar dan air mata..

Tak mudah tentunya aku lewati semua itu. Tanpa dukungan Papa ku, keluargaku…sampai akhirnya aku memutuskan memaafkan Mas Bam.

 

“Mungkin itu pengaruh obat nduk, kamu kan harus minum obat. Bisa jadi ga haid karena itu” Lanjut Mas Bam..sambil mengusap rambutku. Lalu tersenyum. “Hmmm..iya mungkin yah mas, tapi perut ra sakit mas, kenapa yah”,, ” Ya udah deh, besok kita periksa yah ke puskesmas” lanjut mas Bam. Aku tersenyum dan mengangguk pelan. “Udah diminum semua obatnya?” Kata mas Bam lagi. “Iya mas, udah” Jawabku. “Pinter” Ucap Mas Bam lembut, lalu dia merapikan lagi obat obatan di atas meja.

Lalu mendorong pelan kursi roda ku. Membawa ku ke kamar. Iya,, saat ini aku duduk di kursi roda.

“Bu Rara” Panggil salah satu perawat di Puskesmas Lawang pagi jtu. Mas Bam segera mendorong kursi roda ku ke ruangan pemeriksaan kandungan. Dada ku berdegub kencang. Entah kenapa, aku meminta Mas Bam membawa ku ke dokter kandungan di Puskesmas. Aku merasakan sesuatu di perutku, entah apa itu.

Setelah masuk, aku langsung di USG. Dokter itu tampak mengernyitkan dahi nya. “Pak, ini bayi nya sudah meninggal. Bahkan jasadnya sudah hancur, harus segera tindakan pembersihan rahim. Jika tidak, nanti bisa jadi penyakit sama istri bapak” Papar dokter pada Mas Bam. Kami terkejut,,, Bayi..? Iya, Bayi yang jasadnya sudah hancur.. Ada dalam rahimku.

“Ra hamil?” Tanyaku bingung pada Mas Bam. Mas Bam pun bingung, “bukan nya dulu sudah di gugurkan yah waktu kamu di operasi kepala dan kaki waktu di rumah sakit Soepraoen dulu” Lanjutnya. Aku malah kebingungan. Sejak kapan aku hamil.

Ya Allah..ternyata, saat aku kecelakaan, aku sedang hamil 2 bulan. Dan itu pun aku tak tau. Saat ini, menginjak usia 8 bulan. Dan menurut hasil USG, jasad bayi ini sudah hancur.

dr. Reinhard.

Nama itu ku baca di Pin kecil di dada kanan baju dokter berwarna putih itu.

“Segera ya Pak, saya akan siapkan ambulans dan surat rujukan ke rumah sakit. Istri bapak harus segera di beri tindakan medis. Jika tidak, berbahaya bagi rahim dan kesehatannya” Lanjut dr. Reinhard pada Mas Bam. Aku tak bisa berkata apa apa. Aku sudah amat sangat ketakutan.

Aku baru saja di operasi besar, kaki ku pun belum bisa berjalan. Aku masih duduk di kursi roda. Bahkan jahitan di kepala ku masih terasa sakitnya. Aku tak mau lagi harus berurusan dengan ruangan operasi.

“Mas, kita pulang yuk…ra takut” Bisikku pada Mas Bam. Dia tersenyum, dia tau dan merasakan ketakutan ku. “Tenang sayang, ini buat kesehatan mu. Ada Mas kan disini, kamu takut apa” Lanjut Mas Bam pelan. “Ra takut mas, ra ga mau sakit lagi” Tak terasa air mataku mengalir. “Nduk, ada Mas di sini. Mas ga akan tinggalin kamu, ra” Yakin Mas Bam. Aku menggeleng. Aku berusaha menggerakkan kursi roda ku untuk keluar dari ruangan itu. Mas Bam cepat tanggap mencegah aku bergerak. “Mau kemana nduk” Kata Mas Bam. “Kita pulang Mas, ra ndak mau disini. ra mau pulang, ra takut” Kataku masih sambil menangis. Mas Bam merasakan ketakutan ku. Iyah,, aku sudah lelah di suntik dan minum obat lagi. Juga lelah harus sakit lagi.

Mas Bam tak bisa menahan ku. Dia segera mendorong kursi roda ku. Kami beranjak dari puskesmas. Meski pun saat itu dokter puskesmas sudah mempersiapkan surat rujukan dan ambulans ke rumah sakit buat ku.

Entah kenapa, saat itu aku merasakan bahwa bayi ini masih hidup. Keyakinan ku begitu kuatnya. Hingga aku tak rela jika bayi ini harus di keluarkan dengan paksa. Walaupun hasil USG menyatakan jasadnya sudah hancur.

Setelah kami beranjak dari Puskesmas, aku sengaja mengajak Mas Bam ke rumah sakit. Untuk meyakinkan hatiku, apakah benar aku hamil, dan jika memang hamil, apakah bayi ini benar hancur jasadnya. Sama seperti hasil USG di Puskesmas tadi.

Mas Bam menuruti keinginanku, dengan mengendarai mobil, kami segera ke rumah sakit besar di Malang. RSUD Syaiful Anwar Malang. Mas Bam mendaftarkan aku di dokter kandungan. Tak lama, kami di panggil masuk ke dalam ruangan periksa.

Sekali lagi aku di USG. Perutku di beri Gel. Mulai lah alat itu menari di atas perutku.

Alatnya kulihat lebih canggih. Dengan 4 layar dan 4 tampilan berbeda karena 4 dimensi (sisi).

“Bu, ini usia bayi perkiraan sekitar 260 hari. Tapi sudah hancur. Karena obat obatan. Sebaiknya segera kita bersihkan ya kandungannya. Karena tidak baik buat kesehatan Ibu” Kata dokter itu padaku.

dr. Christina Poah. Nama dokter cantik itu. Aku tersenyum. “Dok, kok perasaan saya, anak ini masih hidup ya” Ujarku. Dokter Poah tersenyum seperti mengejekku. “Hidup bagaimana, ini jelas keliatan sudah hancur. Kok bisa bilang hidup” Lanjut nya. “Saya yakin dok” Kata ku pelan. Mas Bam, segera menarik bahuku, seakan memberi isyarat agar menurut pada dokter. Tapi aku menggeleng. “Bu, ini alat USG tercanggih di Indonesia. Bahkan di Indonesia, baru di rumah sakit ini yang punya. Ini alat canggih dari Jerman. Satu satu nya di Indonesia. Ibu masih ngga percaya?” Kata dr. Poah sinis.

“Iya saya tau dokter, alat ini canggih. Tapi, bagi saya, secanggih apapun alat itu. Masih canggih Rabb saya, Allah” Jawabku. dr Poah agak tersinggung padaku. “Ya sudah percaya saja sana sama Tuhan ibu, jangan kesini” Lanjut dr Poah.

Mas Bam memerah wajahnya, tampak marah padaku. Aku tersenyum, “insyaallah, besok saya kesini lagi dok” Kata ku, lalu mengajak Mas Bam keluar ruangan.

Sepanjang perjalanan Mas Bam, marah padaku. Kenapa aku masih berkeyakinan bahwa anak ini masih hidup. Padahal jelas nyata di layar USG, jasadnya sudah hancur.

Aku tidak tidak bergeming sedikitpun. Aku hanya yakin, anak ini masih hidup. Sama seperti keyakinan ku pada Allah, yang bisa menghidupkan ku kembali.

Tak kudengar ocehan Mas Bam. Kubiarkan saja dia berbicara.

Setelah sholat maghrib, aku melanjutkan kebiasaan ku mengaji. Iya, semua aktifitas ku penuh di atas kursi roda. Termasuk sholat dan mengaji.

Jam 19.00 wib, aku merasa agak mules. Kemudian, aku merasa ada sesuatu yang pecah dari rahimku. Kursi roda ku lalu banjir, bukan darah tapi air bening biasa.

Malam itu Mas Bam tidak jauh dariku dia takut terjadi sesuatu padaku.

Besoknya, tepat pukul 10.00 wib, kami segera berangkat lagi ke rumah sakit.

Aku bertemu lagi dengan dr. Poah. Agak enggan dia memeriksa ku. Tapi kemudian dia terkejut luar biasa setelah merasakan sesuatu yang aneh padaku. Dia kemudian mulai menyalakan alat USG kembali.

Berkali kali dia putar alat itu diatas perutku. Kemudian dia menjadi sangat sibuk. Memanggil perawat yang lain, dan meminta Mas Bam untuk melengkapi dokumen.

Aku tak paham apa yang terjadi.

“Ada apa dok, apakah baik baik saja?” Tanyaku heran. “Ibu, kita sebentar lagi proses sesar yah, ini sudah pembukaan 9” Kata dr Poah. Aku semakin bingung tak karuan.

“Allahu Robb, apalagi ini..sekali lagi Kau tunjukkan kuasa Mu padaku” Ucapku dalam hati. Bayi yang kemarin di vonis jasadnya hancur. Hari ini di nyatakan sudah akan lahir ke bumi.

Beberapa dokter mulai sangat sibuk. Aku hanya bisa diam. Tak lama, setelah semua siap. aku di pindahkan ke ruangan operasi. Sesaat sebelum operasi itu di mulai, sekali lagi aku di USG.

“Bu, anak nya perempuan ya, pasti cantik seperti ibunya” Ucap salah satu dokter laki laki di ruangan itu. Aku tersenyum. “Laki laki dok, bukan perempuan” Lanjut ku yakin.

Setelah itu…aku tak ingat apapun.

Aku buka mataku, badanku seperti melayang. Aku ada diruangan berbeda dengan yang tadi. Aku angkat tanganku, sebelah kanan masih ada jarum yang menempel. Ternyata ada botol darah. Mungkin aku kehabisan darah. Pikirku.

Aku angkat tangan ku yang kiri, ternyata ada gelang plastik berwarna biru melingkar di sana. Aku tersenyum… Anak ku laki laki. Karena jika warna nya pink, perempuan..

Antara sadar dan tidak, mungkin efek dari obat bius, dr. Poah mendekatiku.

Tersenyum padaku. “Selamat ya Bu, bayi nya sehat. Laki laki, cakep banget” Puji nya. Aku tersenyum.. “Terima kasih dokter” Jawabku. “Saya salut sama Ibu, saya yakin dengan Tuhan Ibu” Lanjutnya. Aku terdiam. “Maksudnya Bu?” Kata ku. “Tuhan Ibu benar benar canggih, saya masuk Islam” Ucap dr Poah mantap.

Seketika aku menangis haru.

“Subhanallah” Kata ku pelan. dr Poah pun tersenyum mantap padaku.

“Saya titip nama ya buat si kecil, kasih nama dia Sakti” Lanjut dr Poah.

Aku mengangguk pelan. “Baik dokter, siap” Kata ku kemudian.

 

Sakti,

Iya..saat ini sudah berusia 14 tahun.

Maha Karya Rabb yang sangat sempurna, ketika hasil alat canggih menyatakan jasadnya hancur,,bila sudah Kun Fa Ya Kun.. Maka tak ada yang bisa menghalanginya..

Tak terasa nak…sejarah hebat..keyakinan pada Allah..

 

Allah…Maha Baik Maha Hebat..

Secanggih apapun alat itu, masih canggih Tuhan saya..

 

 

Cianjur,

20 Juli 2022

 

~ raaina darwis ~

 

Tinggalkan Balasan