Pagi ini tampak cerah, langit bersahabat hangat dengan matahari yang tersenyum amat indah sekali.
Seperti biasa, raaina memulai harinya dengan senyum meski dia tau, segudang tugas sudah menantinya..untuk hari ini.
Iya..dia hanya seorang perempuan sederhana yang menjalani hidupnya dengan serba apa adanya dan tanpa keluhan.
Dia memiliki 4 orang anak, dia merawat ibundanya, dan 3 adik lelakinya bertugas di luar pulau. Dia menjadi tulang punggung, tulang kaki dan tulang kepala..tapi.. Tak pernah tulang rusuk siapapun..selama hampir 7 tahun lebih suaminya wafat.
Pagi ini di awali dengan kesibukan seorang ibu untuk anaknya..sekaligus kesibukan seorang anak yang merawat ibunya.
“Bundaaa” Teriak annora, anak bungsu raaina. “Kenapa sayang?” Jawab raaina dari luar rumah. pagi ini dia amat sibuk dengan cucian dan mengurus air di bagian belakang rumahnya. “Bunda, ada kecoak dikamar mandi, annora takut” Lanjutnya..raaina tersenyum. Bergegas dia tinggalkan cucian nya. Segera masuk ke kamar mandi. “Mana sayang?”, “itu bundaa, annora takut”ujar annora sambil menunjuk kecoa yang sudah terbalik badannya di dekat ember..raaina tersenyum..” Ohh itu, hehehe, liat de, lucu dehh,, dia itu lagi teriak minta tolong sama annora karena badannya ga bisa balik lagi, sayapnya basah”ujarku sambil menenangkan annora supaya tidak takut dengan kecoa. “Emang dia bisa teriak bund..?”,, “bisalah..masa annora ga denger..?” Lanjut raaina yang kemudian dia siram kecoa itu hingga masuk ke lubang pembuangan air di kamar mandi. Annora menggeleng pelan. “Tuh liat, udah bunda siram yah, kecoa nya udah berenang ke laut sekarang, lanjutin mandinya yaa sayang, gosok gigi yang bersih” Ujar raaina sambil tersenyum dan mencolek hidung annora dengan lembut. Annora mengangguk lalu tersenyum. “Terima kasih bunda”,, raaina mengedipkan sebelah matanya lalu bergegas keluar kamar mandi.
” Ra..”panggil ibunda raaina dari dalam kamar. “Iya ma..” Jawabnya lalu bergegas masuk kamar.
“Mama mau diambilkan apa?” Ucapnya setelah di kamar sangat ibu. Ibunya mengalami sakit panjang. Setelah Ayahanda raaina wafat, sang ibu mengalami stroke. Saat ini sedang dalam perawatan terapi di rumah sakit. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, raaina merawat ibundanya.
“Kok mama pengen yang manis manis yah” Ujar sang ibu. “Ohh, bentar ya ma, ra ke warung dulu, mama mau roti apa kue?”, ” Hmm…kayaknya roti di celupin ke susu anget enak ya”.. “Oke, siap,, ra ke warung dulu ya ma, bentar”..
Luar biasa..kesibukan raaina yang tiada henti tiap harinya..tanpa sadar..mentari dan langit selalu menemaninya.
Tepat pukul tujuh, raaina sudah bersiap mengajar. Iya, dia membuka rumah belajar di rumahnya. Dari sanalah dia bisa memberi nafkah untuk anak anak dan merawat ibunda nya.
Murid muridnya sudah mulai berdatangan, tepat setelah raaina sholat dhuha. Bergegas dia melipat mukenah dan sajadah nya ketika murid murid ciliknya sudah memanggilnya dari luar rumah.
Ada yang berumur 5 tahun, SD kelas 1 sampai Kelas 6. Ada yang rumahnya jauh, ada yang dekat, kebanyakan muridnya adalah anak anak yatim.
Iya..raaina amat sangat mencintai anak yatim. Dia punya cita cita..’Jika di akherat nanti ingin berdampingan dengan Rasulullah yang jaraknya seperti jari tengah dan jari telunjuk’.
Tak terasa, waktu berlalu, 2 jam mengajar murid muridnya telah terlewati. Saat nya raaina melanjutkan rutinitas nya sebagai ibu dan anak kembali di rumahnya.
“Ma, ra mau ke papa dulu ya sebentar” Ujar raaina sore itu. “Sama siapa ke sana nya ra?” Tanya ibunya. “Tukang ojek ma”, ” Ya udah, hati hati”, “iya ma”.
Kebiasaan raaina di Jum’at sore adalah ziarah ke makam ayahnya.
Lepas ashar, dia sudah memesan ojek. Karena jarak rumah ke makam, sangatlah jauh. Tak lama raaina sudah bergegas berangkat, karena sore itu langit sudah tampak gelap oleh awan yang membawa air yang siap diturunkan ke bumi.
Setelah sampai di makam, seperti biasa dia mendoakan dan membacakan Surat Yasin diatas pusara sang ayah. Kemudian, dia mulai membersihkan rumput ilalang yang tumbuh di sekitar makam.
“Pa, papa baik baik ya disana, kami semua sehat. Mama sehat, cucu cucu papa sehat,,ra sehat paa..” Tak terasa air bening mengalir lembut dari pelupuk matanya. Raaina mendesah berat.. “Paa,,,raa rindu” Ucapnya pelan.. Lalu mencium nisan sang ayah. Dan kemudian memeluk nisan itu.
“Pa..ra rindu, boleh ga pa,,raa minta sama Allah untuk pinjam papa sebentar” Lanjutnya.
Raaina selalu menangis bila sudah di makam sang ayah. Iya, disanalah dia bisa tumpahkan keluh nya, lelahnya, dan penatnya.
Sebab..dia tak ingin memperlihatkan lelahnya, keluh nya dan penatnya, di mata ibu, anak anak nya dan semua yang mengenalnya.
Dia selalu tampakkan bahwa hatinya, harinya selalu bahagia..tak perlu mereka tau bagaimana isi hatinya.
Raaina selalu tetap tersenyum melewati harinya..
Raaina selalu bersenandung di tiap langkahnya..
Dan raaina akan selalu tersenyum di balik luka dan dukanya..
Karena dia tau, cukuplah orang melihat apa yang dia tampakkan..tanpa perlu tau seperti apa dia berjuang di tiap harinya..
Untuk ibunya, untuk anak anaknya dan untuk murid muridnya.. Juga papa nya..
Dia hanya ingin..di akhir langkahnya.. Akan menjadi lukisan indah di tiap hati yang mengenal nya..
Sampai kapan..
Sampai dia berhenti bersenandung di dunia ini..
Cianjur,
Selasa, 12 Juli 2002
~ raaina Darwis ~