Impian Leady Yuniar Afifah

Humaniora, Terbaru65 Dilihat

Haloo, perkenalkan saya Leady Yuniar Afifah. Saya lahir di Jakarta, 09 Juni 2001. Saya adalah  anak pertama dari dua bersaudara. Ayah saya adalah seorang prajurit dan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat baik. Saya mempunyai 1 adik perempuan saat saya lulus SD. Jarak usia kami terbilang cukup jauh yaitu 12 tahun. Masa kecil saya adalah masa yang sangat indah. Bermain dan belajar bersama teman-teman setiap hari.

Saat saya kecil, saya mempunyai segudang cita-cita mulai dari ingin menjadi dokter, pramugari, tentara, polisi, bahkan pemadam kebakaran. Dari kecil saya ingin sekali jika saya besar nanti, saya dapat membantu banyak orang dan hidup bahagia bersama orang-orang yang saya sayangi. Waktu saya berada di bangku taman kanak-kanak saya sering mengikuti berbagai macam lomba, seperti mewarnai dan menari. Banyak piala yang saya dapatkan sebagai hadiah dari perlombaan tersebut. Tentunya saya sangat senang. Masa kecil saya adalah masa yang tidak akan pernah saya lupakan.

Saat saya remaja, saya akhirnya mentetapkan pilihan, tentang apa yang akan saya lakukan di masa depan. Saya tidak mungkin untuk menggapai seluruh cita-cita masa kecil saya. Akhirnya saya memilih untuk menjadi seorang polisi. Salah satu alasan saya ingin menjadi polisi adalah saya ingin sekali menjadi seperti ayah saya, memakai baju seragam kebanggaannya setiap hari, bekerja melayani masyarakat dan membantu masyarakat tanpa henti.

Saat saya duduk di bangku SMP saya mendaftarkan diri menjadi OSIS dan akhirnya saya terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan ketika menjadi OSIS. Kekeluargaan, kepemimpinan, suka dan duka saya lewati bersama teman-teman. Saat SMP saya juga mengikuti ekstrakurikuler PMR, disinilah pertama kali saya belajar mengenai medis. Dalam PMR saya diajarkan untuk memberi pertolongan pertama, mengajak teman untuk hidup sehat, dan menggelar kegiatan-kegiatan sosial.

Setelah lulus dari SMP, saya melanjutkan pendidikan ke SMA. Awalnya saya bingung memilih jurusan. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk jurusan IPS karena saya suka sekali belajar mengenai geografi dan sosiologi. Banyak orang bilang “Masa SMA adalah masa-masa yang paling indah” dan saya setuju dengan ungkapan tersebut. Di masa SMA, saya banyak sekali mendapatkan pengalaman baru. Saat SMA saya kembali mendaftarkan diri sebagai pengurus OSIS dan Alhamdulillah saya lolos menjadi pengurus osis.  Saya suka sekali berinterakasi dan bekerja sama dengan banyak orang. Dalam OSIS saya sering dipercaya menjadi sekretaris dalam event. Mengurus administrasi, dan mengolah data-data sudah biasa saya lakukan. Walaupun kegiatan dalam OSIS banyak menyita waktu tetapi saya mampu mengoptimalkan waktu saya dengan baik. Menurut saya kegiatan organisasi dan akademik harus berjalan seimbang. Berorganisasi dapat meningkatkan soft skill diri yang tidak dapat ditemukan dalam pembelajaran di dalam kelas. Salah satu event yang paling berkesan untuk saya adalah menyelenggarakan pensi sekolah selama 2 tahun berturut-turut dan saya selalu dipercaya untuk  menjadi sekretaris event tersebut. Bekerja sama dengan hampir 100 orang panitia dan banyak sponsor, menyatukan seluruh ide-ide dan mewujudkannya bersama adalah suatu hal yang sangat berkesan. Acara pensi tersebut berjalan sangat baik karena kerjasama seluruh pihak dan panitia yang baik. Selain OSIS saya juga mengikuti ekstrakurikuler Merpati Putih. Tidak hanya belajar mengenai bela diri tetapi disini saya juga diajarkan kekeluargaan. Latihan bersama para pelatih dan teman-teman membuat rasa kekeluargaan semakin erat. Saya juga pernah menjadi salah satu pasukan pengibar bendera di sekolah, walaupun saya tidak mengikuti Ekskul Paskibra.  Saya sangat bersyukur masa SMA saya lalui dengan sangat baik dan penuh warna.

Tahun 2019 menjadi tahun yang sangat berat bagi saya disinilah, kegagalan itu terus menerus menghantam saya. Dari kecil hidup saya selalu mengalir baik-baik saja tanpa hambatan. Berada di lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan yang sangat baik, pretasi akademik yang bisa dikatakan cukup baik, semua berjalan baik-baik saja. Sampai akhirnya kegagalan itu datang untuk menguji apakah saya mampu melewatinya atau saya menyerah dengan keadaan. Saya gagal dalam seleksi SNMPTN dan SBMPTN. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti sejenak.saya pergi ke Pare untuk belajar bahasa inggris. Setelah saya menempuh kursus disana banyak sekali pelajaran yang dapat saya dapatkan seperti kekeluargaan, kebersamaan, dan tolong menolong. Walaupun kita semua berbeda-beda daerah asalnya tapi kita bisa menjadi seperti keluarga dekat. 2019 terasa tidak terlalu buruk setelah saya berada di Pare.

     

Tahun 2019 berlalu, memasuki 2020. Dengan tahun yang baru dan dengan semangat yang baru pula, saya memulai hidup saya kembali dengan harapan yang baru. Tahun ini saya tidak boleh gagal lagi. Saya belajar lagi untuk mengikuti ujian. Dari pagi, siang, malam, saya terus belajar. Hingga akhirnya hari ujian pun tiba. Saya pikir saya telah mengerjakannya dengan baik. Saya yakin dengan hasil ujian saya. Tetapi ternyata Tuhan belum mengizinkan. Saya gagal untuk kesekian kalinya. Tetapi saya tidak serapuh tahun lalu. Saya menerimanya dengan hati yang lapang. Saya meminta kepada Tuhan “Ya Allah, tolong tunjukkanlah jalanMu untukku”. Manusia hanya bisa berencana, sebaik-baiknya rencana itu dibuat tetapi jika Tuhan tidak mengizinkan maka rencana itu pun tidak akan menajdi nyata.

Akhirnya bunda saya pun menyarankan untuk mencoba mengikuti seleksi di Akademi Keperawatan Polri. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan berada disini. Saya mengikuti seluruh seleksi dengan mengerahkan seluruh yang saya bisa, saya sempat ragu karena saya dari jurusan IPS. tetapi, Tuhan seakan memudahkan semua urusan saya. Semua begitu terasa mudah dan dilancarkan. Saat mengikuti ujian masuk universitas saya mengalami banyak sekali hambatan dan kegagalan, tetapi saat saya mendaftarkan diri di Akper Tuhan seakan memberi saya jalanNya. Menjadi perawat adalah hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya sebelumnya. Tetapi saya sangat senang karena saya dapat membantu banyak orang. Bunda saya bilang “menjadi seorang perawat, ilmunya tidak hanya untuk diri kamu sendiri, melainkan juga untuk keluargamu kelak, dan orang lain. Pekerjaannya tidak hanya untuk dunia melainkan juga akhirat. Membantu orang lain sama halnya kita menabung di Surga.

Setelah saya menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan Polri, saya akan melanjutkan ke jenjang S1 dan menjadi perawat profesional serta membahagiakan keluarga dan menolong banyak orang seperti impian masa kecil saya. Pelajaran yang bisa dipetik kisah saya adalah kegagalan bukan berarti duniamu berakhir. Tuhan pasti sudah menyiapkan jalan yang terbaik bagi setiap hambaNya. Tuhan selalu mendengarkan setiap doa-doa hambanya yang meminta kepadaNya. Tuhan selalu ada. Jika kita gagal bangkit lagi, gagal lagi bangkit lagi. Kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu. Kita dapat meraih semua cita-cita kita. Walaupun jalannya berliku tetapi jika kita terus berjalan pasti akan sampai ditujuan.

Sekian, Terima kasih.

Tinggalkan Balasan