Cahaya Kartini Masa Kini, 21 April 2021

Terbaru48 Dilihat

PROFIL PENULIS

Penulis bernama Leni Priska, S.Pd. Lahir di Jakarta ,11 Agustus 1985 Penulis merupakan lulusan dari Akademi Kimia Analisis Caraka Nusantara dan juga lulusan dari Universitas Indraprasta PGRI. Penulis sudah berkelut didunia pendidikan kurang lebih 11 tahun .Saat ini penulis adalah seorang guru kimia di Saint Peter School, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ditahun 2019 penulis menjadi Trainer of School Innovative Program, pada tahun 2016 menjadi salah satu nominasi Instruktur Nasional dan Guru Prestasi di Jakarta Utara.Pada tahun 2014 mendapatkan award Initiative Teacher ,dan pada tahun 2013 mendapatkan award Creative Teacher dari Sekolah Tunas Bangsa.

Email: leni.priska@saintpeter.sch.id Blog: leniguruuhuy.blogspot.com hp: 08551173282

CAHAYA KARTINI MASA KINI

 

Minggu ini merupakan minggu ujian tengah semester, sebagai seorang guru saya sudah mempersiapkan soal 2 minggu sebelumnya. Sebagai seorang ibu  saya pun turut mempersiapkan anak saya abelano yang juga megikuti ujian tengah semester dari sekolahmya, Abe saat ini ada dikelas 1 sd, kami berdua memiliki sahabat yang sama saat ini yaitu zoom meeting, salah satu aplikasi yang kami gunakan dalam pembelajaran online ditengah pandemi korona yang masih belum berakhir.

Anak kedua saya alvito yang biasa saya panggil vito masih berumur 4 tahun saat saya sedang online dia melakukan kegiatan mengeja ,menulis,dan bermain sendiri. Sejak pandemi sangat jarang anak-anak saya bermain diluar dan berkumpul dengan teman sebaya , juga sangat jarang membeli makanan atau pun jajanan untuk menjaga mereka senantiasa sehat. Abe dan Alvito sangat senang makan roti coklat dan banana cake yang biasa dibeli ditoko roti, mereka meminta saya untuk membuat sebagai cemilan mereka, saya belum pernah membuat roti ataupun cake, namun informasi saat ini sangat mudah didapat dengan menjelajah youtube, sayapun mendapatkan bagaimana membuat roti dan cake tersebut dari youtube.

Saya berencana membuat roti ini setelah selesai ibadah online tengah minggu, karena sore hari saya memiliki kelas diskusi kimia tambahan untuk anak-anak yang keesokan  harinya akan ujian kimia. sekitar jam 4 sore saya membuka kelas diskusi tambahan , saya membahas soal-soal dan berdiskusi dengan mereka hal-hal yang belum mereka pahami, tak terasa waktu sudah menunjukkan setengah 7 malam , saya harus bersiap untuk ibadah jam 7 , saya pun mengakhiri pertemuan dan berpesan “ apabila anak-anak masih ada yang perlu ditanyakan bisa ditanyakan kembali ,chat saja dan saya akan membalas setelah saya selesai ibadah,sehat selalu , semangat belajar Tuhan berkati” dan aplikasi  zoom meeting saya akhiri.

Saya bergegas menyiapkan makan malam dan memanggil Abe dan Vito yang dari tadi bermain bersama papanya, selama saya mengajar.  Saat makan malam selesai Vito meminta untuk membuat roti coklat, saya pun menjawabnya sabar ya Vito, setelah mama ibadah kita akan buat roti sama-sama. Saya dan suami saya pun mengikuti ibadah online tengah minggu, bekerja dan beribadah saat ini semua masih online , teknologi sangat menolong saya dan keluarga untuk tetap melakukan aktifitas dan kesehatan pun terjaga.

Saat ibadah yang bertemakan Tuhan Yang Tepat Waktu, ada prinsip hidup yang kembali diingatkan, hanya Tuhan yang tahu tentang ending kehidupan , hidup ini adalah misteri, banyak hal yang saya dan suami tidak mengerti tapi Tuhan selalu tepat waktu menolong dan menyertai senantiasa karena Dia begitu mengasihi kita. Tuhan tidak akan pernah gagal dan tidak pernah merancangkan kegagalan untuk kita.

Rancangan damai sejahtera dan masa depan yang indah Tuhan siapkan buat kita yang percaya sungguh-sungguh pada Dia, maka itu kita harus gunakan waktu yang Tuhan beri dengan tidak membuang-buang waktu. Tidak membuang waktu untuk membenci, membicarakan orang lain,berbuat jahat atau menyimpan kesalahan orang lain.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan dengan satu orang mengunyah kapas satu menit dengan mengingat hal-hal yang buruk, dan satu orang yang lain mengunyah kapas selama satu menit dengan mengingat hal hal yang baik hasilnya didapat pada kapas orang pertama yang mengunyah sambil mengingat hal-hal yang buruk dalam kapasnya terdapat enzim yang dapat menyebabkan kanker 5x lebih besar dari orang normal dan pada orang yang kedua yang mengunyah kapas sambil mengingat hal baik ditemukan adanya suatu zat baik yang dapat meningkatkan imun tubuh .

Tuhan mendesain manusia tidak untuk menyimpan kebencian atau hal yang buruk, Tuhan menciptakan kita untuk melakukan hal-hal baik dalam dunia ini. sebab itu mari gunakan waktu kita sebaik-baiknya memberikan yang terbaik dalam hidup kita untuk kemuliaan nama Tuhan, dan untuk melakukan kehendak TUhan tidak menunda, just do it. untuk melakukan hal-hal baik dimata Tuhan harus segera dilakukan. mungkin saat melakukannya kita merasa tidak mampu namun Tuhan akan memampukan kita, karena Dia adalah Tuhan yang slalu setia menyertai kita dan menyayangi kita.

 Ibadah pun selesai saya dan suami terberkati dan dicharge kembali untuk tetap melakukan hal-hal baik walau ditengah situasi yang tidak baik. Saya pun memanggil anak-anak dari kamar mereka dan mengajak mereka untuk membuat roti cokelat yang sudah saya janjikan. Saya dibantu Abe dan Vito mencampurkan semua bahan-bahan tepung,gula,mentega ,susu,ragi telur, menjadi adonan roti, yang siap untuk dipanggang. Saya persiapkan anak-anak untuk tidur malam , menggosok gigi, membaca alkitab,dan berdoa. Setelah semua selesai Abe, Vito pun tidur dikamarnya.

Handphone saya pun berbunyi ada notification chat masuk dari aplikasi teams,saya membacanya dan ternyata salah satu murid saya yang tertinggal mengikuti kelas tambahan sore tadi. Dia sangat khawatir  gagal untuk ujian besok karena ada materi yang  belum dipahaminya, hati saya pun tergerak untuk membuka kelas tambahan malam itu , sangat bersyukur adanya teknologi melalui aplikasi zoom tetap bisa mengajar walau gelap malam datang tak perlu menunggu pintu kelas terbuka, merdeka belajar, merdeka waktu. Gelapnya malam tak memadamkan semangat belajar kami. Cahaya dan semangat Kartini yang ada mampu menerangi gelapnya malam dan kehangatan saat ini.

Saya dan murid ini membahas soal-soal yang belum dipahaminya , sambil mengajar, saya minta tolong pada suami untuk mengecek  roti  yang sebelumnya saya sudah masukkan ke dalam oven. saya dan murid saya menjawab soal-soal yang belum dimengerti, dan dia pun berucap terimakasih Miss leni saya sudah paham dan mengerti, hati ini pun sangat senang dan lega mendengarnya, walau tidak bisa melihat langsung tapi saya dapat merasakan kepercayaan dirinya bangkit dan yakin akan keberhasilan ujian esok.

Saat kami melihat waktu betapa terkejutnya kami, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Semangat siswa dan keingintahuannya yang dalam menjadi bahan bakar semangat seorang guru sehingga waktupun seakan berhenti sejenak.

Saat itu juga saya mengakhiri pertemuan itu dan berucap pada murid itu untuk segera beristirahat dan berdoa agar besok bisa fit dan mengerjakan ujian dengan baik.

Puji Tuhan dengan menggunakan aplikasi teknologi digital saat ini, dapat beribadah dan sebagai seorang ibu saya juga dapat menikmati waktu bersama anak-anak membuat roti bersama sekaligus mampu menjalankan profesi sebagai guru tetap bisa berbagi ilmu dengan mengajar anak-anak murid tanpa batas waktu dan ruang,   saat pandemi korona ini banyak hal yang sulit untuk dijalani dan dipahami, namun  dilihat dari sudut pandang yang lain ,pandemi ini mampu mengupgrade diri saya lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar, beribadah dan berbagi hal hal baik bagi orang-orang disekitar kita, walau tidak hadir secara fisik dengan teknologi yang ada semua hal positif masih bisa dikerjakan.

Selama Tuhan masih memberikan kesempatan dan waktu bagi kita Kartini-kartini  Indonesia biarlah  cahaya Kartini terus menerangi saat kegelapan hadir dan redupnya malam , tetaplah Kartini bersinar dan terus memberikan inspirasi dan berbagi hal-hal baik untuk kemuliaan Nama Tuhan.

 Tulisan ini tertuang dalam buku ” Geliat Perempuan Milenial dalam Narasi”

Antologi Mengenang R.A Kartini di tahun 2021

Penulis/penyusun : Neny Arifah

Penyunting naskah : Sri Sugiastuti

Salam Literasi 

 

Leni Priska

Tinggalkan Balasan