KMAB 2
Perjalanan Hidup 2
Naik Kapal
sumber gambar: kelilinglampung.net
Di dalam kapal para penumpang diabsen kembali, Tiap kepala keluarga dipanggil dan diberi bekal. Semua penumpang yang terdiri dari beberapa keluarga, diberi bekal untuk diperjalanan. Setiap keluarga memdapat bagian sesuai dengan jumlah anggota tiap keluarga.
Tami mulai bertanya lagi kepada ibunya, “Mau ke mana bu? “Kali ini ibunya menjawab, kita mau pindah ke tempat yang jauh, yang ibu sendiri belum tau tempatnya.
Hati kecilnya mulai bertanya-tanya, mau kemana ya kita ini? Gadis kecil yang belum tau dengan kondisi orang tuanya ini pun mulai menikmati perjalanan di kapal. Sesekali ia menengok ke arah sinar yang masuk melalui celah-celah jemdela kapal.
Terlihat olehnya hamparan berwarna biru keputih-putihan. Sekali-kali terdengar riak gelombang air yang deras. Rasa takut mulai muncul di wajahnya.
Kedua kakaknya yang pemdiam berada di dekat ayah, dengan eratnya mereka memegang tangan ayah. Ayah dan ibu terlihat tenang menikmati perjalanan. Raut wajah ayah mereka terlihat berwibawa. Dengan penuh kasih selalu memeluk anak-anaknya.
Ayah mereka adalah seorang yang pekerja keras, namun karena suatu hal usaha ayah banyak mengalami kerugian. Maka untuk memperbaiki tarap hidup mereka ayah memutuskan ikut program Tramigrasi ke luar Pulau jawa. Yaitu suatu daerah yang terdapat di Provinsi Bengkulu.
Dulu ayah pernah merantau ke Lampung, dan sempat bekerja di perkebunan karet. Hanya kurang lebih dua tahun ayah kembali ke Yogyakarta. Di yogya ayah meeeruskan pekerjaannya sebagai pengrajin perak.
Dalam menjalankan usaha kerajianannya ayah dibantu beberapa karyawan. Namun usaha ayah tidak berjalan lancar.
Hingga pada sustu hari, ayah mendengar adanya berita tentang program Transmigrasi. Lalu ayah yang dikenal dengan sebutan pak Paul itu pun mendaftar.
Nah itulah mengapa Tami dan kakaknya berada di atas kapal yang sedang berlabuh mengarungi laut Jawa saat ini.
Tami, gadis kecil itu tertidur pulas dipangkuaan ibunya, dan kakaknya tidur di antara ibu dan ayah mereka.
Kapal bergerak terus mengarungi samudara, siang mulai berganti malam. Tami malah terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa sakit, mulutnya mulai terbuka menandakan akan ada sesuatu yang keluar dari perutnya.
Tiba-tiba huppp, Tami muntah, semua makanan yang dimakan tadi siang keluar dengan cepatnya.
Ibunya mengelap mulut gadis kecil itu dengan penuh kasih. Kemudian mengganti pakaian yang penuh dengan muntahan dengan pakaian yang lain.
Begitulah sepanjang malam Tami selalu muntah-muntah,merasa lelah karena muntah-muntah Tami pun tertidur.
Laju kapal semakin cepat, selain Tami masih banyak anak-anak yang mengalami hal yang sama. Muntah- muntah, bahkan ada yang sampai demam, badannya panas. Puji Tuhan, setelah diberi obat badan sehat kembali.
Perjalanan masih jauh, para penumpang sudah banyak yang lemas, Selain anak-anak ada juga orang dewasa yang mengalami muntah-muntah. Betapa tidak, perjalanan mengarungi Laut jawa sudah tiga hari tiga malam, Tapi kapal belum juga merapat di Dermaga.
Wajah ibu Tami masih tampak biasa-biasa saja, walau dalam hatinya berkecamuk antara heran dan khawatir. Masih berapa lama lagi kapal ini berlayar, masih jauhkah tempat yang dituju.
Namun semua itu disimpan dalam hatinya, supaya tidak terlihat rasa khawatirnya kepada kedua kakak Tami. Tami sudah tak bisa tersenyum, membuka matanyapun sulit, badannya panas, bibir mulai pecah-pecah.
Gadis kecil ini tidak merengek atau menangis, ia hanya diam saja, sebentar-sebentar ibunya memandang wajahnya, lalu menciumnya, seolah berkata, bangunlah Tami, jangan tidur terus.
Kesehatan Tami mulai memburuk, apa yang terjadi pada Tami? Gadis kecil yang ceria itu tak lagi tersenyum, tertawa, menyanyi, atau baris-berbaris yang biasa ia lakukan.